Mbah Siah Sempat Takut Saat Diambil Sidik Jari untuk KTP, Tangan Saya Dipegang Tak Kira Mau Diborgol
Tangan saya dipegang. Ta kira mau diborgol. Ternyata difoto mau dibikinkan KTP
Meski di Desa Kleco juga tak memiliki apa-apa, menurut Mbah Siah, masih ada kerabat jauh yang tinggal di desa tersebut.
Kesulitan hidup dan usia yang sudah renta ditambah dengan penyakit asma yang dideritanya membuat Mbah Siah akhirnya mengabaikan pengurusan identitasnya.
Beruntung, setelah sejumlah media memuat kisahnya, sejumlah pihak akhirnya membantu Mbah Siah untuk mempermudah pembuatan KTP.
“Sudah jadi sebulan lalu, tapi sekarang KTP dititipkan di rumah Pak RT, takut hilang,” kata Mbah Siah.
Tak memiliki apa-apa dan hidup sebatang kara membuat Mbah Siah menumpang tidur pada sejumlah warga yang mau menampungnya.
Untuk bertahan hidup, dia mengais sisa kacang tanah di lahan warga yang panen.
Jika tak musim panen kacang, maka kehidupannya hanya bergantung kepada belas kasihan warga.
“Banyak orang baik di sini. Saya dikasih makan, kadang dikasih uang meski saya tidak pernah minta. Mereka suka ngasih,” kata Mbah Siah.
Selama tinggal di Desa Kleco, Mbah Siah juga tak pernah mendapat bantuan dari pemerintah seperti BPJS dan bantuan pangan non-tunai, karena tak memiliki KTP.
Meski demikian, Mbah Siah mengaku tak pernah kekurangan untuk kebutuhan makan, karena sejumlah warga selalu memberinya makanan dan uang.
Tak ingin terlalu merepotkan warga, Mbah Siah ingin segera kembali bekerja dengan mencari sisa panen kacang di kebun warga saat sudah musim panen.
“ Yang penting sehat, saya akan tetap kerja ngasak kacang,” kata Mbah Siah.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Mbah Siah, Takut Diambil Sidik Jari hingga Akhirnya Punya KTP", https://regional.kompas.com/read/2020/02/06/13593121/kisah-mbah-siah-takut-diambil-sidik-jari-hingga-akhirnya-punya-ktp?page=all#page3.
