Selain itu, sektor pertanian juga menghadapi kerugian di tengah aksi protes yang terjadi.
Para petani Afrika Selatan telah menjadi korban kerusuhan dan penjarahan selama berhari-hari karena truk yang membawa produk dilarang dikirim ke pasar, mengancam pasokan makanan, kata pejabat industri.
"Petani telah mengalami kerugian besar karena mereka tidak dapat membawa produk mereka ke pasar lokal dan ke toko-toko," kata Christo van der Rheede, direktur eksekutif di badan pertanian utama negara itu AgriSA.
Salah satu petani AgriSA telah melaporkan kehilangan Rp 2,9 miliar dari produk yang mudah rusak yang tidak dapat diangkut, kata van der Rheede.
Kerusuhan juga membuat nilai mata uang Afrika Selatan, Rand turun drastis.
Rand yang telah menjadi salah satu mata uang pasar berkembang berkinerja terbaik selama pandemi, turun ke level terendah di tiga bulan terakhir pada Selasa (14/7/2021).
Kemudian, kerusuhan juga mengganggu penanganan kesehatan termasuk penanganan Covid-19.
Departemen Kesehatan Afrika Selatan mengatakan protes dengan kekerasan telah mengganggu peluncuran vaksin Covid-19 dan layanan kesehatan penting seperti pengumpulan obat kronis oleh pasien tuberkulosis, HIV, dan diabetes.
Departemen itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa untuk sementara waktu pihaknya menutup beberapa tempat vaksinasi.
Siapa pun dengan jadwal vaksinasi di daerah yang terkena dampak kerusuhan yang sedang berlangsung disarankan untuk menunda vaksinasi mereka, kata Departemen Kesehatan.
Artikel lain seputar Afrika Selatan
(Tribunnews.com/Rica Agustina)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kekerasan dan Penjarahan di Afrika Selatan: 117 Orang Tewas, Ramaphosa Sebut Kerusuhan 'Didalangi'