Citizen Journalism

Cerita Masyarakat Bukittinggi Kelola Sampah jadi Peluang Usaha, Budidaya Maggot hingga Pengomposan

Editor: Rahmadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kelompok budidaya maggot Sejati di Kelurahan Bukit Apit Puhun, Kecamatan Guguk Panjang Kota Bukittinggi.

Oleh sebab itu, seiring pertumbuhan populasi dan aktivitas ekonomi yang berkembang, masalah sampah telah menjadi salah satu isu kritis yang perlu segera diatasi untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.

WALHI Sumbar bersama Pemerintah Kota Bukittinggi, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Bappenas), dan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Indonesia, mencanangkan suatu program pengelolaan sampah.

Pogram Pengurangan Emisi melalui Perbaikan Sampah Perkotaan itu dilakukan dengan melibatkan warga di kelurahan Bukit Apit Puhun, Kecamatan Guguk Panjang, Kota Bukittinggi. Yakni bersama Kelompok Budi Daya Maggot Sejati dan Rumah Kompos Kelurahan Bukit Apit Puhun.

Dengan mengajak masyarakat untuk memilah sampah antara yang organik dan anorganik, lalu melakukan proses Reduce, Reuse, Recycle (3R), diharapkan masalah yang ada di Kota Bukittinggi bisa berangsur-angsur teratasi.

Baca juga: DPRD dan Pemko Bukittinggi Sepakati APBD 2024, Estimasi Belanja Daerah Rp806,7 Miliar


Budaya Pengelolaan Sampah

Agus Teguh Prihartono dari WALHI Sumbar yang mendampingi warga Bukit Apit Puhun mengatakan, budaya pengelolaan sampah sendiri terkait dengan perilaku baik.

"Tidak gampang mengubahnya, dari kondisi awal yang abai terhadap pengelolaan sampah sampai ingin memilah. Butuh kerja keras agar terciptanya perilaku baik tersebut," kata pria yang biasa disapa Teguh tersebut, Rabu (22/11/2023).

Ia menjelaskan, hal awal yang harus dilakukan setiap orang adalah memberi contoh dan tauladan. Tidak muluk-muluk. Misal kata Teguh, dengan membiasakan memilah sampah organik dan anorganik. Semua itu katanya, memang butuh edukasi yang baik dengan memperbanyak sosialisasi serta melibatkan seluruh stakeholder.

"Itu yang kita lakukan awal-awal untuk membuka atau memunculkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah," tutur Teguh yang telah mendampingi warga sejak bulan Mei lalu.

Ia berharap ada perubahan perilaku dalam pengelolaan sampah di masyarakat. Disisi lain, target awal yang ingin dicapai adalah dari masing-masing rumah tangga yang ada. Yaitu, meningkatnya pemilihan sampah ditingkat keluarga atau rumah tangga.

Teguh menceritakan ketika pertama terlibat dalam program tersebut hanya ada tiga rumah tangga yang memilah sampah dari organik dan anorganik. Tepatnya di RW 4 kelurahan Bukit Apit Puhun, Kecamatan Guguk Panjang, Kota Bukittinggi.

Hal senada juga diutarakan oleh Sri Selvia Elisa (35) salah seorang warga di Kelurahan Bukit Apit Puhun. Pada awalnya kata Sri, kesadaran untuk memilah sampah sendiri sangat minim, terutama di Bukit Apit Puhun.

Ketika masyarakat diajak memilah sampah kata Sri, sebagian warga menolak. Sebab ada anggapan bahwa memilah sampah itu merepotkan.

Namun belakangan ungkapnya, beberapa Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang ada di kelurahan tersebut tidak beroperasi lagi. "Jadi warga mengeluh, kemana mereka dapat membuang sampah," ucap Sri, Rabu (22/11/2023).

Beriringan dengan hal tersebut, Sri yang juga anggota Komunitas Peduli Sampah yang diinisiasi WALHI di Bukit Apit Puhun, tengah ingin menyalurkan sepasang tong untuk memilah sampah ora\ganik dan anorganik.

Halaman
1234

Berita Terkini