Masjid Rao-rao Tanah Datar, Dibangun 1908 dengan Biaya 40 Ribu Gulden, Keramik Dipesan dari Milan
Masjid Rao-rao tidak dibangun menggunakan semen karena pada saat itu semen hanya digunakan untuk Belanda dan pembangunan Pelabuhan Teluk Bayur
Penulis: Merinda Faradianti | Editor: afrizal
Masjid Rao-rao Tanah Datar, Dibangun 1908 dengan Biaya 40 Ribu Gulden Keramik Dipesan Khusus dari Milan
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Merinda Faradianti
TRIBUNPADANG.COM, RAO-RAO - Nagari Rai-rao memiliki masjid tua yaitu Masjid Rao-rao yang berlokasi di Nagari Rao-rao, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar.
Masjid ini didirikan pertama kali tahun 1908.
Masjid ini adalah masjid kedua tertua di Nagari Rao-rao.
Menurut Makhfuz Idris Rajo Nan Paik sebagai pengurus masjid, masjid tertua pertama di Nagari Rao-rao adalah Masjid Baukia Baatok Ijuak terletak tak jauh dari Masjid Rao-rao.
"Masjid Baukia Baatok Ijuak adalah masjid tertua di sini, Masjid Rao-rao ini didirikan karena masjid tua tersebut sudah tidak bisa dipergunakan lagi," katanya pada TribunPadang.com, Selasa (14/5/2019).
• Berusia Hampir 2 Abad, Surau Paseban Simpan 20 Naskah Kuno Peninggalan Ulama Besar Kota Padang
• Surau Nagari Lubuk Bauk, Kisah Buya Hamka hingga Inspirasi Novel ‘Tenggelamnya Kapal Van der Wijck’
Pada tahun 1890 masyarakat Rao-rao melihat kondisi masjid sudah tidak bisa dipergunakan lagi maka dicari tempat yang cocok untuk mendirikan masjid baru.
"Awalnya ada empat titik lokasi yang akan dijadikan tempat tapi tidak bisa didirikan karena faktor jauh dari jalan kemudian jauh dari sumber air," lanjutnya.
Setelah dimusyawarahkan bersama, Rawang Sikabun dijadikan lokasi yang tepat untuk mendirikan masjid.
Pada saat itu ada tiga pemilik tanah yaitu Puti Reno Lila, Haji Adam, dan Haji Mohamad Thaib.
"Pemilik tanah yang masih hidup pada saat itu adalah H Thaib, beliau salah satu tokoh pendiri Kota Kuala Lumpur," kata Makhfuz sambil bercerita.
Tahun 1904 Haji Mohamad Thaib mewakafkan secara lisan tanahnya dan tahun 1905 dicanangkan lokasi yang cocok untuk mendirikan masjid.
• Berusia 1,5 Abad, Surau Tarok Masih Berdiri Kokoh di Kuranji Padang, Punya Tiang Kayu Melengkung
• Surau Tinggi Calau, Cagar Budaya di Sijunjung Simpan Ratusan Naskah Kuno
Setelah didapat lokasi yang cocok, tanah yang semula rawa yang ditumbuhi tanaman mansiang tersebut dikeringkan.
"Tanah rawa itu dikeringkan tapi sudah beberapa bulan tidak bisa kering karena ada 17 mata air di sana," paparnya lagi.
Makhfuz melanjutkan, setelah beberapa bulan tidak mau kering kemudian pihak Belanda memberikan masukan untuk bisa mengeringkan tanah rawa tersebut.
Belanda menyarankan untuk membuat selokan dan mengarahkan air kesatu titik.
Setelah kering, dibuat untuk pertama kali 4 tiang pondasi masjid dan selesai tahun 1908.
"Empat tiang tersebut melambangkan suku yang ada di Nagari Rao-rao ini yaitu Koto Piliang, Bodi Caniago, Bendang Mandailiang, dan Patapang Kutianyia.
• Masjid As-Saadah Berusia Ratusan Tahun di Tanah Datar, Ornamen Kolonial , Islam, China, dan Minang
• Masjid Ishlah di Sumbar, Berada di Desa Terindah Dunia, Jemaah Wudu Pakai Air Panas dari Gunung
Pada tahun 1914 untuk pertama kali dilakukan uji coba solat Jumat pertama.
Tapi belum resmi menjadi Masjid Jami' nagari karena masjid tua masih ada," tuturnya.
Masjid Rao-rao tidak dibangun menggunakan semen karena pada saat itu semen hanya digunakan untuk Belanda dan pembangunan Pelabuhan Teluk Bayur.
Masjid tersebut dibuat menggunakan kapur dan campuran lainnya.
Kata Makhfuz, Masjid Rao-rao memiliki persamaan arsitektur dengan Masjid As-Saadah Nagari Gurun.
"Tukang kedua masjid ini sama, hanya saja beda dari kedua masjid ini kalau Masjid Rao-rao menara kecil yang di depannya berbentuk bulat, sedangkan Masjid Nagari Gurun menaranya itu berbentuk persegi.
Arsitektur masjid ini gabungan dari Persia dan Minangkabau.
• Masjid Raya Gantiang, Masjid Tertua di Padang, Paduan Arsitektur Minang, Cina, Persia & Timur Tengah
Kemudian ada juga permintaan dari Belanda seperti jendela, pintu dan langit-langit yang tinggi.
Kemudian keramik juga dipesan khusus dari Milan Italia, pada saat itu masjid ini dibangun dengan total 40 ribu gulden," ungkap Makhfuz.
Masjid tersebut memiliki 13 jendela, 6 pintu, 2 kolam kecil, dan anak tangga yang besar ada 4 buah.
Kolam yang berada di belakang masjid digunakan untuk anak-anak Nagari Rao-rao untuk berenang.
"Umumnya anak sini bisa berenang, karena berenang juga olahraga yang dianjurkan oleh nabi," jelasnya.
Di dalam masjid terdapat mimbar yang berukuran 3 x 1,38 meter dengan tinggi 3,1 meter yang berhiaskan pecahan keramik.
Pada gempa Padang Panjang tahun 1926 Masjid Rao-rao mengalami kerusakan seperti dinding yang retak dan menara yang miring.
"Karena gempa dinding masjid jadi retak dan menara jadi miring. Pada tahun 1970-an dilakukan renovasi untuk memperbaikinya lagi," tutup Makhfuz Idris.(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/padang/foto/bank/originals/masjid-rao-rao-yang-berlokasi-di-nagari-rao-rao-kabupaten-tanah-datar.jpg)