KISAH INSPIRATIF
Kisah Kakek Awaluddin, Penjual Kacang Balado di Padang, Menyasar Pasar Kampus karena 'Dendam'
Kisah Kakek Awaluddin, Penjual Kacang Balado di Padang, 'Dendam' dengan Kampus Jadi Motivasi Bisnis
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Saridal Maijar
"Tak sedikit uang saya habis oleh universitas. Anak saya kuliah di sana," terangnya sambil tertawa terbahak.
Sakit hati atau dendam yang dimaksud Awaluddin Danur yakni dendam positif.
"Saya ambil uang yang telah keluar untuk biaya kuliah anak saya, dengan berjualan kacang tiap hari," sebutnya.
Awaluddin Danur menyebut anak sulungnya kuliah di Universitas Bung Hatta, anak kedua dan bungsunya kuliah di Unand.
"Anak saya tiga. Alhamdulillah, telah selesai kuliah semuanya," ungkapnya.
Namun ia tak bisa mengukur apakah anaknya sudah sukses atau belum. Baginya sukses itu relatif.
• Kisah Para Penyintas Gempa Dahsyat 10 Tahun Lalu di Sumbar, Ada yang Terjepit Selama 18 Jam
Ia memiliki prinsip bagaimana anaknya tidak bekerja dengan orang lain, tetapi anaknyalah yang menciptakan pekerjaan untuk orang lain.
"Dari tiga anak, hanya satu yang bekerja yakni sebagai seorang polisi. Dulu kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unand.
Ia masuk polisi. Tidak mau dilarang. Akhirnya ia pindah ke Universitas Eka Sakti melanjutkan kuliahnya setelah menjadi polisi," jelasnya.
Dua anaknya yang lain, pertama alumni Universitas Bung Hatta angkatan 2000 telah mengelola usaha kacang Balado di Pekanbaru dan sekitarnya.
Nomor dua, alumni Unand angkatan 2003 Fakultas Hukum.
• KISAH INSPIRATIF - Saltia Aufari Terobsesi Bisa Jadi Relawan yang Diutus ke Palestina
Dia juga mengelola kacang Balado untuk Kota Padang dan sekitarnya.
"Yang membuat kacang balado karyawan. Sekarang ada sekitar sembilan karyawan di dua kota itu," pungkasnya.
Kini, Awaluddin Danur tengah merintis pasar kelas menengah ke atas.
Menurutnya, kampus serta dinas kota dan dinas provinsi termasuk kelas menengah ke atas.