Bakom RI

Presiden Prabowo Tegaskan Kritik Penting bagi Demokrasi: Koreksi Itu Harus

Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menegaskan pentingnya kritik dalam kehidupan berdemokrasi.

Editor: Emil Mahmud
DOK.BAKOM RI
PRESIDEN BERI KRITIK - Presiden Republik Indonesia RI Prabowo Subianto menegaskan pentingnya kritik dalam kehidupan berdemokrasi. Menurutnya, pemimpin tidak boleh alergi terhadap masukan, sebab kritik sejatinya adalah “vitamin” yang memperkuat arah perjalanan bangsa. 

TRIBUNPADANG.COM, JAKARTA - Presiden Republik Indonesia RI Prabowo Subianto menegaskan pentingnya kritik dalam kehidupan berdemokrasi. Menurutnya, pemimpin tidak boleh alergi terhadap masukan, sebab kritik sejatinya adalah “vitamin” yang memperkuat arah perjalanan bangsa.

Hal tersebut ia sampaikan ketika menghadiri acara pemusnahan barang bukti narkotika hasil pengungkapan Polri sepanjang satu tahun terakhir di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta, Rabu (29/10/2025). 

Presiden Prabowo tidak hanya untuk memberikan apresiasi kepada aparat kepolisian yang berjasa menghentikan peredaran narkoba, tetapi juga menyampaikan pandangan mendasar tentang demokrasi dan kepemimpinan.

"Bersaing bagus, kritik harus, koreksi harus. Pemimpin yang tidak mau dikoreksi dia akan terjebak dalam kesalahan-kesalahan,” ujar Prabowo di hadapan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, jajaran kabinet Merah Putih, para tokoh agama, serta perwakilan organisasi masyarakat, pemuda, dan mahasiswa.

Prabowo juga berbagi pengalaman pribadinya dalam menerima kritik. Ia mengaku kerap menyempatkan diri menyimak berbagai obrolan publik media sosial. 

"Saya suka malam-malam buka podcast-podcast (kritik) itu, kadang-kadang dongkol juga yah. Apa ini? Tapi saya catat," ungkapnya.

Lebih jauh, ia juga membagikan pelajaran hidup yang pernah diberikan gurunya ketika dirinya difitnah saat masih muda. 

"Jangan takut difitnah. Saya dulu punya guru, waktu saya masih muda, saya kena fitnah dua-tiga kali, saya down. Tahu-tahu saya ngeluh ke guru saya,” kenangnya.

Gurunya kala itu justru menegaskan bahwa difitnah adalah tanda bahwa dirinya diperhitungkan. “Jangan kecil hati, engkau difitnah berarti engkau diperhitungkan, engkau difitnah karena engkau ditakuti. Oh, kok takut sama saya? Iya, engkau difitnah berarti kau disuruh hati-hati,” ucapnya mengingat pesan sang guru.

Baca juga: Kinerja Setahun Polri Era Kepemimpinan Prabowo: 214 Ton Narkoba Disita, Selamatkan 629 Juta Jiwa

Dengan nada bercanda, Prabowo sempat bertanya para hadirin. "Jadi, angkat tangan yang pengin jadi presiden, gak apa-apa, bagus. Tapi, jadi presiden yang benar, jangan takut dikoreksi,” kata Prabowo, yang langsung disambut riuh tepuk tangan.

“Malam-malam saya buka, apa iya yah, apa saya memang otoriter? Rasanya enggak sih. Jadi ini bagus, koreksi itu baik, tapi di ujungnya ayo,” jelasnya memberi isyarat bahwa kritik harus diiringi semangat persatuan dan kebersamaan.

Presiden menegaskan dalam pengabdian kepada negara, seorang pemimpin tidak boleh terjebak pada emosi pribadi dan perasaan yang menguras energi. 

“Dan saya punya filosofi, dalam pengabdian berbangsa dan bernegara, tidak boleh diikuti oleh rasa sakit hati. Yah, jangan. Biasa itu,” paparnya.

Pada kesempatan itu, Prabowo juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Polri dan Badan Narkotika Nasional (BNN) atas kerja kerasnya memberantas peredaran narkoba. 

Sepanjang satu tahun terakhir, aparat berhasil menyita barang bukti narkotika berbagai jenis dengan total berat 214,84 ton, senilai Rp29,3 triliun.

“Kita harus lihat bagaimana mengatasi narkoba. Harus kerja sama, teamwork. Jadi, saya ucapkan selamat kepada kepolisian, BNN. Saya minta kerja sama lebih dekat lagi, Bea Cukai, Kejaksaan, BIN, pemerintah daerah,” katanya.(rel)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved