Kisah Dinna Fikriana Lulusan Terbaik Universitas Andalas (Unand) yang Nyaris Raih IPK Sempurna
Dinna Fikriana dinobatkan sebagai peraih nilai tertinggi pada wisuda II Unand 2019 lulusan Fakultas Hukum dari prodi Ilmu Hukum.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: afrizal
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Wisuda merupakan momen manis yang ditunggu-tunggu oleh mahasiswa, baik program Sarjana maupun Diploma III.
Apalagi jika gelar gelar sarjana yang diperjuangkan ternyata mendapat predikat lulusan terbaik dengan IPK yang sempurna.
Dipanggil di hadapan ribuan wisudawan lain dan tamu undangan, maju ke depan dan bersalaman langsung dengan pimpinan kampus bisa jadi momen yang tak terlupakan.
Itulah yang dirasakan seorang mahasiswi kelahiran Batusangkar, 21 Agustus 1996 yang menamatkan masa studinya selama 3 tahun 9 bulan, Dinna Fikriana.
• Prof Yuliandri Dilantik sebagai Rektor Unand pada November 2019, Ini Harapan Kemenristekdikti
• Terpilih sebagai Rektor Unand Periode 2019-2023, Prof Yuliandri Punya 2 Target yang Ingin Dicapai
• GURU BESAR Unand, Saldi Isra dan 8 Hakim MK Sidangkan Perselisihan Hasil Pilpres 2019
Dinna Fikriana dinobatkan sebagai peraih nilai tertinggi pada wisuda II Unand 2019 lulusan Fakultas Hukum dari prodi Ilmu Hukum.
Dinna Fikriana mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,96 dan membuatnya lulus dengan pujian.
"Saya grogi saat dipanggil dan maju ke depan karena merasa jadi pusat perhatian ribuan orang.

Tetapi Alhamdulillah, hingga melangkahkan kaki dengan rasa haru dan bahagia, segala kecanggungan perlahan hilang," kata Dinna Fikriana kepada TribunPadang.com, Sabtu (29/6/2019).
Dinna Fikriana bersyukur bisa jadi lulusan terbaik Wisuda II di salah satu kampus terbaik di Sumatra.
Ia mengatakan awalnya tak pernah menyangka akan menjadi lulusan terbaik di kampus tertua di luar Pulau Jawa tersebut.
• KISAH ANAK Petani Lulusan Sastra Indonesia Universitas Andalas Bagikan Tips Raih Cum Laude
Lulusan terbaik memang pernah menjadi targetnya, sebab ia berprinsip hidup harus ada target.
"Usaha memang tidak akan pernah mengkhianati hasil. Jadi lulusan terbaik emang target sejak masuk perkuliahan.
Awalnya semester 1 dan 2 masih belajar seperti anak SMA yakni cuma menghapal.
Tetapi setelah ikut organisasi, Alhamdulillah paradigma cara belajar saya berubah.
Ternyata belajar tidak hanya teoritis tetapi praktis juga," ujar perempuan yang akrab dipanggil Dinna ini.
Ia merasa untuk menjadi lulusan terbaik harus mengubah cara belajar.
Cara belajar SMA yang dinilai kaku tidak mungkin diterapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
• Hujan Lebat Disertai Angin Kencang di Padang, Pohon Tumbang di Depan SMP Maria hingga Batang Arau
• Terjemahan Lirik Lagu A Whole New World OST Film Aladdin, Cover Hanin Dhiya feat Andmesh (VIDEO)
Dinna Fikriana juga memikirkan jika menghadapi dunia kerja yang diperlukan bukan hanya kemampuan akademik, melainkan juga dibutuhkan skill.
Oleh karena itu, Dinna mengubah persepsi dengan niat dalam hati ingin jadi lulusan terbaik.
Ia pun bersyukur hasil yang memastikan kalau dirinya adalah lulusan terbaik.
"Alhamdulillah, saya bersyukur banget bisa jadi lulusan terbaik di Unand ini. Bisa lulus dengan IPK 3.96 suatu bentuk nikmat banget yang diberikan Allah kepada saya.
Ya, selain usaha yang maksimal, tentu juga harus berdoa. Itu gak boleh lupa, karena kita tahu semua terjadi hanya karena kehendak Allah," ucap anak dari pasangan seorang pendidik dan penjual makanan ini.
Menurutnya, hasil yang diraih adalah buah dari kerja kerasnya selama kuliah.
• Pahami Sistem Seleksi PPDB Online SMA 2019 Agar Tak Salah Pilih Sekolah, Ini Link PPDB Online Sumbar
• LINK PPDB Online SMA/SMK Tahun 2019 di Sumbar, Simak Jadwal dan Proses Pendaftarannya
Selain aktif kuliah, Dinna juga aktif berorganisasi.
Sekalipun harus membagi waktu dengan organisasi, namun Dinna juga bisa membuktikan kalau aktivis juga bisa meraih kesuksesan dengan menjadi lulusan terbaik.
"Semasa kuliah, saya nggak hanya terfokus dengan kuliah pulang kuliah pulang atau biasa dikenal dengan istilah mahasiswa kupu-kupu.
Selain itu, saya juga melakukan kegiatan organisasi di kampus," tutur perempuan yang ingin segera menerapkan ilmunya di dunia kerja ini.
Ada tiga organisasi yang Dinna Fikriana ikuti selama bergelut di dunia perkuliahan.
Di antaranya Lembaga Advokasi Mahasiswa dan Pengkajian Kemasyarakatan, Klinik Etik dan Hukum, dan Himpunan Mahasiswa Hukum Pidana.
Aktif di organisasi tersebut, selain belajar dengan membaca dan memahami, Dinna juga belajar banyak hal dari kehidupan berorganisasi.
Seperti contoh, cara menganalisis permasalahan hingga tahap penyelesaian.
"Setelah belajar di kelas secara teori, kemudian diimplementasikan melalui organisasi.
Cara belajar saya mungkin hampir sama dengan mahasiswa lainnya, baca buku, rajin bahas soal dan memahami bahan bacaan," jelas anak kedua dari empat bersaudara ini.
Bagi Dinna buku adalah teman.
Kalau nggak ada buku ia merasa ada sesuatu yang hilang dari dirinya.
Namun, Dinna mengaku juga pernah merasa bosan selalu berkutat dengan buku.
Jika ia merasa bosan, ia juga melakukan hal yang sama dengan mahasiswa lain, yakni refreshing atau berkunjung ke suatu tempat.
Fokus dengan tujuan yang diinginkan dan punya jiwa ambisius membuat Dinna Fikriana terpacu untuk meraih hasil yang lebih baik.
Ia menekankan sebagai mahasiswa jangan hanya terfokus dengan apa yg diberikan di dalam kelas saja.
"Cobalah analisis setiap pelajaran yang didapat. Pelajaran kalau dihapal bakalan hilang nantinya, tapi jika dipahami dan diimplementasikan akan gampang diingat.
Enjoy, fokus dan kejar target. Jangan sampai lengah," kata Dinna.
Dinna mengaku aktivitas yang dilakoninya di kampus tak selalu berjalan mulus.
Ia juga menghadapi kendala-kendala seperti sulitnya bagi waktu antara organisasi dan kuliah.
Ada beberapa pertanyaan yang selalu tertanam di dalam diri Dinna.
"Kita harus ingat siapa kita? apa yang harus dilakukan selama kuliah? apakah hanya menjadi mahasiswa biasa atau luar biasa?
Jika ingin yang kedua pasti kita bakalan ambil risiko, selain nilai yang bagus di kelas pasti kita nggak bakalan puas jika nggak ada organisasi," ujar Dinna.
Banyak mahasiswa yang khawatir tidak bisa membagi waktu saat berorganisasi. Itupun juga pernah dirasakan Dinna.
Dinna mengaku, selama masa organisasi kadang ia harus bertarung antara tugas kuliah atau tugas sebagai anggota organisasi.
Pikirannya berkecamuk, namun keputusan dikembalikan kepada diri sendiri. Ia harus bisa memaksimalkan waktu yang ada, baik akademik dan non akademik dapat terkejar.
Dinna menganggap organisasi sebagai sarana pendukung dalam meningkatkan kemampuan pemahaman belajar di kelas.
"Jika tugas kuliah dan organisasi sama-sama banyak, biasanya saya harus pintar-pintar bagi waktu.
Kita harus loyal juga ngerjain tugas organisasi hingga larut malam. Tengah malam baru ngerjain tugas kuliah," papar Dinna.
Dinna berpesan jika sibuk kuliah dan organisasi, ia juga mengingatkan agar tak lupa menjaga kesehatan.
Kemudian mencari teman terdekat yang dapat membawa ke arah lebih baik.
Kesibukan kuliah dan organisasi memang terbukti membuat Dinna mampu meraih gelar sarjana dengan judul penelitian skripsi "Proses Permohonan Restitusi Melalui Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban terhadap Anak Korban Tindak Pidana Penganiayaan".
Ia tertarik mengambil tema itu karena belum ada penelitian yang serupa dengan penelitiannya.
Kemudian, dilatarbelakangi dengan kasus tindak pidana penganiayaan yang terjadi kepada dua orang anak hingga berujung kematian.
Ia bercerita, orang tua si anak selain menuntut agar si terdakwa diberikan hukuman setimpal juga bagaimana menuntut keadilan terkait restitusi atau ganti rugi baik materi dan immaterill.
"Permohonan ganti rugi telah diusahakan sejak tahun 2013 tetapi ditolak oleh hakim. Saya juga ingin melihat bagaimana proses permohonannya.
Apa yang menjadi penyebab hakim tidak mengabulkannya serta strategi apa yang akan diambil oleh pihak Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang untuk mendapatkan restitusi tersebut," papar Dinna.
Dinna yakin untuk mendapatkan hak tentu ada perjuangan.
Indonesia adalah negara hukum.
Hidup di negara hukum menurut Dinna tentu harus sesuai aturan, dimana setiap warga memiliki hak dan kewajiban.
"Saya tertarik menelusuri perjuangan itu, bagaimana cara memperjuangkan hak orang tua dari si anak untuk mendapat restitusi berdasarkan aturan terkait," jelasnya.
Dinna bersyukur mengaku lahir di tengah keluarga yang memiliki latar belakang sebagai pendidik dan penjual makanan.
"Papa bekerja sebagai PNS, guru Bimbingan Konseling di SMPN 1 Sitiung Dharmasraya. Kalau mama kerjanya jualan makanan di kantin.
Alhamdulillah, saya bangga mempunyai kedua orang tua seperti papa mama.
Dan mereka hadir mendampingi saya saat wisuda," bangga Dinna.
Lulus kuliah bagi Dinna bukanlah akhir kehidupan, masih ada kehidupan selanjutnya yang menunggu.
Usai kuliah, ia ingin menerapkan ilmunya di dunia kerja dan juga ingin mengambil kesempatan S2.
"Tetapi tahun ini mau kerja dulu. Mau cari pengalaman di dunia kerja dulu. Insya Allah tahun besok baru ambil S2," tutup Dinna. (*)