Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Sekitar 30 ton ikan mati di Danau Maninjau, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) selama Januari sampai 27 April 2021.
Rinciannya, pada Januari dan Februari 2021 sebanyak 15 ton ikan mati di Bayua dan Koto Malintang.
Kemudian, lima ton ikan milik petani di Galapuang mati secara mendadak pada awal April.
Terakhir, 10 ton ikan jenis nila dan majalaya juga mati.
Baca juga: Menko Luhut Ingin Tambak di Danau Maninjau Dikurangi, DKP Sumbar: Bertahap, Tidak Bisa Tiba-tiba
Baca juga: Nikmati Makanan Khas Danau Maninjau Sumatera Barat Dendeng Rinuk, Tahan Sampai 3 Bulan
Ikan itu berasal dari puluhan keramba jaring apung milik petani di Galapuang dan Tanjungsani.
Hal itu diungkapkan Pelaksana tugas Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Edi Netrial saat dihubungi, Rabu (28/4/2021).
Edi Netrial menuturkan ikan tersebut mati secara massal akibat cuaca yang ekstrem dan tidak menentu.
"Makanya terjadi arus balik dari bawah ke atas atau dari permukaan danau ke badan danau, berputarnya air di badan danau yang disebut dengan upwelling atau pembalikan masa air," ungkap Edi Netrial.
Selain itu, kata Edi, petani juga melakukan penebaran ikan dalam satu petak terlalu padat bahkan ada yang menebar sampai 10 ribu per petak.
Edi menyatakan pihaknya sudah memberi imbauan kepada pemilik Keramba Jaring Apung (KJA) agar menebar ikan dalam satu petak itu 2 ribu sampai 3 ribu.
Baca juga: Cicip Rinuak Kuliner Khas Danau Maninjau, Menparekraf Sandiaga Uno Minta Agam Kembangkan Desa Wisata
Baca juga: Sekitar 5 Ton Ikan Mati di Danau Maninjau Agam, Diduga Akibat Cuaca Ekstrem
"Kita sudah sarankan sesuai teknis di perikanan. Tapi ikan yang ditebar sampai 10 hingga 15 ribu. Makanya di dalam petak itu ikan berdesakan. Ikannya sudah keracunan karena sempit di dalammnya tentu habis dia," jelas Edi.
Edi Netrial juga mengungkapkan, jumlah Keramba Jaring Apung di Danau Maninjau saat ini sudah hampir berkurang.
Awalnya, kata dia, sampai 20 ribu petak, kalau kondisi sekarang jumlahnya 17 ribuan petak dengan daya dukung danau yang hanya 6.000 petak.
"Sudah ada pengurangan bahkan didukung TNI, Polri dan OPD terkait. Sudah sering pelaksanaan kegiatan pengurangan KJA."
"Akan tetapi, mereka hanya mau mengurangi keramba yang rusak dan yang sudah tidak layak, baru mau dibuang. Ada juga yang mau sebagian," tutur Edi.
Selain itu, pihaknya juga sudah memberi imbauan bagi petani yang mempunyai keramba lebih dari 20 petak per orangnya harus dikurangi.
Akan tetapi, lanjut Edi, tidak semudah itu petani menindaklanjuti apa yang pihaknya sarankan.
Edi mengimbau kepada masyarakat yang ikannya masih hidup dan sudah wajar untuk dipanen, silakan dipanen.
Dia mengingatkan jangan terjadi lagi kematian ikan yang terlalu tinggi sehingga mengalami kerugian.
"Kemudian, jangan melakukan pemberian pakan ikan saat kondisi sekarang. Harus dipuasakan dua hingga tiga hari, ikan itu tidak akan mati. Kita sudah sampaikan," imbuh Edi. (*)