LOMBA Layang-layang Darek Apik di Kota Padang, Permainan Anak Nagari di Minangkabau

Bermain Layang-layang ternyata bukan sebatas menjadi kegemaran anak-anak, melainkan juga bagi pemuda hingga orang dewasa

Penulis: Emil Mahmud | Editor: afrizal
TribunPadang.com /Rizka Desri Yusfita
Kelompok pemuda Kelurahan Ampang. Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) menggelar pertandingan Layang-layang darek apik, mulai Minggu (19/5/2019). 

Lestarikan Permainan Anak Nagari, Pemuda Kuranji Gelar Pertandingan Layang-Layang Darek Apik

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Bermain Layang-layang ternyata bukan sebatas menjadi kegemaran anak-anak, melainkan juga bagi pemuda hingga orang dewasa.

Pemandangan itu terlihat  saat pemuda Kelurahan Ampang. Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) menggelar pertandingan Layang-layang Darek Apik, mulai Minggu (19/5/2019).

"Di Kota Padang permainan ini sudah diwariskan secara turun temurun. Kami baru menggelar pertandingan beberapa hari dan masyarakat antusias untuk mengikuti," ujar ketua pelaksana, Korik saat ditemui TribunPadang.com, Kamis (23/5/2019) di sela sela pertandingan.

Kelompok pemuda Kelurahan Ampang. Kecamatan Kuranji, Kota Padang,  Sumatera Barat (Sumbar) menggelar pertandingan Layang-layang darek apik, mulai Minggu (19/5/2019).
Kelompok pemuda Kelurahan Ampang. Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) menggelar pertandingan Layang-layang darek apik, mulai Minggu (19/5/2019). (TribunPadang.com /Rizka Desri Yusfita)

Korik mengulas pertandingan Layang-layang Darek Apik merupakan permainan anak nagari di ranah Minangkabau yang sudah menjadi tradisi.

Semarak Tanding Layang-layang Darek Apik di Ampang, Kuranji Kota Padang

Menurutnya, jenis Layang layang darek apik banyak dimainkan oleh anak nagari di Minangkabau saat cuaca cerah.

Korik memaparkan bentuk Layang-layang ada yang khas bundar dan lonjong, serta mempunyai ekor panjang, yang memiliki daya tarik tersendiri saat diterbangkan.

"Saat berada di atas, layang layang akan melenggak lenggok kiri dan kanan," lanjut pemuda berusia 36 tahun ini.

Korik mengulas bagi dewan juri akan menilai Layang-layang yang berhak jadi pemenang apabila posisi tali (nilon) saat mengudara layaknya tegak kepala.

Sebagaimana lazimnya pertandingan ini, seluruh peserta lomba akan dilihat tali Layang-layang, yang bisa mendekati tegak lurus sebagaimana ketentuan dari dewan juri tersebut.

"Biasanya, momentum saat penilaian oleh juri itu seluruh peserta yang menerbangkan Layang-layang masing-masing, tidak diperkenankan memegang melainkan membiarkan talinya diiikat di sebatang buluh bambu atau kayu," ujarnya. 

Selanjutnya, dewan juri melakukan penilaian ketika posisi Layang-layang di udara yang diperkirakan hanya berlangsung dalam waktu relatif singkat.

Sejurus itu, bekerja disaksikan oleh para penonton, termasuk peserta secara bersama-sama memperhatikan proses    

Sejauh ini, pertandingan Layang-layang Darek Apik bisa diikuti oleh berbagai kalangan, baik yang muda maupun yang tua, termasuk seluruh kalangan masyarakat.

"Peserta dikenakan biaya pendaftaran sebesar Rp 50 ribu dengan sistem gugur. Total hadiah yang diperebutkan 70 persen dari insert yang terkumpul," jelas Korik.

Untuk aturan permainan, Korik menegaskan layang layang yang diikutkan dalam pertandingan ialah layang layang darek.

Kemudian, dalam permainan posisi apik atau tambin-metral dibuat sesuai arah putaran angin.

"Peserta diberi aba aba oleh juri. Setelah hitungan ke sepuluh, tidak boleh melewati apik atau tambin. Jika layang layang lewat tambin atau apik, maka dinyatakan gugur," jelas Korik.

Dalam permainan layang layang, kata Korik, semua peserta harus saling menghormati satu sama lain. Serta diharapkan menjaga sopan santun sesama pemain.

"Panitia tidak menerima protes yang tidak mungkin dari permainan layang layang. Apapun keputusan juri tidak bisa diganggu gugat," kata Korik.

Kelompok pemuda kelurahan Ampang Kecamatan Kuranji Kota Padang menggelar pertandingan Layang-layang darek apik khas Sumatera Barat (Sumbar), Kamis (23/5/2019).
Kelompok pemuda kelurahan Ampang Kecamatan Kuranji Kota Padang menggelar pertandingan Layang-layang darek apik khas Sumatera Barat (Sumbar), Kamis (23/5/2019). (TribunPadang.com /Rizka Desri Yusfita)

Korik menambahkan, apabila benang layang layang juara tersangkut dalam arena boleh diselamatkan atau dipanjat.

Sementara, Layang layang juara, apabila jatuh di luar arena atau batas penurunan dinyatakan gugur. Batas turun layang layang yang juara ditentukan oleh panitia.

Korik menjelaskan, layang layang peserta yang berada di depan dengan ketinggian minimal 600 meter itu dianggap sebagai pemenang.

Pemenang terdiri atas Juara I, II, III dan Harapan I.

Pantauan TribunPadang.com, tampak puluhan layang layang di lepas serentak dan dipacu untuk bisa terbang jauh dan berada paling depan sehingga bisa menjadi pemenang.

Lomba Kukur Kelapa

Para Ibu-ibu mengikuti lomba kukur kelapa di Jalin, Jantho, Aceh Besar, Rabu (22/5/2019)
Para Ibu-ibu mengikuti lomba kukur kelapa di Jalin, Jantho, Aceh Besar, Rabu (22/5/2019) (FOR SERAMBINEWS.COM)

Terpisah sejumlah mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry menggelar Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) di Gampong Jalin, Jantho, Aceh Besar, 15 April sampai 30 Mei 2019.

Pengabdian tersebut diisi dengan berbagai kegiatan unggulan, satu di antaranya ‘Festival Jalin Ramadhan’, yakni perlombaan tradisional khas Aceh yang kini mulai dilupakan.

Lomba kukur kelapa (krut u) menggunakan alat kukur kelapa (geulungku) menjadi lomba yang cukup menyedot perhatian.

Masyarakat terutama ibu-ibu terlihat sangat bersemangat mengikuti ajang tersebut.
Setiap peserta membawa alat kukur kelapa dari rumahnya untuk berkompetisi di halaman meunasah setempat, lokasi perlombaan.

Hal itu diungkapkan peserta KPM UIN Ar-Raniry tahun 2019 di Gampong Jalin, Mirza Rahmatillah kepada Serambinews.com, Kamis (23/5/2019).

Mirza yang juga panitia lomba mengatakan, geulungku yang merupakan alat kukur kelapa tradisional kini mulai ditinggalkan.

Bahkan tak sedikit anak muda zaman sekarang yang tidak mengetahui cara pakai alat tersebut.

“Di Gampong Jalin, alat ini masih banyak digunakan ibu-ibu. Kegiatan ini adalah upaya kita dalam menjaga barang-barang tradisional, meskipun banyak alat lainnya yang lebih canggih,” ujar Mirza.

Menurutnya, geulungku merupakan alat parut manual yang unik, karena tetap bisa digunakan meskipun tidak ada listrik.

Selepas perlombaan krut u tersebut, lanjut Mirza, pihaknya juga mengadakan lomba bola api bagi para pria.

“Sebelumnya masyarakat Jalin belum pernah sama sekali bermain bola api. Jadi kegiatan ini sangat menarik perhatian mereka,” ujar mahasiswa Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dan Hukum itu.(*)

(*/TribunPadang.com)

*)Tulisan ini telah diulas dari berbagai sumber, termasuk dari artikel TribunPadang.com serta sumber lainnya.

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved