Mak Etek Bertahan Jualan Koran Meski Digerus Zaman, Ungkap Kisah Indah Dibuatkan Lapak oleh Walikota
Mengenakan topi terbalik, Mak Etek (Mamak Ketek) terlihat sibuk mencatat pembelian dari koran yang dijualnya dalam sebuah buku kecil.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: afrizal
"Dulu pernah sampai pukul 23.00 WIB. Itu saat Hasan Basri Dusrin menjadi walikota. Awalnya saya berjualan di dekat kantor Balai Kota Padang lama.
Kalau dulu banyak koran yang saya jual, dulu saya sebagai sub agen.
Bahkan mampu buka lapak koran sepanjang 6 meter.
Setelah itu, saya juga pernah dibuatkan tempat menjual koran oleh Walikota Zuiyen Rais, setelah itu kena gusur.
Setelah itu baru pindah lagi ke tempat yang sekarang," jelas Mak Etek.
Mak Etek memeroleh koran dengan berbagai cara.
Ada yang dijemput ke masing-masing kantor media, dan ada juga yang diantar.
"Nantinya koran saya jual dengan harga Rp 4 ribu hingga 5 ribu per edisi," ujar Mak Etek.
Mak Etek mengungkapkan penjualan korannya kini tidak seberapa.
Orang tidak lagi baca koran.
Tetapi lebih memilih baca berita di media daring.
"Dikecek an karam indak pulo. Manunggu karam bisa jadi. Baa nan ka elok se lah. Nan jaleh koran bola alah mati kini," ucap Mak Etek.
Bila diterjemahkan,artinya dikatakan karam belum. Menunggu karam bisa jadi. Bagaimana baiknya saja. Yang jelas Koran Bola sudah tidak terbit.
Kebanyakan yang membeli koran Mak Etek orang berusia lanjut.
Tidak mengeluh, ia hanya bisa menerima keadaan sekarang.