Memasuki 3 Juli, dua prosesi penting yang membawa nuansa kesedihan dan duka cita dilaksanakan, Turun Panja, Maatam, dan Maarak Jari-Jari.
Baca juga: Tiga Pria di Payakumbuh Disergap Polisi saat Nongkrong Sambil Konsumsi Sabu, Satu Orang Buron
Turun Panja adalah simbolisasi tangan cucu nabi, Husain.
Panja ini kemudian diarak bersama Jari-Jari, yang melambangkan jari-jemari Imam Husain yang terputus dalam pertempuran.
Prosesi ini diiringi dengan ratapan dan syair-syair duka, mengingatkan kembali tragedi Karbala.
"Prosesi Turun Panja dan Maarak Jari-Jari ini adalah momen paling emosional. Kita diajak merasakan kembali kesedihan yang mendalam atas tragedi yang menimpa Imam Husain," ungkap Zulbakri.
Hari ini, 4 Juli, masyarakat Pariaman menyaksikan prosesi Maarak Saroban.
Saroban atau sorban, yang melambangkan mahkota Imam Husain, diarak keliling kota.
Prosesi ini menjadi salah satu penanda bahwa puncak perayaan Tabuik semakin dekat, sekaligus menjadi perjalanan dari rangkaian prosesi yang penuh simbolisme sebelum akhirnya Tabuik menjulang tinggi.
Dengan demikian, rangkaian prosesi awal Tabuik Piaman 2025 telah berjalan lancar dan penuh makna.
Setiap tahapan bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai luhur dan kebersamaan masyarakat Pariaman.
Semua mata kini tertuju pada 6 Juli 2025, saat Tabuik Naiak Pangkek dan prosesi puncak "Hoyak Tabuik" akan membanjiri Pantai Gandoriah, menutup perayaan tahunan ini dengan kemeriahan sekaligus rasa hormat yang mendalam. (TribunPadang.com/Panji Rahmat)