MENYUSUL larangan mudik lebaran menjadi cerita tersendiri bagi para perantau yang tengah mencari rezeki di ibu kota Jakarta.
Kondisi tersebut dialami Siti Zulhijah (24), satu karyawan swasta di kawasan Jakarta Pusat.
Siti merupakan anak perantauan yang berasal dari Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat (Sumbar).
Dia patuh terhadap anjuran pemerintah untuk tidak mudik demi memutus penyebaran wabah virus corona.
Siti mengatakan, ini pertama kali ia merayakan Idul Fitri tanpa keluarga.
"Yang pasti rasanya enggak se-spesial di rumah, karena jauh dari keluarga," kata Siti kepada TribunPadang.com, Selasa (26/5/2020).
Tapi Siti tetap bersyukur karena masih ada keluarga bukan sedarah di Jakarta yang menemaninya.
• Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno: Sudah Masuk, Tidak Boleh Keluar
• Walikota Padang Kunjungi Lokasi Abrasi di Kawasan Pantai Air Manis, Berencana Pindahkan Masyarakat
"Jadi nuansa lebarannya masih tetap berasa kok," tambah Siti.
Siti menambahkan, jika memaksakan diri pulang ke kampung halaman, potensi penularan Covid-19 bisa terjadi selama perjalanan.
Dia khawatir membawa virus ke rumah dan akhirnya menularkan ke keluarga dan orang-orang di sekitarnya.
"Takut nanti nularin virus ke keluarga di kampung, karena kita kan bisa aja terinfeksi virus di sepanjang perjalanan," ujar Siti.
Meski jauh dari keluarga tercinta, namun Siti tetap dapat bersilahturahmi dengan mereka secara virtual.
"Komunikasi pakai telepon video, kan lebaran online. Hari Rabu (27/5/2020) baru masuk kerja lagi," tutur Siti.
Siti berharap wabah Covid-19 segera berlalu sehingga keadaan bisa kembali normal dan bisa berkumpul bersama keluarga.
Sementara itu, kondisi yang hampir sama juga dirasakan oleh Rahmawaty (24), juga asal Sumbar.
Kali pertama merantau ke Jakarta, ia juga tak bisa pulang kampung untuk berkumpul bersama keluarga pada Hari Raya Idul Fitri.
Rahmawaty menuturkan di satu sisi memang berat Lebaran tahun ini, karena tidak bisa merayakannya bersama keluarga.
• Gelombang Tinggi Terjadi di Pesisir Selatan, Rumah, Warung & Jalan Akses ke Lokasi Wisata Rusak
• Mahasiswa Asal SMAN 1 Bukittinggi Berpuasa dan Lebaran di New York, Jalani Masa Pandemi Covid-19
"Di satu sisi, ada sedihnya karena enggak bisa ngumpul keluarga, banyak hal yang ditinggalkan, kesibukan sebelum puasa dan menjelang lebaran," kata Rahmawaty.
Namun, cerita semacam itu, kata Rahmawaty, tidak hanya dirasakan oleh dirinya yang baru saja mencoba untuk mengadu nasib di ibu kota.
"Semua orang saat ini merasakan hal yang sama gitu loh, sedihnya itu jadi enggak kerasa, karena memang semuanya pada di rumah. Gak ada yang bisa pulang kampung," sebut Rahmawaty.
Apalagi, tambah dia, selama dua bulan lamanya perusahaan tempat ia bekerja menerapkan work from home/WFH kepada karyawannya.
• Warga Pantai Air Manis Minta Solusi Ke Pemerintah Agar Rumah Mereka Tidak Terkena Gelombang Tinggi
• Segera Isi Sensus Penduduk Online Berakhir Jumat 29 Mei 2020, Akses sensus.bps.go.id
Hingga puasa dan lebaran itu sama sekali enggak terasa.
"Itu ya karena sibuk kerja," ucap Rahmawaty.
Ia menilai kerja dari rumah lebih ekstra dibanding kerja di kantor.
"Jadinya pikiran lebih ke kerjaan, merindukan suasana lebaran itu pasti. Apalagi momentum saat setelah salat dan minta maaf secara online," tutur Rahmawaty.
Rahmawaty mengaku belum mendapat giliran cuti dari kantornya, tapi kalau dipaksakan sebenarnya bisa dapat libur selama lima hari.
Hanya saja, karena situasi dan kondisi saat ini tidak memungkinkan baginya untuk pulang ke kampung halaman.
"Saya cuma bisa berharap semua sehat dan wabah covid-19 segera berlalu," tutup Rahmawaty. (TribunPadang.com/Rizka Desri Yusfita)