Kota Pariaman

Senja Kala Batik Sampan di Dusun Sampan Pariaman

Penulis: Panji Rahmat
Editor: Fuadi Zikri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dewi Sartika (36) pembatik sampan di Dusun Sampan sedang mencanting pesanan batik konsumen di rumahnya.

Menjadi pembatik, Dewi mengaku harus sabar menghabiskan waktu sampai satu pekan untuk menyelesaikan satu pesanan. Jika pesanan itu bagus dan tidak terkendala barulah ia mendapat uang.

"Pengalaman saya setiap kelompok batik sampan yang pernah saya ikuti, proses itu yang tidak sabar mereka lewati," jelasnya.

Ia melihat banyak pembatik muda, ingin langsung mendapat uang sejak mulai memproduksi batik. Cara pikir ini harus diubah, agar pembatik muda bisa ikut ambil andil menghidupkan batik sampan di Dusun Sampan.

Minimnya minat pembatik baru ini, menurut Dewi sebenarnya tidak sejalan dengan dukungan pemerintah. Ia menilai selama jadi pelaku batik sampan ragam bantuan dari pemerintah sempat ia terima.

Mulai dari pelatihan, alat, bahan mentah hingga konsumen pernah ia dapat untuk menjalani usaha batik ini.

Harapan Dewi jelas batik sampan harus dilestarikan dan ia siap untuk ambil andil dalam membantu mereka yang satu pendapat dengannya.

Sembari menunggu adanya masyarakat yang ingin belajar, Dewi mengaku untuk beberapa waktu ke depan ingin fokus jadi ibu rumah tangga dulu dan istirahat memproduksi batik sampan.

"Rencana saya ingin istirahat dulu membuat batik sampan, tapi kalau ada yang mau belajar, saya selalu siap membantu," terang Dewi Sartika

Pendapat serupa untuk melestarikan batik juga diamini oleh Kepala Desa Punggung Ladiang, Pariaman Selatan Kota Pariaman, Aulia Mardhani Arif, menurutnya batik sampan di Dusun Sampan harus terus dirawat.

Ia bersama perangkat desa lainnya mengaku sudah memiliki rencana untuk menjaga kelangsungan batik di daerah itu. (TribunPadang.com/Panji Rahmat)

________________
Baca berita TribunPadang.com terbaru di Google News

Berita Terkini