Pemilih Saat Pilpres dan Pileg di Sumbar Ternyata Lebih Mengutamakan Visi Misi Calon daripada Figur
Setidaknya ada 34,59 persen yang lebih mengutamakan visi misi dan program calon saat akan memilih.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: afrizal
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Komisioner KPU Sumbar Gebril Daulay menyebut pemilih di Sumbar saat Pilpres 2019 lalu paling banyak memilih berdasarkan visi misi dan program calon.
Setidaknya ada 34,59 persen yang lebih mengutamakan visi misi dan program calon saat akan memilih.
Sementara yang memilih berdasarkan figur lebih rendah yaitu 27,57 persen.
Kondisi serupa juga terjadi pada alasan pemilih dalam memutuskan pilihan mereka pada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.
Ada 35,11 persen pemilih DPD RI yang mengutamakan visi misi program, sedangkan yang lebih mengutamakna figur calon 33,61 persen.
Kondisi sebaliknya justru terjadi pada pemilihan anggota DPR RI dan DPRD.
Figur calon lebih kuat dari pada visi misi calon yaitu 30,53 persen dan 25 persen
Tetapi, lanjut Gebril Daulay, ada yang menarik saat Pilpres serentak kemarin.
Ternyata pemilihan serentak juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pemilih menggunakan hak pilihnya (memilih Capres dan Cawapres).
"Jadi ada pengaruh pemilihan serentak terhadap alasan publik memilih capres dan cawapres," kata Gebril Daulay saat acara evaluasi pascapemilu 2019 dan menyongsong Pilkada serentak 2020, Minggu (22/12/2019).
Sementara dilihat dari segi usia dan juga pendidikan, ternyata dari hasil survei menunjukan yang memilih berdasarkan visi misi dan program itu paling tinggi di usia 39-49 (generasi X).
Justru yang paling sedikit itu di atas 49 dan kemudian yang berusia 17-24 tahun.
"Yang paling muda dan paling tua itu termasuk kategori paling rendah persentase memilih berdasarkan visi misi dan program, jika dibandingkan generasi Y dan X. Ini juga temuan menarik dalam penelitian KPU Sumbar," ujar Gebril Daulay.
Selain itu, KPU juga mendalami tingkat pendidikan sebagai faktor pemilih menggunakan hak pilihnya, baik yang tidak sekolah, tamat SD, maupun tamat SMP, SMA dan sarjana.