Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rezi Azwar
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Polisi gadungan berpangkat Brigjen yang ditangkap polisi di Padang ternyata residivis.
WF (39) sebelumnya pernah terlibat kasus yang sama yaitu mengaku sebagai polisi.
• Hidup Mewah Brigjen Polisi Gadungan di Padang, Punya Pajero hingga CBR, Jajan Sehari Rp 3 Juta
• Ngaku Nipu karena Faktor Ekonomi Jenderal Polisi Gadungan di Padang Malah Pakai Uang untuk DP Pajero
Bedanya kasus polisi gadungan sebelumnya, WF mengaku berpangkat Kombes.
"Yang bersangkutan merupakan residivis untuk kasus yang sama," kata Kapolresta Padang, Kombes Pol Yulmar Try Himawan pada saat jumpa pers dan menghadirkan pelaku di Kantornya di Mapolresta Padang, Kamis (23/1/2020).
Kapolresta Padang, Kombes Pol Yulmar Try Himawan menjelaskan pelaku baru saja keluar dari lembaga permasyarakatan (lapas) Pariaman.
Saat itu WF mendapat hukuman penjara empat tahun namun hanya tiga tahun dijalani.
Kala itu WF mengaku sebagai Kombes.
Namun kini setelah keluar dari Lapas, WF justru menaikkan pangkat menjadi Brigjen.
"Waktu itu ia mengaku sebagai Kombes dan sekarang sudah mengaku sebagai Jenderal bintang satu. Naik pangkat setelah lulus dari Lapas," katanya.
Dalam aksinya pelaku menjanjikan korban bisa masuk Akpol.
Kala itu pelaku menjanjikan korban akan lulus bulan Desember.
Setelah lewat Desember, pelaku kemudian mengatakan pada korban kalau pengumuman diundur.
Seorang polisi gadungan yang mengaku berpangkat brigadir jendral (brigjen) ditangkap di Padang.
Polisi gadungan yang berinisial WH (39) tersebut, diamankan Rabu (22/1/2020) di sebuah rumah kontrakan Perumahan Lubuk Intan Blok N Rt 05/Rw 03, Kelurahan Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.
Bermodalkan id card palsu, ia berhasil meraup uang ratusan juta rupiah dengan aksi tipu-tipunya.
Sang polisi palsu ini mengaku bisa meluluskan orang untuk masuk akademi polisi (akpol) dengan biaya Rp 300.500.000.
Uang tersebut membuat WH hidup mewah, punya Pajero hingga motor sport.
Berikut kisah tentang polisi gadungan yang ditangkap di Padang:
1. Awal mula jadi polisi gadungan
Pada saat jumpa pers di Mapolresta Padang, WH (39) menjelaskan awal mula ia mengaku jadi polisi gadungan.
Dikatakannya, saat korban kenal dengannya bertanya kepada pelaku apakah ia polisi.
"Saya iyakan saja. Lalu dimintanya nomor saya," katanya.
Ia juga menceritakan bahwa korban sempat berkelahi dengan tetangganya yang juga merupakan polisi.
"Jadi, dia ada masalah dengan tetangganya. Karena saya tidak polisi, saya beri saja saran."
"Karena dia tahu saya polisi dan dia ada masalah dengan tetangganya, dia akhirnya menghubungi saya," ujarnya.
2. Modus pelaku
WH (39) mengaku bahwa yang ia lakukan itu adalah keinginannya sendiri.
"Idenya dari saya sendiri, dan itu karena faktor ekonomi. Untuk Brigadir saya tidak tahu, namun kalau Akpol Rp 300.500.000," katanya.
Ditanyai kepada WH, apakah sudah banyak berhasil, ia malahan menjawab banyak yang tidak berhasil.
Ia mengaku bahwa bukan dirinya yang menawarkan, melainkan korban yang memintai bantuannya.
"Ya modusnya saya baik-baik saja, ya sopan dan tidak ada pemaksaan."
"Dia (korban) yang minta sama saya untuk masuk polisi. Kalau ada kesempatan, itu saya tolong," katanya.
Ia menjelaskan, bahwa tidak memaksa atau menyebarkan informasi dan mengajak orang untuk jadi anggota polisi.
"Saya tidak mengatakan mau gak, mau gak masuk polisi. Kan tidak ada. Jadi saya kenal dia, di warung dia," ujarnya.
3. Naik pangkat
Polisi gadungan ternyata dulunya menggunakan atribut lengkap berpangkat Kombes Pol pada Tahun 2016.
Selanjutnya, pada Tahun 2019 yang bersangkutan mengaku telah naik pangkat jadi jenderal bintang satu atau Brigjen Polisi.
"Pada waktu Tahun 2016, saya pakai atribut lengkap Kombes. Tapi saya sekarang hanya pakai topi bintang satu, itu saja," katanya.
Sejauh ini, dikatakan dirinya bekerja menjual keperluan barang eloktronik atau sales.
"Saya pertama mengaku sebagai Kombes dan selanjutnya mengaku Brigjen," ucapnya.
4. Atribut beli di pasar
Ada sejumlah atribut kepolisian yang dipakai pelaku dalam memuluskan aksinya.
Mulai dari pakaian, topi bintang satu hingga pangkat yang ia kenakan.
Sementara tanda pengenal hasil editan sehingga muka dia yang tampak.
"Saya sendiri, saya pakai atribut hanya topi bintang satu. Id card saya buat sendiri. Diedit, jadi kepala fotonya yang diganti dengan saya," ujarnya.
Kapolresta Padang, Kombes Pol Yulmar Try Himawan mengatakan bahwa atribut dibeli di pasar oleh pelaku.
"Atribut ada yang dibeli di Pasar Raya, ada yang di toko-toko di Imam Bonjol," katanya.
5. Hidup mewah polisi gadungan
Uang ratusan juta yang didapatkan pelaku digunakan untuk membeli sejumlah barang.
Bahkan, uang hasil tipu-tipu itu ia gunakan untuk hidup mewahnya.
Mulai dari membeli mobil Pajero, motor sport hingga jajan Rp 3 juta.
WH mengaku menggunakan uang hasil menipu membeli mobil, jam tangan hingga membayar kontrakan rumah.
Inilah rincian penggunaan uang yang diperoleh WH:
- Membayar DP pembelian mobil Grand Vitara warna hitam dan DP mobil Pajero warna hitam Rp 55 juta.
- Membayar DP sepeda motor CBR 250 CC warna hitam Rp 15 juta.
- Membeli barang elektronik seperti televisi, kulkas, dan handphone merek Samsung A8.
- Biaya kebutuhan pelaku sehari-hari Rp 3 juta.
Dihadirkan saat jumpa pers di Kantor Mapolresta Padang, Rabu (23/1/2020) WH (39) mengaku uang itu sudah habis semua.
"Beli mobil, jangan tangan membayar kontrakan rumah dan segalanya. Ya habis semuanya," katanya.(*)