"Pengunjung sebelum puasa juga ada yang berziarah, di hari biasa juga ada," ujar Syamsul kepada wartawan di sekitaran makam panjang Pulau Angso Duo, Senin (9/5/2022).
Makam Panjang Sekira Tujuh Meter ini, Diduga Makam Syekh Katik Sangko
Informasi yang diterima Syamsul, setidaknya makam ini sudah berusia 300 tahun atau tiga abad lebih.
Tahun pastinya, Syamsul tidak bisa menyebutkan.
Sedangkan, yang dikebumikan di makam tersebut diduga ialah Syekh Katik Sangko, seorang ulama besar di masanya.
Katik Sangko kata Syamsul, ialah ulama yang berasal dari Pariaman, yaitu di daerah Gunuang Tigo, Padang Alai Tandikek.
Saat ini, secara administratif Gunuang Tigo dan Padang Alai Tandikek berada di Kabupaten Padang Pariaman.
Lebih lanjut kata dia, Syekh Katik Sangko satu perguruan dengan ulama besar lainnya, yakni Syekh Burhanuddin.
Keduanya, kata Syamsul sama-sama menimba ilmu agama Islam ke Aceh.
"Kemudian dua ulama besar balik ke kampung untuk mengembangkan agama Islam," ujar Syamsul lagi.
Selain itu keduanya, juga disebut sebagai panglima perang dalam memerangi penjajah Belanda saat itu, jadi Pulau Angso Duo diduga sebagai markas.
Lebih lanjut kata dia, Pulau Angso juga menjadi lokasi atau tempat bagi Katik Sangko untuk mentransfer ilmu agama kepada murid-muridnya.
"Kalau zaman dulu logikanya, kendaraan tidak ada di darat, yang ada hanya kendaraan laut seperti kapal layar, kapal kecil, sampan, bisa bawa barang-barang. Oleh sebab itu Pulau Angso Duo menjadi markas sekaligus menyebarkan agama Islam," lanjut dia.
Dulunya, sepengetahuan Syamsul, Katik Sangko juga membangun surau kayu, dan saat ini surau Katik Sangko dibangun dan dikelola oleh pemerintah kota. (*)