Ia menyebut, hal itu turut memicu penutupan beberapa program pendidikan oleh Kementerian Kesehatan.
Lebih jauh, Prof. Wirsma juga menyoroti sikap Menteri Kesehatan yang menganggap kolegium lembaga yang menyusun kurikulum dan standar pendidikan kedokteran sebagai penghambat.
“Menkes menganggap kolegium menghambat penambahan jumlah dokter. Padahal, kolegium justru menjaga mutu lulusan kedokteran. Sekarang kolegium diganti seluruhnya, dipilih secara daring melalui mekanisme yang tidak transparan. Ini sangat disayangkan,” ujarnya.
Ia menegaskan, jika kondisi ini terus dibiarkan, maka akan berdampak langsung pada sistem pendidikan di Unand.
Baca juga: LIVE Kondisi Terkini Kebakaran Kampus FKM Unand Jati Padang, Damkar Terus Lakukan Proses Pendinginan
“Ada ancaman dualisme sistem pendidikan, satu berbasis universitas dan satu lagi berbasis rumah sakit. Di Unand, sistem universitas sudah berjalan lama, sedangkan rumah sakit baru ada,” tuturnya.
Lebih lanjut, Prof. Wirsma menyampaikan bahwa para guru besar akan terus menyuarakan keprihatinan ini dan berharap Presiden Prabowo Subianto dapat mengambil langkah strategis.
“Kami berharap Bapak Presiden bisa memberi perhatian serius. Fakultas kedokteran adalah stakeholder penting dalam mencetak dokter-dokter berkualitas di Indonesia,” tutupnya.(*)