Kota Padang luluh lantak
Kawasan Simpang Haru, Kecamatan Padang Timur menjadi daerah pertama yang dikunjungi Syofiardi pasca gempa.
Ia berfikir, daerah itu masih cukup aman jika ancaman tsunami terjadi, sebab cukup jauh dari bibir pantai. Saat itu beberapa kali gempa susulan masih ia rasakan.
"Titik terjauh saya ketika itu jembatan yang menghubungkan Andalas dengan Simpang Haru," tutur Syofiardi.
Ia mengingat, sepanjang jalan yang dilaluinya, terutama kawasan Andalas banyak bangunan yang roboh, mulai dari ruko bertingkat, rumah warga, hingga masjid.
Jalanan kondisinya padat. Dari arah pantai orang-orang berlarian ke arah perbukitan membawa apasaja.
"Dijembatan saya lihat orang penuh, mengantre untuk menyeberang. Ada yang yang menyeberang lewat sungai dengan motornya, karena sungainya dangkal juga," kata Syofiardi.
"Karena memasuki Magrib, saya memilih pulang. Setelah magrib saya kembali menenteng kamera dan balik ke kota," sambungnya.
Syofiardi menuturkan, hari yang mulai beranjak gelap membuat kondisi di tengah kota semakin mencekam. Sepanjang jalan gelap karena aliran listrik mati.
Pada saat itu dirinya memberanikan diri lebih jauh ke tengah kota karena ancaman tsunami telah dicabut. Kurang lebih satu jam setelah gempa.
Pada beberapa bangunan yang roboh di kawasan Simpang Haru, tepatnya seberang jembatan Andalas, ia mendengar suara orang menjerit meminta tolong.
"Dekat pasar Simpang Haru orang-orang mengerubungi bangunan bank perkreditan rakyat yang rubuh. Ada perempuan yang menangisi pimpinannya yang tertimpa bangunan," ujar Syofiardi.
"Waktu itu tidak ada yang berdaya untuk mengevakuasi, karena ditimpa bangunan. Memang orang yang profesional dan alat yang memadai yang bisa evakuasi," jelasnya.
Ia yang bertugas sebagai pewarta mengabadikan beberapa momen kala itu. Terutamanya bagaimana kondisi Kota Padang.
Tak hanya bangunan runtuh, beberapa titik lokasi terjadi kebakaran, asap tebal dan hitam melangit.