Tabuik Piaman 2025

Festival Tabuik Piaman 2025 Lanjutkan Prosesi Turun Panja dan Maatam di Hari Kedelapan Muharram

Memasuki 8 Muharram 1446 H, Festival Tabuik Piaman 2025, akan dilanjutkan dengan prosesi turun panja dan maatam, Kamis (3/6/2025).

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Panji Rahmat
TABUIK PIAMAN 2025 - Lanjutan prosesi maambiak batang pisang di Festival Tabuik 2025, kedua rumah tabuik basalisiah di Simpang Tabuik, Kota Pariaman, Sumatera Barat, Selasa (1/7/2025). Memasuki 8 Muharram 1446 H, Festival Tabuik Piaman 2025, akan dilanjutkan dengan prosesi turun panja dan maatam, Kamis (3/6/2025). 

TRIBUNPADANG.COM, PARIAMAN - Memasuki 8 Muharram 1446 H, Festival Tabuik Piaman 2025, akan dilanjutkan dengan prosesi turun panja dan maatam, Kamis (3/6/2025).

Dua prosesi ini menjadi rangkaian penting dalam pelaksanaan tradisi tahunan di Kota Pariaman, Sumatera Barat.

Dua prosesi ini menurut Tuo Tabuik Pasa, Zulbakri, merupakan dua prosesi yang saling berkaitan.

Kedua peristiwa itu menggambarkan peristiwa gugurnya cucu Rasulullah SAW (Husain) saat perang di Padang Karbala.

"Untuk prosesi turun panja kami lakukan saat pagi hari di rumah Tuo Tabuik," ujarnya, Kamis (3/7/2025).

Baca juga: Basalisiah Pertama: Dramaturgi Perang Karbala yang Hidup dalam Festival Tabuik 2025 di Pariaman

Ia menjelaskan dalam prosesi turun panja ini, panja yang dimaksudkan merupakan kotak uang berisi duplikat jari-jari Husain.

Lebih lanjut, Zulbakri menerangkan, pada peristiwa Padang Karbala, Husain dibunuh secara keji oleh tentara Raja Yazid Bin Muawiyah.

Saat peristiwa itu, kepala Husain  dipenggal, sehingga terpisah dari tubuh begitu juga jari-jari Husain dipotong.

"Jadi, pada prosesi turun panja ini kita menurunkan dan mengeluarkan duplikat jari-jari Husain untuk kemudian di arak dalam prosesi maarak jari-jari," paparnya.

Setelah prosesi turun panja, kelompok Rumah Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang melangsungkan prosesi maatam.

Baca juga: Festival Tabuik Pariaman: Kedua Rumah Tabuik Tuntaskan Dua Prosesi Jelang Puncak Buang Ke Laut

Pada prosesi ini, keluarga rumah Tabuik bersama masyarakat sekitar akan berkeliling di daraga.

"Proses maatam dilaksanakan siang hari, keluarga rumah Tabuik bersama masyarakat sekitar yaitu kaum ibu akan berkeliling di daraga dengan menunjukkan kesedihan," terang Zulbakri.

Ia menyebut, prosesi ini menyimbolkan duka cita atas gugurnya Husain di medan perang.

Sebelum memulai kegiatan, akan diadakan doa bersama untuk orang yang telah meninggal dan doa keselamatan untuk orang yang masih hidup.

"Prosesi maatam menandakan kesedihan kita terbunuhnya cucu kesayangan Rasulullah, Husain. Kita berdoa sembari menunjukkan kesedihan," ungkapnya.

Zulbakri menegaskan, bahwa proses tersebut hanyalah sebuah warisan budaya, sehingga tidak boleh dikaitkan dengan hal mistis.(*)

 

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved