10 Gempa Sumbar

Dosen Korban Reruntuhan Gedung STBA Prayoga Padang Diangkat Jadi PNS di Kampung Halamannya

, sebenarnya yang terdaftar di absen ada 14 mahasiswa tapi pada saat itu ada seorang mahasiswa yang bernama Mailizar, yang berhasil selamat dari trage

Penulis: Merinda Faradianti | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM/DEBI GUNAWAN
Ilustrasi: Gempa Dahsyat Sumbar pada 30 September 2009 terdokumentasikan dan tersimpan di Galeri Arsip Statis Kota Padang. 

TRIBUNPADANG.COM - Ketua STBA Prayoga, Yohanes Tuadaru menuturkan bahwa saat ini ada seorang rekannya, sesama dosen yang mendapatkan penghargaan berkat jasa dan pengorbanan saat mengabdi jadi pengajar di kampusnya.

Menurut Yohanes Tuadaru, rekannya bernama Suci lolos dari maut, namun harus merelakan kedua kakinya diamputasi akibat tertimpa reruntuhan saat gempa 2009.

"Sampai saat ini Ibu Suci yang kedua kakinya harus diamputasi dan beraktivitas menggunakan kursi roda.

Ibu Suci dan Sari selamat, karena terlindung balok beton yang sangat besar dan mereka terselamatkan karena di dalam tas Sari ada air minum 1 Tupperware besar," kata Yohanes Tuadaru kepada TribunPadang.com, Selasa (17/9/2019).

Semula, mereka para korban terperangkap selama 3 hari dalam puing-puing reruntuhan akibat gempa tersebut.

"Pada Kamis senja terdengar teriakannya oleh tentara yang berjaga. Ada suara minta tolong, suara mereka tidak terdengar karena suara alat berat yang sibuk membersihkan reruntuhan," pungkas Yohanes Tuadaru sambil memperlihatkan struktur bangunan lama.

Yohanes Tuadaru Mengenang Ada Mahasiswa STBA Prayoga yang Lolos dari Maut dan Meninggal Dunia

Dosen yang Gedung Kampusnya Ambruk Dapati Mahasiswanya Terjebak Reruntuhan hingga Meninggal

Yohanes menambahkan kondisi rekannya, Suci yang merelakan satu kaki diamputasi di atas lutut dan satu dibawah lutut.

Bahkan, 2 kakinya, yang diamputasi katanya telah mendapat bantuan kaki palsu.

"Sekarang beliau (Suci) memakai kursi roda, beliau diangkat menjadi PNS di Sungai Penuh sebagai bagian penghargaan pemerintah, karena dia cedera dalam bertugas," kata Yohanes Tuadaru

Selain itu keluarga korban pada saat kejadian sudah ramai datang untuk mencari kejelasan keadaan anak mereka. STBA Prayoga setelah gempa terjadi di sterilkan untuk mengevakuasi korban.

"Keluarga korban sudah banyak yang datang dan berkumpul di depan. Butuh 3 hari untuk mengevakuasi korban gempa. Mahasiswa yang menjadi korban itu angkatan 2008 semester 3," ujar Yohanes Tuadaru.

Korban Mahasiswa

Sedangkan, korban dari mahasiswa juga dialami Juara 1 debat Bahasa Inggris yang diadakan oleh Kopertis Wilayah X (Dikti) pada saat ini.

"Pada saat itu saya merasakan sangat sedih karena korbannya anak baik dan pintar-pintar. Ada satu diantara korban adalah juara 1 debat Bahasa Inggris Kopertis wilayah X Oktaliana Marliana Markus.

MENGINTIP POTRET Gedung Perpustakaan Provinsi Sumbar yang Ambruk Diguncang Gempa

TRAGEDI GEMPA 30 September 2009, Momentum Ubah Kota Padang dari Air Mata Jadi Mata Air

Sementara itu,  ada seorang mahasiswa yang bernama Mailizar, yang berhasil selamat dari tragedi tersebut.

Yohanes Tuadaru mengemukakan, sebenarnya awalnya, yang terdaftar di absen ada 14 mahasiswa tapi pada saat itu

"Mailizar ini pada saat kejadian ingin buang air kecil dia lihat di lantai 3 sepi dia turun ke lantai 1 sekalian mau membeli air minum. Pada saat gempa ia langsung panik dan lari kemudian mencari angkutan umum langsung ke Batusangkar.

Nah, teman-temannya saat gedung sudah miring mau roboh mereka sempat keluar semua dari lokal berlari menuju tangga yang terdekat dari kelas. Tangga beton rontok mereka melayang lalu jatuh berdempet-dempetan," ujar Yohanes Tuadaru.

Pihaknya sempat pesimistis tak bakal bisa bangun kampus lagi.

Mengingat gedung itu dibangun pada saat krisis moneter Tahun 1997 habis dana belasan miliar rupiah, yang lengkap dengan fasilitas dari kas Yayasan Prayoga.

"Setelah 2 minggu tidak kuliah kita bikin pengumuman perkuliahan akan dimulai lagi kalau tidak salah tanggal 12 Oktober 2009 di kampus Akademi Farmasi di Sudirman. Semuanya hadir, pada saat itu kami terkejut Mailizar tadi datang kami pikir dia masih belum terevakuasi. Saat dia datang semua mahasiswa lari, lalu kami tanya dan dia menceritakan semuanya," kata Yohanes Tuadaru.

Setelah merasa terpuruk karena tragedi tersebut, seluruh mahasiswa dan dosen STBA Prayoga bangkit kembali dengan membangun ulang kampus di tempat yang sama.

Selanjutnya, mereka juga mengadakan kegiatan setiap tahun tanggal 30 September melakukan aksi doa bersama di kampus STBA Prayoga tersebut.

"Kita lihat para dosen semangat dan ada keinginan untuk bangkit. Ada bantuan juga dari pemerintah sekitar 8,5 milyar. Tapi bangunan sekarang belum selesai semuanya. Bangunan sekarang hanya sepertiga dari bangunan yang lama. Ini bangunan sudah tahan gempa dan pada saat gempa terjadi ini dijadikan shelter.

Setiap 30 september kita selalu memperingati kejadian gempa dengan melakukan doa bersama. Karena korban berasal dari 3 agama ada Ummat Muslim, Khatolik, dan Budha. Kita kumpul pukul 17.00 WIB dengan menanggil pemuka agama.

Dari 11 korban ada 2 jenazah yang tidak teridentifikasi karena wajahnya hancur, diduga mereka jatuh dengan posisi wajah telungkup. Korban yang sudah teridentifikasi langsung dibawa keluarga," ujar Yohanes Tuadaru.(*)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved