Kisah Relawan Terjun ke Lokasi Gempa Solok Selatan, Saksikan Kerusakan hingga Trauma Warga
Trauma healing sangat diperlukan untuk mengurangi trauma warga karena daerah mereka baru saja diguncang gempa.
Penulis: Rezi Azwar | Editor: afrizal
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rezi Azwar
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Gempa menguncang Solok Selatan, Kamis (28/2/2019).
Kejadian yang berawal sejak Selasa dini hari hingga gempa besar Selasa pagi itu mengejutkan warga setempat.
Informasi Solok Selatan gempa pun membuat kaget banyak orang.
Termasuk Koordinator Resque MRI-ACT (Masyarakat Relawan Indonesia -Aksi Cepat Tanggap), Aprishindy Putri Oliyan yang ikut terjun bersama relawan.
Keterkejutan Aprishindy beralasan.
Selama ini dirinya belum pernah mendengar Solok Selatan menjadi pusat gempa.
"Awalnya saya merasa kaget akan gempa yang terjadi di Kecamatan Sangir Balai Janggo, karena sepengetahuan saya belum pernah kejadian pusat gempa di solsel," kata Aprishindy Putri Oliyan, pada TribunPadang.com, Selasa (5/3/2019).
• Gustinawati, Pemulung yang Dirikan Gubuk di Atas Tanah Orang Lain, Hidupnya Berpindah-pindah
• Nenek Ini Hidup di Gubuk Mungil Tepi Batang Arau Kota Padang. Bang Ben Merawatnya Penuh Kasih Sayang
Bagaimana kisah relawan ini saat terjun ke lokasi Gempa Solok Selatan?
Tak lama setelah gempa menguncang Solok Selatan, relawan mulai berdatangan.
Gempa yang melanda Solok Selatan menyebabkan kerusakan pada rumah warga dan fasilitas yang ada seperti mesjid dan sekolah.
Relawan pun langsung melakukan pembersihan puing bekas gempa.

Tentu saja aksi bersih-bersih dilakukan setelah koordinasi dengan pihak terkait.
Dituturkan Aprishindy pihaknya bersama relawan lain tidak mengalami kesulitan yang berarti.
Kendala kecil yang ditemukan hanyalah medan daerah yang cukup berat dan jauh dari akses posko utama yang berada di Kantor Camat Sangir Balai Janggo.
• Asa Amrizal Korban Gempa Solok Selatan Bisa Bangun Lagi Rumah di Tenggah Keterpurukan
• Detik-detik Rumah Amrizal Roboh Saat Gempa Solok Selatan, Kami Hampir Ditimpa Reruntuhan
Jarak tempuh dari satu nagari ke nagari lainnya juga jauh.
Begitu juga akses komunikasi akibat sinyal yang sering hilang.
"Lokasi gempa, jalurnya lumayan sulit, karena selain jarak tempuh dari satu nagari ke nagari lain yang jauh, juga struktur jalan yang masih sangat rusak dan masih berupa jalan tanah sangat menyulitkan relawan untuk mengakses beberapa daerah", katanya.
Walaupun ada kendala di lapangan, tidak menyurutkan semangat relawan.
Apalagi aktivitas relawan juga mendapat tanggapan positif dari pemerintah daerah.
Ia mengatakan, pemerintah Kabupaten Solok Selatan menyediakan tempat istirahat relawan di posko utama.
"Sisanya memang kemandirian relawan untuk mendapatkan tempat menginap," katanya.
Di lapangan relawan juga dibantu oleh warga dan wali nagari masing-masing posko pembantu.
"Menurut saya sudah sangat cukup membantu untuk akses awal," ujarnya.
• Kisah M Ikram Anak Pemulung jadi Polisi di Kepri, Bermodal Rp 300 ribu Mimpinya Terwujud
• Beckham Bertekad Tampilkan Performa Terbaik dalam Laga Persebaya Surabaya vs Persib Bandung
Trauma Healing
Dituturkan Aprishindy yang dibutuhkan korban gempa saat ini adalah relawan medis dan trauma healing.
Trauma healing sangat diperlukan untuk mengurangi trauma warga karena daerah mereka baru saja diguncang gempa.
Pemulihan trauma penting dilakukan mengingat banyak warga yang masih mengalami trauma yang cukup berat.
"Gempa juga membuat rasa trauma mendalam pada masyarakatnya," katanya.
Aprishindy menuturkan pemerintah daerah langsung tanggap dengan gempa yang terjadi.
Hari pertama gempa langsung dilakukan pendataan.
Hari kedua, telah berhasil mengumpulkan berbagai instansi dan melakukan koordinasi terpusat untuk bersama-sama membantu pemulihan pascagempa.
Ia mengatakan, selama beberapa hari di Kecamatan Sangir Balai Janggo, sejak pasca gempa pertama, ia sebagai koordinator rescue dari MRI-ACT sumbar.
"Hal yang pertama saya lakukan adalah melakukan pelaporan awal bahwa tim kami siap mendukung segala komando yang terpusat, kemudian kami mendapatkan posko pembantu di nagari mercu, dimana kami mendapat tugas pendataan awal dan assesment, lalu membantu proses distribusi logistik," katanya.
Timnya juga melakukan pembersihan dibeberapa bangunan yang telah mengalami kerusakan.
"Kami juga bekerjasama dengan Dinas Sosial membuka posko baru di Nagari Talunan, dimana daerahnya termasuk sulit untuk diakses dan jauh dari posko utama di Sungai Kunyit," ujarnya.
Di sana juga membuka dapur umum, pembangunan tenda pengungsian, dan kegiatan trauma Healing serta pembersihan lokasi akibat gempa.
"Terakhir juga pendistribusian ke warga yang mengalami kerusakan gempa paling parah di Talunan," ungkapnya.
Menurutnya kehadiran relawan di lokasi gempa sangat dibutuhkan.
"Situasi tanggap darurat dapat teratasi dengan cepat karena bantuan dari banyak pihak terutama relawan," katanya.(*)