Padang
Dua Mahasiswi Kota Padang Beberkan Ide Awalnya Memasak Rendang Bengkuang
Dua mahasiswi Program studi (Profi) PGSD STKIP Adzkia masing-masing, Istikomah dan Saskia Villani membeberkan awal terciptanya Rendang Bengkuang atau
Penulis: Rezi Azwar | Editor: Emil Mahmud
Awal Ide Rendang Bengkuang Buatan Mahasiswi STKIP Adzkia
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rezi Azwar
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Dua mahasiswi Program studi (Profi) PGSD STKIP Adzkia masing-masing, Istikomah dan Saskia Villani membeberkan awal terciptanya Rendang Bengkuang atau rendang berbahan Buah Bengkuang sekaligis pengganti daging.
Sebelumnya, kedua orang mahasiswa tersebut berhasil mengolah Buah Bengkuang menjadi masakan rendang yang tak kalah gurihnya serta lezat.
Informasi yang dihimpun TribunPadang.com, bahwa dari hasil inovasi tersebut mereka dalat meraih juara 1 Lomba Parade Cinta Tanah Air (PCTA) 2019 tingkat Perguruan Tinggi se-Sumbar.
Bahkan, kedua mahasiswa STKIP Adzkia asal Bukittinggi tersebut akan mewakili Sumbar dalam ajang PCTA tingkat Nasional, September mendatang.

Ditemui oleh TribunPadang.com, Saskia Villani mengatakan bahwa ide tersebut datang dari rekannya.
"Masalah ide berasal dari rekan saya, dan saya hanya mengaplikasikannya," ungkap Saskia, ditemui TribunPadang.com di STKIP Adzkia di Jalan Taratak Paneh No 7, Korong Gadang, Kuranji, Kalumbuk, Padang, Kota Padang, Sumatera Barat, Senin (1/7/2019).
Dijelaskannya, bahwa untuk pengolahannya sekitar empat jam, dan sama dengan membuat rendang biasa.
"Bedanya hanya tidak menggunakan daging, namun menggunakan buah bengkuang sebagai bahan dasarnya," ungkap Saskia.
Menurutnya, Rendang Bengkuang adalah solusi bagi para pecinta kuliner yang punya masalah dengan daging, dan juga bagi para vegetarian.
"Kami awalnya, diminta untuk membuat produk inovatif yang baru, dan punya nilai cinta tanah air dan bela negara," kata Istikomah.
Karena sebagai orang yang lahir di Bukittingi dirinya sering menempuh perjalanan pergi-pulang Padang - Bukittinggi.
"Dalam perjalanan, saya lihat banyak penjual buah bengkuang, namun sedikit yang membeli," ujar Istikomah.
Ia pun mencari tahu lagi, dan ternyata ia menemukan banyak petani bengkuang yang sudah tidak menanam buah bengkuang lagi.