Kisah Siti Wulan Keponakan Dedi Mulyadi, 15 Tahun Jadi Honorer, Raup Rp12 Juta dari Jualan Gorengan
Di balik profesinya sebagai tenaga honorer di Pemda Purwakarta, Siti Wulan Rosdiani Nurfalah (35), keponakan dari tokoh politik Jawa Barat Dedi Mulyad
TRIBUNPADANG.COM - Di balik profesinya sebagai tenaga honorer di Pemda Purwakarta, Siti Wulan Rosdiani Nurfalah (35), keponakan dari tokoh politik Jawa Barat Dedi Mulyadi, menyimpan cerita perjuangan hidup yang inspiratif.
Sudah 15 tahun Wulan mengabdi sebagai pegawai honorer. Perjalanan kariernya dimulai pada 2011 sebagai perawat di RSUD Bayuasih, kemudian dipindah ke puskesmas sejak 2017.
Meski pengabdian panjang telah ia jalani, penghasilannya tak pernah menyentuh angka layak.
“Dulu gaji pertama saya hanya Rp1,2 juta. Sekarang sudah naik jadi Rp2 juta per bulan,” kata Wulan saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/7/2025).
Baca juga: Film Bhayang Terakhir Karya Istri Kapolda Sumbar Raih Penghargaan, Diangkat dari Kisah Nyata
Karena gaji tak cukup menutup kebutuhan sehari-hari, Wulan memutuskan berjualan gorengan khas Sunda, seperti bala-bala, sebagai usaha sampingan.
Tak disangka, bisnis kecil-kecilan ini justru berkembang pesat.
“Saya bawa jualan ke tempat kerja, alhamdulillah teman-teman suka. Dari situ mulai seriusin,” ucapnya.
Setiap Minggu, Wulan membuka lapak di kawasan wisata Lembur Pakuan, Subang. Ia berjualan dari pukul 06.00 WIB hingga tengah hari.
Menu yang ditawarkan tak hanya gorengan, tapi juga nasi timbel ayam goreng dan kopi gula aren. Lokasi dagangnya pun berada di “Saung Solokan”, milik orang tuanya yang terletak di dekat area persawahan populer.
Baca juga: Kisah Ade Ratman, Pengrajin Tabuik Setinggi 8 Meter yang Dipercaya Sebanyak 5 Kali di Pariaman
Dari jualan tersebut, Wulan bisa meraup omzet hingga Rp2 juta dalam sehari. Bahkan menurut Dedi Mulyadi, pendapatan keponakannya bisa mencapai Rp12 juta per bulan, jauh melampaui gajinya sebagai honorer.
“Sekali jualan bisa dapat Rp3 juta. Itu lebih besar dari gaji bulanannya di Pemda,” ujar Dedi dikutip dari Tribunnews, Sabtu (5/7/2025).
Fenomena ini, kata Dedi, mencerminkan realitas menyedihkan yang dialami banyak tenaga honorer di Jawa Barat, di mana pengabdian panjang tak berbanding lurus dengan kesejahteraan.
Ia juga mengkritisi masih kuatnya paradigma masyarakat soal pekerjaan formal. Menurutnya, banyak yang menganggap bekerja hanya berarti masuk kantor atau pabrik, bukan bertani atau berwirausaha.
“Kita perlu mengubah orientasi. Pertanian dan usaha mandiri itu solusi nyata, bukan pilihan kedua,” tegasnya.
Baca juga: Kisah Pilu Pengantin Baru, Tangis Febriani Istri Tewas saat KMP Tunu Tenggelam: Pelukan Terlepas
Dedi menyoroti potensi ekonomi desa yang belum tergarap maksimal. Menurutnya, pengembangan sektor pertanian dan UMKM kuliner bisa menjadi jalan keluar dari pengangguran terselubung dan kemiskinan struktural.
4 BERITA POPULER SUMBAR: Gubernur Mahyeldi Lantik Sejumlah Kadis & Polemik Pemindahan Honorer Solok |
![]() |
---|
Ombudsman Dalami Dugaan Honorer Korban Intimidasi Pejabat Pemkab Solok, Gaji Telat & Sulit Ikut PPPK |
![]() |
---|
Polemik Pemindahan Honorer Pemkab Solok Qorry Syuhada, Ombudsman Temukan Kejanggalan |
![]() |
---|
Dugaan PPPK Siluman Gegerkan Padang Pariaman, Honorer Tuntut Keadilan |
![]() |
---|
Bertemu Bupati 15 Menit Usai 5 Kali Aksi, Honorer Padang Pariaman Kecewa Tak Ada Titik Terang Nasib |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.