JEJAK - ISIS di Filipina, Kerusakan Marawi Sama Parahnya dengan Kota Raqqa di Suriah

Norodin Lucman berasal dari sebuah keluarga dengan pengaruh Muslim yang kuat di Kota Marawi, kota berkibarnya bendera hitam ISIS

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA/TRIBUN JAGJA
ILUSTRASI - Suasana evakuasi wanita, anak-anak, lansia dan yang luka-luka dari Kota Baghouz, Suriah. Mereka harus mendaki bukit guna mencapai titik kumpul yang dikontrol pasukan Kurdistan 

Sebuah bom mematikan pada 17 Januari 2019 lalu menghancurkan katedral di Pulau Jolo, pulau yang bertetangga dengan Mindanao, ISIS mengaku bertanggungjawab atas peristiwa itu.

Marawi "hanyalah permulaan", tegas Norodin Lucman. Sebagai pemimpin yang bersih, ia cukup dihormati di wilayahnya.

Dia juga mengenal beberapa anggota ISIS di Marawi secara pribadi: anak muda yang marah dan tidak puas atas lingkungannya sendiri.

Pada hari ke-12 pengepungan, ISIS mengizinkan Lucman membawa 150 warga sipil, Muslim dan Kristiani untuk keluar dari zona pertarungan.

Pemboman dan kerusakan di Marawi telah meninggalkan "banyak kesengsaraan, kebencian, kemarahan dan kebiadaban setiap harinya", ujar Lucman.

Jika pemerintah tidak mengambil langkah yang besar untuk menyingkirkan masalah ini, "akan ada pemberontakan lainnya”, tambah Lucman ketika berbicara tentang "keberlanjutan perang kolonial melawan rakyat”.

Mindanao dan pulau lainnya yang lebih kecil di selatan Filipina, seperti Jolo, menyimpan sejarah dari salah satu konflik terpanjang di Asia.

Ini adalah gejolak antara kaum mayoritas Kristen yang mendominasi Filipina dengan kaum Muslim sebagai minoritas.

Muslim Filipina hanya 5 persen dari keseluruhan populasi Filipina.

Hampir seluruh Muslim Filipina mendiami Mindanao, yang dulunya di bawah kesultanan, masa sebelum para kolonial Kristen tiba di Filipina.

Sama seperti Norodin Lucman, Samira Gutoc melihat dirinya sebagai perwakilan minoritas Muslim yang terdiskriminasi.

Politikus berusia 43 tahun asal Marawi ini ingin menjadi senator.

Tapi, sejak 25 tahun lalu tidak ada seorang Muslim yang berhasil terpilih ke Senat Filipina.

Namun ia mengatakan kepada DW, "Jika kita terus percaya bahwa kedamaian hanya dapat dicapai oleh orang yang berseragam pada level pemerintahan nasional, tanpa melibatkan penduduk asli sini, maka upaya pencapaian kedamaian di Marawi akan terus gagal”.

Gutoc menyalahkan Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang telah mengorbankan Marawi dalam perang melawan teror.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved