Menyapa Nusantara

PCO: Tujuan Utama dari Program MBG untuk Tingkatkan Kapasitas SDM

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dinilai bisa tingkatkan kualitas SDM sekaligus kurangi beban ekonomi keluarga hingga Rp 600 ribu per bulan.

Editor: Emil Mahmud
DOK: ANTARA
Tenaga Ahli Utama Kantor Kepresidenan (PCO) Fithra Faisal yang hadir secara virtual dalam agenda Diskusi Publik Temuan Hasil Survei Nasional oleh Indonesian Social Survey di Jakarta, Kamis (21/8/2025). 

TENAGA Ahli Utama Kantor Kepresidenan (PCO) Fithra Faisal mengatakan tujuan utama dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah meningkatkan kapasitas dari sumber daya manusia (SDM).

“Memang tujuan utamanya adalah dampak jangka panjang, meningkatkan 'absorptive capacity' (kapasitas penyerapan) dari sumber daya manusia yang mana pada akhirnya bisa menjadi pelumas ekonomi. Jangka menengah-panjang di sisi gizi untuk kemudian meningkatkan kognitif dari siswa,” katanya dalam Diskusi Publik Temuan Hasil Survei Nasional oleh Indonesian Social Survey di Jakarta, Kamis (21/8/2025).

Pemerintah disebut berupaya mendorong program MBG dengan baik agar memberikan dampak positif terhadap masyarakat.

Secara jangka pendek, program itu memberikan efek terhadap pengurangan pengeluaran kebutuhan rumah tangga.

Sebagai contoh, dengan rata-rata masyarakat memiliki dua anak dari setiap orang tua yang berasal dari kalangan kelas menengah dan kelas menengah bawah, mengeluarkan uang untuk makan sebanyak Rp15 ribu per satu anak.

Artinya, sebanyak Rp30 ribu harus dikeluarkan untuk membeli makan siang kepada anak, dan Rp600 ribu jika dikalikan 20 hari.

Baca juga: Menkum: Presiden Pimpin Pemberantasan Korupsi di Garis Terdepan

Adanya program MBG dinilai dapat mengurangi sekitar Rp600 ribu pengeluaran setiap orang per bulan.

“Kenapa belum kelihatan? Pertama, dari sisi 'reach out'-nya yang memang belum 'full blast'. Karena kalau kita lihat, sampai sekarang ini, berdasarkan data, 12-20 juta 'reach'-nya (dari total target 85 juta penerima manfaat dari program MBG) sampai bulan Agustus, dan mungkin bulan depan. Artinya, belum semuanya dapat juga,” kata Fithra.

Kedua, masyarakat tidak merasakan efek uang di dompet atau cash on hand. Program MBG berbeda dari menerima bantuan paket stimulus pemerintah sebesar Rp24,4 triliun, di antaranya untuk subsidi upah sebesar Rp10,7 triliun dan bantuan sosial Rp11,9 triliun pada kuartal II-2025, yang diberikan dalam bentuk tunai, katanya, menegaskan. 

“Dia (masyarakat) bisa melihat ada efek uang di dompet, sehingga dia merasa lebih bahagia, dan berdampak ekonomi. Untuk MBG agak berbeda, karena tidak ada efek uang di dompet. Tapi sebenarnya, sudah ada (efeknya), karena dia tidak perlu untuk mengeluarkan uangnya lagi untuk jajan di sekolah, tidak perlu lagi untuk membeli makanan, atau membeli barang-barang,” ujar dia.

Efek positif lainnya dari MBG dalam jangka pendek adalah penambahan sekitar 290 ribu tenaga kerja hingga Agustus 2025.

Belum lagi ditambah berbagai program yang mendukung pengembangan kualitas pendidikan seperti renovasi sekolah Rp757,8 miliar terhadap 800 madrasah dan 11.686 sekolah.

Baca juga: MBG dan Kopdes Merah Putih "Jalan Tol" untuk Pengentasan Kemiskinan

“Jadi, tidak hanya siswanya yang dikasih makan, gedungnya itu dibuat lebih bagus, gurunya dibuat lebih berkualitas, sehingga pada akhirnya, kualitas hidup masyarakat, itu bisa meningkat,” ujar Fithra yang juga Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia. (ANTARA)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved