Shelter Evakuasi Tsunami Ulak Karang Utara Masih Terbengkalai, Lurah Sebut Kondom Pernah Ditemukan
Kondisi shelter evakuasi tsunami di Kelurahan Ulak, Kecamatan Karang Utara, Padang, Sumatera Barat, masih terbengkalai.
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Kondisi shelter evakuasi tsunami di Kelurahan Ulak, Kecamatan Karang Utara, Padang, Sumatera Barat, masih terbengkalai.
Sejumlah fasilitas di shelter tersebut pun tak berfungsi, seperti listrik mati, toiletnya terkunci, dan sirine peringatan tsunami yang rusak.
Bahkan Lurah Ulak, Kecamatan Karang Utara, Kota Padang, Bambang Adiruscahaya menyebut, pernah ditemukan kondom di shelter evakuasi tsunami tersebut.

Warga setempat, kata dia, juga sering melihat pasangan muda mudi berduaan di bangunan empat lantai itu, saat malam hari.
"Kalau malam hari, dijadikan tempat pacaran. Seakan mereka berdua punya dunia, orang lain ngontrak," kata Bambang kepada Tribunpadang.com, Kamis (14/2/2019).
Dia menyebut, hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan di shelter tersebut.
Shelter itu, kata Bambang Adiruscahaya, tak ada penjaganya.
Apalagi, kendaraan roda dua bisa naik hingga ke lantai paling atas.
"Selagi tak ada pengawasan, hal ini masih belum bisa kita cegah," sebut Bambang.
Dia menyebut, persoalan ini tak hanya terjadi di shelter di wilayah pemerintahannya.
"Di mana pun shelter itu berada, masalahnya tetap itu-itu saja, selagi tak ada pengawasan," ujar dia.
Pihak kelurahan, kata Bambang Adiruscahaya, juga tak bisa mengawasi shelter itu selama 24 jam penuh.
Pihaknya hanya bisa mengawasi shelter itu di jam kerja.
Oleh karena itu, dia mengajak pemuka masyarakat, RT dan RW setempat, untuk ikut mengawasi shelter evakuasi tsunami yang terletak di Jalan Sumatera ini.
Tak hanya itu, dia juga berharap Pemerintah Kota Padang dapat menganggarkan biaya pengawasan di shelter.
"Kita ingin, setiap shelter di Padang ini ditugaskan orang untuk menjaganya. Jadi selalu terawasi," ujarnya.
Namun, orang yang ditugaskan untuk menjaga shelter mesti digaji.
"Nah, sekarang anggaran untuk itu tak ada," kata Bambang Adiruscahaya.
(Tribunpadang.com/Saridal Maijar)