Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rezi Azwar
TRIBUNPADANG.COM, PADANG – Siswa SMA Kartika 1-5 Padang memasak lamang atau malamang dalam rangka menyambut Ramadan.
Kegiatan memasak lamang ini dikemas dalam acara ‘Malamang Terpanjang’.
Setelah lamang dimasak, lalu dimakan bersama-sama dengan Danrem 032/Wirabraja dan Ketua Yayasan Kartika Jaya.
Kepala Sekolah SMA Kartika 1-5 Padang, Yetti mengatakan, kegiatan ini adalah acara 'malamang terpanjang' oleh yayasan Kartika Jaya Rem 032/Wirabraja Cabang I Bukit Barisan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan.
"Makna dari kegiatan ini adalah melestarikan budaya Minangkabau.
• Menyonsong 17 Agustus 2019, Festival Mesin Waktu Siap Hadir Kembali
• DOWNLOAD MP3 Hanya Rindu Andmesh, Lengkap Video Clip dan Lirik Lagunya
Nanti akan diakhiri dengan makan lemang bersama dengan ketua yayasan dan Bapak Danrem 032/Wirabraja," ujarnya kepada TribunPadang.com saat ditemui, Jumat (3/5/2019).
Ia menjelaskan, Minangkabau terkenal dengan kulinernya, dan tradisi malamang ini dibawa oleh Syeik Burhanuddin dalam menyebarkan agama Islam.
"Syeikh Burhanuddin ini menyebarkan agama Islam ke Sumatera Barat, kemudian beliau setiap singgah ke daerah-daerah dipersilakan makan oleh penduduk setempat.
Namun, beliau menolak dengan halus, karena beliau meragukan kehalalan makanan yang disuguhkan," katanya.
Ia menjelaskan, Syeik Burhanuddin meminta penduduk desa untuk mencari bambu, daun pisang, dan beras ketan.
• Richard Kyle Bahagia Jessica Iskandar Terima Lamarannya
• LINK LIVE SCORE Laga PSM Makassar vs Bhayangkara FC, Pantau Lewat HP, Sore Ini Pukul 15.30 WIB
"Kemudian, bambu ini dipotong-potong dan dibersihkan.
Lalu dilapisi daun pisang di dalamnya agar steril, dan dimasukkan beras ketan, santan, dan dimasak dengan perapian dengan kayu sampai matang," katanya.
Setelah masak, kata dia, disuguhkan kepada masyarakat dan dimakan bersama-sama.
"Itulah sejarah awalnya. Setiap acara keagamaan di wilayah Sumatera Barat banyak daerah-daerah melakukan malamang ini.
Malamang ini dapat dilihat pada acara keagamaan seperti Maulid Nabi, menyambut bulan suci Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha," ujarnya.
Ia menjelaskan, biasanya pada waktu seperti itulah masyarakat Sumatera Barat memasak lemang.
Namun, sekarang siswa Kartika 1-5 Padang yang membuatnya.
• LINK LIVE STREAMING Leg Kedua Babak 8 Besar Piala Indonesia PSM Makassar vs Bhayangkara FC Sore Ini
• RAMALAN ZODIAK BESOK 4 Mei, Cancer Mendapatkan Teman Baru, Capricorn Jangan Pantang Menyerah
"Karena tradisi ini sudah mulai hilang, terutama anak sekolah. Sehingga Yayasan ingin memperkenalkan kembali dan menghidupkan kembali tradisi ini," tegasnya.
Ia menjelaskan, makna yang dapat diambil mengangkat tradisi, dan kedekatan antara seluruh Yayasan Kartika.
"Yang sedang dimasak ini semuanya dimasak oleh siswa mulai dari mengisi beras ketan ke dalam bambu, mengisikan santannya, meletakkannya di tempat perapian, dan menghidupkan apinya," katanya.
Ia mengatakan, siswa diajarkan dengan mendatangkan ahlinya sekitar enam orang untuk menentukan takaran dalam pembuatan lemang.
"Siswa kita mampu untuk membuatnya, dan jumlah semuanya ada 165 batang lemang," katanya.
Ia mengatakan, kalau siswanya menemukan hal yang baru, karena jarang mereka lihat kegiatan ini.
"Untuk daerah sendiri kegiatan malamang masih ada dilakukan sebagian masyarakat.
Karena sudah mulai hilang, maka yayasan kembali mengangkat tradisi ini," katanya.
• Tugas Perdana Robert Rene Alberts, Leg Kedua Piala Indonesia Persib Bandung vs Borneo FC
• Babak 8 Besar Piala Indonesia, Persija Jakarta vs Bali United, Stadion Patriot Candrabhaga, 5 Mei
Ia menjelaskan, kegiatan ini adalah untuk mengajarkan siswa cara membuat lemang.
“Jadi di sini kita mengajarkan cara membuat lemang,” ujarnya.
Sonia Syafitri, siswa kelas XI mengaku mendapatkan pelajaran dari ahli pembuat lemang.
Menurut dia, dengan adanya kegiatan ini, dia menjadi tahu cara pembuatan dan bahan-bahan yang membuat lemang.
"Tadi itu diajarkan cara pembuatan lemang dari awal. Jenis lemang yang dimasak adalah lemang ketan putih dan beras ketan merah," ujarnya.(*)