Mbah Siah Sempat Takut Saat Diambil Sidik Jari untuk KTP, Tangan Saya Dipegang Tak Kira Mau Diborgol
Tangan saya dipegang. Ta kira mau diborgol. Ternyata difoto mau dibikinkan KTP
TRIBUNPADANG.COM - Nada bicaranya bersemangat disertai senyum sumringah ketika menceritakan bagaimana akhirnya punya kartu tanda penduduk (KTP) setelah 10 tahun tak pernah memiliki identitas.
Mbah Siah (80) warga Desa Kleco, Kabuaten Magetan, Jawa Timur, ini mengaku sempat merasa takut saat petugas kependudukan mengambil sidik jarinya untuk proses pembuatan KTP elektronik (e-KTP).
“Tangan saya dipegang. Ta kira mau diborgol. Ternyata difoto mau dibikinkan KTP,” ujar Mbah Siah saat ditemui di Warung Mbah Sumi, tempatnya biasa makan pada Rabu (5/2/2020).
Untuk mengurus pembuatan e-KTP, Mbah Siah mengaku semuanya diurus oleh perangkat desanya.
Bahkan, dia diantar oleh perangkat desa dengan menggunakan mobil ke Kantor Dinas Kependudukan Kabupaten Magetan.
“Diantar pake mobil, saya juga dikasih sangu (uang saku),” kata Mbah Siah.
Selama lebih dari 10 tahun terakhir, Mbah Siah kesulitan mengurus KTP, karena dokumen kependudukannya hilang.
Hidup sebatang kara
Kemiskinan dan hidup sebatang kara membuat Mbah Siah kesulitan mengurus KTP.
Awalnya, dokumen pindah domisili yang dimiliki Mbah Siah hilang di Kantor Desa Kleco, setelah dia pindah dari Desa Suratmajan.
“Sudah saya serahkan surat itu di desa, tapi hilang entah ke mana,” kata Mbah Siah.
Sudah tak tercatat sebagai warga Desa Suratmajan dan tak terdaftar di Desa Kleco membuat Mbah Siah sebagai warga tanpa domisili.
Saat ini, Mbah Siah tinggal menumpang di rumah orang lain.
Mbah Siah pindah dari Desa Suratmajan, karena suaminya sudah meninggal dan tak lagi memiliki apa-apa di desa tersebut.
“Si Mbah sakit stroke 4 tahun. Rumah dan tanah di Desa Suratmajan sudah habis dijual untuk berobat,” kata Mbah Siah menceritakan suaminya.
