Oleh Nurhayati, S.Pd., Guru SDN 12 Gunung Tuleh, Kecamatan Gunung Tuleh.
Setiap kehidupan memiliki sebuah kisah yang berbeda, terkadang kita merasa kesulitan melaluinya dan tidak menutup kemungkinan rasa bahagia akan muncul.
Aku mempunyai sebuah keluarga yang sangat menyayangi ku. Ibu, ayah, kakak dan adikku yang masih kecil.
Pada tahun 2004 aku mulai sekolah di Madrasah Tsanawiyah Swasta di daerahku, aku duduk di kelas VII sedangkan kakakku berada di kelas VIII. Kami sangat bersyukur sekali masih bisa melanjutkan sekolah kejenjang menegah.
Mengapa demikian…?? karena keadaan ekonomi orang tua kami pada saat itu rasanya tidak akan mampu untuk melanjutkan Pendidikan lagi, jangankan sekolah untuk makan sehari-hari saja susah, tapi berkat kegigihan seorang ayah dan dorongan dari seorang ibu kami bisa sekolah lagi.
Ibu wanita yang kuat dan ayah bukan hanya sosok laki-laki pencari nafkah bagi kami melainkan seorang pahlawan yang selalu rela hidupnya susah demi membahagiakan keluarganya.
Hampir satu bulan, namun baru beberapa kali kami membawa uang jajan ke sekolah, itu semua tidak mengurangi semangat kami dalam menjalani proses pembelajaran di sekolah.
Karena, sejak dari bangku SD aku sudah didorong dengan keinginan untuk menjadi seorang guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan kakak ku ingin menjadi seorang dokter.
Apa yang kami tanamkan saat itu, tidak ada fikiran sedikitpun apakah itu semua dapat kami capai atau tidak. Namun yang aku khayalkan pada saat itu, seandainya aku jadi guru nanti aku akan bersikap adil kepada anak-anak didikku meskipun dia dari kalangan yang kurang mampu tanpa membeda-bedakan mereka.
Beberapa bulan berlalu, aku dan kakak mengalami kendala dalam pembayaran uang SPP dan uang Pembangunan sekolah. Pada suatu ketika, tepatnya hari senin seusai melaksanakan upacara bendera, Bapak Kepala Yayasan mengumumkan tentang beberapa siswa yang belum membayar uang SPP yang sudah jatuh tempo.
“Assalamu’alaikum wr.wb, bagi anak-anak kami yang belum membayar uang SPP harap dibawa besok karena tidak lama lagi kita akan melaksanakan ujian semester 2, bagi yang tidak membawa tidak diizinkan untuk mengikuti ujian. Hal ini tolong disampaikan kepada orang tuanya di rumah,” ujarnya kepada kami semua.
Sesampainya dirumah, kakak saya langsung menceritakan kepada ibu mengenai apa yang disampaikan bapak kepala Yayasan tadi.
Kakak : Bu…
Ibu : Iya, ada apa nak..?
Kakak : Tadi bapak kepala menyampaikan bagi yang tidak membayar uang SPP tidak boleh mengikuti ujian semester mendatang.
Ibu : eeeemm.
Ibu terdiam sejenak dan tidak mengatakan apa-apa.
Kakak : bu, kenapa ibu diam saja..?
Ibu : bagaimana ya nak, untuk saat ini ibu belum punya uang untuk membayar SPP, tapi kalian tidak usah khawatir ibu akan coba bicara dengan ayah nanti.
Setelah kami makan malam bersama, ibu menceritakan kepada ayah apa yang sudah disampaikan oleh kakak.
Setelah mendengar penjelasan dari ibu, raut wajah ayah langsung berubah seolah-olah sedang memikirkan sesuatu yang tidak kami ketahui, apa sebenarnya yang terlitas di dalam fikiran ayah..?
Keesokan harinya tepat pada pukul 06.30 WIB, aku dan kakak akan berangkat ke sekolah, kami langsung minta izin kepada ibu dan ayah serta tidak lupa meninggalkan sebuah pelukan hangat untuk adik laki-laki kami satu-satunya yang masih berusia kurang lebih 2 tahun.
Aku, kakak, dan teman-teman yang lain berangkat ke sekolah, perjalanan ke sekolah terasa sangat menyenangkan meskipun jarak tempuh dari rumah ke sekolah sekitar lebih kurang dua kilometer.
Hampir di pertengahan jalan, aku baru menyadari tenyata ayah ada dibelakang kami dan sepertinya ayah menuju arah yang sama dengan kami.
Ketika ayah sudah dekat dengan kami, aku dan kakak bertanya kepada ayah.
Aku : ayah mau kemana?
Kakak : iya ayah mau ke sekolah ya?
Ayah menjawab : iya ayah ingin bertemu langsung dengan kepala sekolah kalian.
Kakak : baiklah yah.
Sesampai di sekolah kami langsung masuk ke kelas sedangkan ayah langsung menemui bapak kepala Yayasan di ruangan kepala.
Sepanjang cerita ayah dengan bapak kepala Yayasan, disitu ayah menceritakan keadaan ekonomi kami pada saat itu, bukan hanya itu saja ayah juga meminta keringanan dalam pembayaran uang sekolah kami.
Setelah mendengar keluhan dari ayah, bapak kepala Yayasan menjawab bahwa untuk ketentuan biaya tidak bisa ditawar lagi, apalagi saat itu pihak sekolah sangat membutuhkan suntikan dana yang besar.
Sebab, sekolah kita sekarang dalam proses pembangunan yang harus di selesaikan paling lambat tahun ajaran baru ini, karena lokal belajar yang masih kurang.
Mendengar penjelasan dari bapak tersebut, ayah menjadi terdiam. “Baiklah kalau itu sudah menjadi keputusan sekolah, kami selaku orang tua hanya bisa menerima, tapi bagaimana kalau seandainya saya membantu mencarikan tambahan dana dengan meminta sumbangan kerumah- rumah warga untuk pembangunan sekolah ini dengan catatan salah satu dari anak saya diberikan kelonggaran biaya,” ucap ayah kepada Kepala Yayasan.
Akhirnya Bapak Kepala menyetujui permintaan yang diajukan oleh ayah. Ayah merasa sangat senang sekali mendengar jawaban dari bapak kepala Yayasan tersebut, sebelum ayah pulang pihak sekolah mengambil beberapa buah foto dokumentasi sekolah sebagai alat yang bisa digunakan ayah ketika akan meminta sumbangan nantinya.
Ayah melakukan pekerjaan itu 4 kali dalam seminggu dan sisa 3 hari lagi untuk ayah menarik becak.
Alhamdulillah perjalanan pertama ayah meminta sumbangan kerumah-rumah, ayah mendapatkan uang sejumlah Rp356.000 tetapi setelah beberapa lama melakukan pekerjaan itu semakin lama jumlah uang yang terkumpul semakin sedikit, tidak menutup kemungkinan ayah pulang hanya membawa uang recehan saja.
Hampir satu tahun ayah menjalani pekerjaan itu, selama itu pula kami harus menahan cacian, cemoohan dari orang-orang sekitar, selain itu aku dan kakak juga mengalami hal yang sama di sekolah, kami sering sekali diolok-olok oleh teman- teman, mereka segaja mempraktekkan bagaimana cara ayah meminta sumbangan ke rumah mereka dan ibu juga sering mendapat perkataan yang kurang meyenangkan dari orang-orang sekitar.
Mereka menyampaikan kalau kami belanja hasil uang dari meminta-minta dan mereka juga bilang kalau tidak dari uang sumbangan mungkin kami tidak akan bisa makan, padahal dari sisa setoran ke Yayasan uang yang di terima oleh ayah hanya dapat membeli susu SGM untuk adik saja tidak seperti yang mereka fikirkan.
Tetapi sebagai anak kami bangga mempunyai orang tua yang selalu berjuang keras untuk kami, karena kami tau betapa sulit yang dilalui ayah untuk pendidikan kami, ayah rela jalan kaki dari pagi sampai malam, sering sekali kami sudah tidur ayah baru sampai kerumah, karena lokasi yang di tempuh begitu jauh.
Selama meminta sumbangan setiap hari ayah harus mendatangi tempat yang berbeda, kalau hari ini ayah ke Simpang Empat berarti besok ayah harus menukar arah perjalanannya ke Simpang Tiga Ophir.
Singkat cerita, akhirnya aku dan kakak bisa menyelesaikan Pendidikan kami sampai SLTA, kakak tidak ingin berangan-angan untuk kuliah karena kakak tidak ingin membebani orang tua kami lagi, untuk tamat SLTA saja sudah merasa sangat bersyukur.
Akan tetapi, aku ingin sekali lanjut ke perkuliahan tapi keinginan itu harus ku simpan dulu sampai aku mendapatkan celah untuk itu, jadi setelah kakak mendapatkan ijazah ayah langsung membawa kakak ke tempat saudaranya untuk meminta pekerjaan.
Kebetulan pada saat itu ditempat sepupu ayah bekerja membuka lowongan untuk jadi Staf di kantor DPKAD Pasaman Barat, tetapi statusnya hanya sukarela, tidak apa-apa kata ayah yang terpenting anakku bisa bekerja di Pemerintahan.
Meskipun kakak tidak mendapatkan pekerjaan sesuai dengan yang dia cita-citakan, kakak tetap semangat dan bertanggungjawab dengan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Kakak menginjakkan kaki di kantor tersebut mulai tahun 2008, baru satu tahun kakak bekerja, aku pun mencari lowongan pekerjaan dengan sering ikut dengan kakak ke Simpang Empat.
Aku mendapatkan pekerjaan di sebuah koran warta Pasbar berlokasi di dekat SMA 1 Pasaman pada saat itu. Karena sudah sering berada di luar tempat tinggal ku, semakin lama hati ini rasanya ingin sekali kuliah, apalagi aku sering mendengar dari ucapan orang-orang sekitar bahwasanya untuk lima tahun kedepan Pendidikan SLTA tidak akan berlaku lagi.
Jika aku kuliah aku belum punya uang untuk mendaftar, jadi sepanjang pemikiran tersebut aku teringat dengan adik ibuku yang tinggal di Ujung gading, kebetulan paman tersebut memiliki ekonomi yang mapan, aku langsung menelfon paman tersebut dan menceritakan keinginanku.
Aku sangat kaget dan sekaligus senang mendengar respon paman ku itu. Paman menyuruhku datang untuk menjemput uang pendaftaran kuliah ku, tanpa berfikir Panjang setelah aku mendapatkan uang dari paman, aku langsung mendaftar ke STAI YAPTIP Pasbar dan aku mengumpulkan uang hasil kerjaku untuk membayar uang semester.
Satu tahun kuliah, aku mendapatkan calon pendamping hidup yang katanya siap untuk mengkuliahkan aku sampai selesai. Tawaran itu ku terima.
Apa yang diucapkan oleh pasangan hidupku ini semuanya kenyataan, aku lanjut kuliah dan mendapatkan gelar Serjana Pendidikan Agama Islam yang mana gelar disetarakan pada saat itu menjadi S.Pd.
Aku bersyukur untuk tingkat kuliah aku tidak membebani orang tua ku sedikitpun. Teruntuk ayah, meskipun ayah sudah tidak berada di dunia ini lagi, tapi ayah akan tetap selalu ada di hati kami, kami bangga sama ayah seluruh perjuangan yang ayah lakukan merupakan semangat untuk kami yang ditinggalkan, karena ayah selalu mengajarkan kami untuk tidak mudah menyerah meskipun kegagalan menghampiri dan selalu sabar.
Inilah Pahlawan dalam hidupku, dimana seorang ayah yang rela meminta sumbangan, seorang ibu yang siap menunda keinginannya dan selalu memberi dukungan, seorang paman yang siap memberi bantuan, suami yang rela memanen sawit di kebun orang untuk menguliahkanku, meskipun aku belum bisa membalas semua jasa mereka tapi aku bersyukur kepada Allah SWT meskipun sekarang aku masih berstatus sebagai guru honorer.
Apa yang bisa dipetik dari kisah ini adalah tetap gunakan sifat sabar untuk setiap ujian yang kita alami. Karena Allah SWT sangat menyayangi orang yang penyabar.
“Sabar Dapat Meredakan Kecemasan dan Menghadirkan Ketenangan”.
_____
Baca berita terbaru di Saluran TribunPadang.com dan Google News