KIsah Inspiratif
KISAH Kakek Yuswarmen di Padang Mencari Nafkah, Mengayuh Becak Jualan Seperti Toko Berjalan
Pada masa pandemi covid-19, aktivitas perekonomian masyarakat menjadi lesu, serta sepinya jual beli di pasa
Penulis: Rima Kurniati | Editor: Emil Mahmud
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rima Kurniati
TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Pada masa pandemi covid-19, aktivitas perekonomian masyarakat menjadi lesu, serta sepinya jual beli di pasar, termasuk di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Hal ini juga dirasakan seorang kakek berusia 65 tahun yang bekerja sebagai pedagang kebutuhan harian, bernama Yuswarmen.
Selama puluhan tahun Yuswarmen, berdagang di Pasar Ulak Karang Kota Padang, Provinsi Sumbar.
Namun saat corona, pasar Ulak Karang menjadi sepi, daya belinya hanya tidak seberapa atau relatif sedikit.
Dirinya beralih berjualan kebutuhan harian dengan menggunakan becak di Kelurahan Air Tawar Timur, Padang, Sumbar.
"Sejak Virus Corona, empat hari menjelang bulan puasa berjualan keliling, yang biasanya di Pasar Ulak Karang, Padang. Namun, makin sepi karena orang enggan ke pasar," kata Yuswarmen, Jumat (17/7/2020).
Menurutnya, dagangannya lebih banyak terjual saat berjualan keliling dari pada di Pasar Ulak Karang, Padang.
• Update Covid-19 di Sumbar: Bertambah 7 Kasus Positif, Total 813 Per 17 Juli 2020
• Berantas Rentenir, Pemko Padang Dirikan BPR Syariah dan KSPP di Setiap Kelurahan
Sampai saat ini kondisi di Pasar Ulak Karang, omzetnya rata-rata sehari hanya kisaran Rp 100 Ribu hingga Rp 250.000.
Namun dengan berjualan keliling, daya belinya bisa Rp 700 ribu hingga Rp 900 ribu setiap hari.
"Lumayan banyak dari di Pasar Ulak Karang, kalau jualan keliling diantar ke rumah-rumah. Meski saat pandemi Corona pasar sepi, namun kita lumayan banyaklah," ujar Yuswarmen.
Setiap hari, mulai dari pagi hingga siang harinya, Yuswarmen mengayuh becak berisi barang dagangannya.
Yuswarmen menyiapkan berbagai dagangannya di atas becak, ada yang digantung, diikat dan ditata sedemikian rupa.
Kemudian pada bagai atas diberi pelindung, layaknya sebuah toko berjalan.
"Sebelum berangkat, belanja dulu ke pasar, mana barang yang kurang ditambah, mana yang busuk dibuang, lalu pukul 9 pagi baru mulai jualan," ujar Yuswarmen.
Menurutnya, awal-awal mengayuh becak, memang terasa berat, namun sekali dua kali dayung, jadi lebih ringan.
Yuswarmen menambahakan, sejak dirinya berjualan keliling sang istri tidak lagi bekerja di pasar.
Istrinya bisa mengerjakan pekerjaan rumah, dan penghasilannya yang lumayan lebih dari biasanya.
• Sebaran Corona di Indonesia Hari Ini 17 Juli 2020, Jawa Timur Laporkan 255 Kasus Baru dan 387 Sembuh
Yuswarmen hanya tinggal berdua dengan sang istri di Air Tawar Timur Kota Padang, Sumbar.
Kedua anaknya sudah menikah dan hidup dengan keluarganya masing-masing.
"Bersyukur, karena masih banyak yang beli, saya juga hanya berjualan di satu RW saja. Karena Itu tadi, orang takut ke pasar, karena corona," tambah Yuswarmen. (*)