Keracunan MBG di Agam
Dinkes Agam Terus Pantau Kondisi Warga dan Sekolah Penerima MBG Usai Keracunan Massal di Manggopoh
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Agam terus melakukan pemantauan ketat terhadap kondisi warga dan siswa penerima program
Penulis: Muhammad Afdal Afrianto | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM, AGAM – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Agam terus melakukan pemantauan ketat terhadap kondisi warga dan siswa penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG) usai insiden keracunan massal di Desa Manggopoh dan Kampung Tengah, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) pada Rabu (1/10/2025) malam.
Kepala Dinas Kesehatan Agam, Hendri Rusdian, mengatakan tim dari Puskesmas Manggopoh hingga kini masih aktif memantau seluruh korban maupun masyarakat di sekitar lokasi kejadian.
“Kawan-kawan di Puskesmas Manggopoh tetap melakukan pemantauan karena dapur MBG ini berada di wilayah kerja mereka. Kami ingin memastikan tidak ada lagi warga atau siswa yang mengeluhkan gejala baru setelah mengonsumsi makanan MBG,” ujar Hendri Rusdian kepada TribunPadang.com, Sabtu (4/10/2025).
Dari total 120 korban yang sempat mengalami gejala keracunan, Hendri menyebut 119 orang telah pulih dan kembali ke rumah, sementara satu korban masih dirawat di RSUD Lubuk Basung.
“Yang masih dirawat itu siswa MTSN, laki-laki. Kondisinya sudah membaik dan masih dalam pengawasan dokter,” jelasnya.
Selain itu, Dinkes Agam juga masih membuka posko kesehatan di wilayah Manggopoh untuk mengantisipasi adanya laporan tambahan dari masyarakat.
“Posko tetap kita buka. Kita pantau terus sampai benar-benar tidak ada lagi keluhan dari warga atau siswa penerima MBG,” katanya.
Pemantauan dilakukan tidak hanya di lokasi kejadian, tetapi juga ke sekolah-sekolah penerima MBG lainnya di wilayah Kecamatan Lubuk Basung dan sekitarnya.
“Sejak kemarin, kita sudah lakukan tracking ke seluruh sekolah penerima MBG, baik SD, TK, maupun MTSN. Alhamdulillah, tidak ada lagi laporan baru,” ungkap Hendri.
Meski situasi sudah mulai terkendali, Dinkes Agam masih menunggu hasil uji laboratorium BPOM Padang untuk memastikan penyebab pasti keracunan tersebut.
“Kita sudah kirim sampel makanan, muntah korban, tinja korban, dan air minum ke BPOM Padang hari Kamis pagi. Biasanya hasil keluar 14 hari kerja, tapi kita harap bisa dipercepat,” ujarnya.
Hendri menegaskan, status Kejadian Luar Biasa (KLB) belum dicabut sampai kondisi benar-benar dinyatakan aman.
“Kita lihat dulu perkembangannya. Kalau tidak ada lagi keluhan, nanti status KLB baru bisa dicabut,” tutupnya.
Pantau Sekolah Penerima MBG
Sejauh ini Dinkes Kabupaten Agam terus melakukan pemantauan ke sejumlah sekolah penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG) setelah insiden keracunan massal di Desa Manggopoh dan Kampung Tengah, Rabu (1/10/2025) malam.
Kadinkes Hendri Rusdian, mengatakan tim dari Puskesmas Manggopoh diturunkan langsung ke lapangan untuk memastikan tidak ada lagi siswa atau warga yang mengalami gejala serupa.
“Sejak kemarin kita sudah melakukan tracking ke seluruh sekolah penerima MBG, baik SD, TK, maupun MTSN. Sampai hari ini tidak ditemukan laporan baru,” kata Hendri Rusdian.
Ia menyebut, langkah pemantauan ini dilakukan sebagai upaya deteksi dini terhadap potensi munculnya kasus baru di wilayah penerima program MBG.
“Pemantauan ini penting untuk memastikan kondisi masyarakat benar-benar aman. Kalau ada yang masih bergejala, bisa langsung ditangani oleh petugas puskesmas,” ujarnya.
Hingga kini, Dinkes Agam mencatat 120 orang menjadi korban keracunan, yang terdiri dari siswa, guru, dan orang tua murid. Dari jumlah itu, 119 orang sudah pulih, sementara satu korban, siswa MTSN laki-laki, masih dirawat di RSUD Lubuk Basung.
“Korban yang masih dirawat sudah mulai membaik. Kita tetap pantau perkembangannya,” ungkap Hendri.
Selain pemantauan di sekolah, Dinkes Agam juga masih membuka posko kesehatan di Puskesmas Manggopoh agar masyarakat yang masih merasakan gejala bisa segera melapor.
“Posko tetap aktif sampai kondisi benar-benar stabil. Kita ingin memastikan tidak ada kasus baru sebelum mencabut status KLB-nya,” ucapnya.
Sementara itu, Dinkes Agam sudah mengirimkan sampel makanan, muntahan korban, tinja, dan air minum ke BPOM Padang untuk diperiksa.
“Hasil lab-nya biasanya keluar 14 hari kerja. Tapi kita sudah minta supaya bisa dipercepat,” jelas Hendri.
Hendri menegaskan, pemerintah daerah berkomitmen menjaga keberlanjutan program MBG, namun pelaksanaannya harus dievaluasi agar lebih aman dan sesuai standar.
“Program ini bagus, tapi pengawasan dan kebersihan dapur harus diperketat supaya tidak terulang lagi kejadian seperti ini,” pungkasnya.(TribunPadang.com/Muhammad Afdal Afrianto).
(Muhammad Afdal Afrianto).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.