Gempa Sumbar 2009

Kisah Jurnalis Syofiardi Meliput Gempa Sumbar 2009: Padang Luluh Lantak hingga Teriakan Minta Tolong

Penulis: Fuadi Zikri
Editor: Emil Mahmud
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jurnalis, Syofiardi Bachyul

"Saya melihat seperti di dalam komik-komik bencana. Asap dimana-mana, bangunan hancur, orang berlarian, kendaran terhimpit," ucapnya.

Di hari pertama, Syofiardi tak begitu lama di lapangan. Ia harus pulang sebelum larut malam karena ia juga korban lindu dan ada keluarga di rumah yang menunggu.

"Hari kedua saya beru jalan jauh ke kota. Hari-hari berikutnya saya sampai ke Pariaman, ada desa yang terkubur di sana karena longsor," ungkapnya.

Syofiardi berkata, tengah Kota Padang arah ke pantai yang ia susuri ternyata jauh lebih parah dari yang ia lihat di hari pertaman. Kota tempat ia tinggal selama ini telah luluh lantah.

"Ketika itu, sirine ambulan bersahutan. Kantung manyat berisikan jenazah bertumpuk mulai banyak," imbuhnya.

"Kondisi diperparah juga dengan hujan lebat yang mengguyur Kota Padang beberapa kali dan juga dibarengi dengan gempa susulan," bebernya.

Jenazah pertama di Hotel Ambacang

Hotel Ambcang di Jalan Bundo Kanduang, Kecamatan Padang Barat ketika itu rusak berat. Lantai dasarnya rata dengan tanah dan menjadi lokasi temuan korban terbanyak.

Di sana Syofiardi mengabadikan bangaimana petugas bercucuran keringat berusaha mencari puluhan pengunjung hotel yang tertimbun.

"Ketika itu saya melihat langsung korban pertama yang dievakuasi dari dalam puing reruntuhan. Untuk jenis kelamin dan kondisinyanya saya kurang tahu," katanya.

"Ketika itu saya hanya mengabadikan bagaimana suasananya. Di luar warga yang melihat proses evakuasi ramai," tutur Syofiardi.

Setelah jenazah pertama berhasil dievakuasi dari balik puing, jenazah-jenazah berikutnya mulai ditemukan. Bahkan ada yang dievakusi dengan selamat.

Dari pemberitaan kala itu, ada puluhan jenazah yang ditemukan di sana dan seorang dinyatakan hilang hingga sekarang.

Baca juga: Mengenang Gempa 2009 Sumbar: Ada Bangkai Mobil di Halaman Gedung Abdullah Kamil Yayasan Genta Budaya

Memori liputan yang masih tersimpan

Liputan bencana tahun itu menjadi yang terlama bagi Syofiardi. Ia menyebut hingga hari ke 40 masih memberitakan bagaimana proses evakuasi yang masih berlangsung.

Halaman
1234

Berita Terkini