Kisah Liberty Jualan 23 Tahun di Pos Terakhir Gunung Merapi Sumbar, Pernah ke Puncak Berbekal Tebu

Mendaki gunung menjadi hobi bagi sebagian manusia.Beragam alasan kenapa seseorang ingin mendaki Gunung Merapi

Penulis: Mona TR | Editor: afrizal
TribunPadang.com/Mona Triana
Pesanggrahan di Kaki Gunung Merapi Sumatera Barat 

Awal Liberti mendaki gunung ketika berumur 17 tahun, Liberti bersama saudara laki-laki dan teman-temannya pergi ke gunung hanya bermodalkan nasi yang dibungkus dari rumah dan sebatang tebu.

"Dulu kalau mau mendaki hanya bawa nasi terus tebu, tidak seperti para pendaki sekarang bawaannya banyak. Terus sepatu yang saya gunakan dulu sepatu sekolah," katanya.

Liberti melanjutkan ceritanya, sesampai di puncak Merapi ia mendengar suara dari kawah.

Ibu Liberti Penjual di Pasangrahan Gunung Merapi Sudah 20 Tahun Lebih
Ibu Liberti Penjual di Pesanggrahan Gunung Merapi Sudah 20 Tahun Lebih (TribunPadang.com/Mona Triana)

"Jadi sampai di puncak ada kawahnya, dulu kawahnya cuma dua. Kalau sekarang saya tidak tau ada berapa kawahnya sudah bertambah atau masih dua. Waktu itu saya mendengar ada suara gemuruh dari dalam kawan, karena takut kami langsung turun lagi ke bawah," ungkapnya.

Menurut Liberti, diumur itulah ia mendaki sampai puncak pertama kalinya, dan sampai sekarang Liberti belum pernah lagi untuk mendaki sampai puncak Merapi.

Kendati demikian Liberti berjualan di Pesanggrahan di kaki Gunung Merapi, para pendaki yang melintas di jalur ini pasti sudah tak asing lagi melihat warung terbuat dari bambu dan itulah warung Liberti.

Liberti berjualan di Pesanggrahan sudah lebih dari 23 tahun lamanya.

"Saya mulai jualan disini waktu anak pertama saya umurnya lima tahun, sekarang umur anak saya sudah 28 tahun," ucapnya.

Di warung tersebut Liberti menjual air mineral, teh, kopi hingga makanan-makanan kecil.

Namun Liberti tidak berjualan setiap hari, Liberti hanya berjualan dari Jumat hingga Minggu.

"Selama berjualan tidur di warung, biasanya saya jualan Jumat sore terus Minggu atau Senin pulang," sebutnya.

Selama berjualan tiga hari lamanya, Liberti mendapatkan Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta. 

"Kalau lagi ramai bisa sampai Rp 1 juta tetapi kalau pendaki sepi Rp 300 ribu saja," sebutnya.

Ibu Liberti, 49, Berjualan di Pasangrahan Gunung Merapi
Ibu Liberti, 49, Berjualan di Pesanggrahan Gunung Merapi (TribunPadang.com/Mona Triana)

Untuk harga jualan Liberti tidak jauh berbeda dari warung lainnya yang ada di kota, Liberti tidak terlalu banyak mengambil untung meskipun berjualan di kaki gunung.

Seperti satu botol air mineral Liberti menjual Rp 5 ribu.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved