Menyapa Nusantara
Arsip Digital dan Tantangan Dokumentasi Kepahlawanan Masa Kini
Hari Pahlawan mengingatkan pentingnya arsip sebagai penentu kebenaran sejarah dan penjaga kejujuran bangsa.
Bagi orang jujur yang benar-benar berjuang untuk bangsa, arsip adalah sahabat terbaik, sekaligus aset berharga yang akan membuktikan pengabdiannya.
Sementara bagi mereka yang hidup dari kebohongan dan manipulasi, kata verifikasi arsip saja sudah cukup menimbulkan kegelisahan mendalam. Mereka tahu bahwa arsip tidak pandai basa-basi, tidak bisa diajak bernegosiasi, dan tidak punya rasa sungkan untuk mengungkap kebenaran yang telah lama disembunyikan.
Ketika arsip negara tercecer, disembunyikan secara sengaja, atau bahkan dikendalikan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan politik sesaat, bangsa ini kehilangan kendali atas memori nasionalnya.
Dari arsiplah bangsa Indonesia dapat mengetahui siapa yang benar-benar pahlawan, siapa yang menjadi penjajah, dan siapa yang ternyata pengkhianat bangsa.
Kasus pemalsuan dokumen, seperti ijazah palsu, sertifikat tanah bodong, atau laporan proyek pembangunan yang dimanipulasi menunjukkan betapa rapuhnya sistem kearsipan. Padahal sistem kearsipan yang kuat seharusnya menjadi benteng terakhir untuk menemukan dan mempertahankan kebenaran. Bila kedaulatan arsip rapuh dan mudah dimanipulasi, maka kebenaran pun bisa dijual murah kepada pihak yang berkepentingan.
Di era digital, saat ini, tantangan pengelolaan arsip menjadi semakin kompleks dan memerlukan pendekatan baru.
Baca juga: Semangat Hari Pahlawan, PLN UID Sumbar Dukung Penguatan Bank Sampah Ampang Saiyo Lewat Program TJSL
Hampir setiap orang meninggalkan jejak digital yang tersebar di berbagai platform dan sistem penyimpanan data. Email yang dikirim dan diterima, unggahan di berbagai media sosial, metadata dari dokumen digital, hingga rekaman rapat daring yang tersimpan di gudang digital, semuanya adalah bentuk arsip baru yang harus dikelola dengan baik.
Semua bentuk arsip digital ini mempertanyakan warisan seperti apa yang akan ditinggalkan oleh generasi saat ini untuk generasi mendatang.
Apakah arsip yang mencerminkan integritas, kerja keras dan pengabdian nyata, ataukah justru arsip yang penuh kepalsuan, manipulasi, dan rekayasa untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Menjadi pahlawan di masa kini bukan hanya soal perjuangan fisik di medan perang, melainkan juga tentang menjaga jejak digital dan dokumen publik agar tetap jujur, terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan di hadapan publik dan sejarah.
Dalam dunia yang serba terekam dan terdokumentasi secara digital, arsip menjadi representasi wajah moral seseorang yang tidak bisa disembunyikan.
Refleksi Hari Pahlawan seharusnya tidak berhenti pada upacara seremonial yang dilakukan setiap tahunnya.
Momentum peringatan ini perlu dimanfaatkan untuk memperkuat kesadaran kolektif bahwa kedaulatan arsip adalah bagian integral dan tidak terpisahkan dari kedaulatan bangsa secara keseluruhan.
Dengan arsip yang autentik, terjaga dengan baik, dan berdaulat penuh di tangan negara, bangsa Indonesia bisa memastikan bahwa mereka yang disebut pahlawan memang benar-benar pahlawan sejati.
Sebaliknya, mereka yang terbukti sebagai pecundang atau pengkhianat tidak akan bisa berlindung di balik gelar kehormatan atau simbol-simbol semu yang tidak mencerminkan kenyataan sebenarnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/padang/foto/bank/originals/hp-no-ziarah-1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.