Buya Syafii Maarif Wafat

Kenangan Shofwan Karim dengan Buya Syafii Maarif: Jadi Mediator 2 Tokoh Internasional Pemikir Islam

Penulis: Wahyu Bahar
Editor: afrizal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Buya Syafii Maarif

Laporan Reporter TribunPadang.com, Wahyu Bahar

TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Ketua PW Muhammadiyah Provinsi Sumatera Barat, Shofwan Karim menyebut bahwa Almarhum Buya Syafii Maarif ialah tokoh Muhammadiyah, serta tokoh bangsa, serta tokoh umat Islam di Indonesia.

"Bagi Muhammadiyah, menurut saya, sesudah KH Ahmad Dahlan dan tokoh besar lainnya, Buya Syafii adalah tokoh besar yang ada di abad ke 20," ujar Shofwan kepada TribunPadang.com, Jumat (27/5/2022).

Dikatakan Shofwan Karim, ia mengenal Syafii Maarif pada tahun 1978.

Baca juga: Pengalaman Duski Samad Diskusi dengan Buya Syafii Maarif, Orang Tua yang Mengayomi Semua Lapisan

Baca juga: Karya Buku Buya Syafii Maarif, Membumikan Islam, Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Kita

Saat itu tokoh asli Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung ini tengah pulang dari kuliah S2 di Amerika Serikat.

"Dialah yang berhasil menjadi mediator waktu bersama rektor IAIN Imam Bonjol mengundang dua tokoh internasional pemikir islam. Prof. Fazlur Rahman, dan Prof. Ismail Al-faruqi tahun 1981," ujar dia.

Sejak saat itu, Shofwan berhubungan dekat secara pribadi dan kelembagaan dengan Syafii Maarif, hingga berhubungan secara intensif di Muhammadiyah.

Lebih lanjut kata dia, Syafii Maarif pernah mengatakan kalimat yang menyentuh kepadanya.

"Dalam mengerjakan kegiatan sosial dan umat, beliau (Syafii Maarif) bilang 'melelahkan tapi membahagiakan'," katanya.

Disebutkannya, pemikiran Syafii Maarif yang ia pedomani ialah mengenai Ketuhanan yang Maha Esa dan kemanusiaan.

Baca juga: Cerita Ketua PW Muhammadiyah Sumbar Numpang Mobil Butut Buya Syafii Maarif, Dihalau Satpam tapi . .

"Lintas pergaulannya tidak mengindahkan level sosial suku bangsa dan agama, dia bergaul dengan semua orang. Oleh karena itu banyak sekali pelajaran tentang ketuhanan dan kemanusiaan, termasuk untuk diri saya sendiri," imbuhnya.

"Beliau orang yang kritis tapi sesuai dengan ketuhanan dan kemanusiaan, serta kebangsaan dan NKRI," pungkas dia. (*)

Berita Terkini