Penemuan Mayat di Batang Anai
Kekecewaan Mendalam Bisa Picu Kebencian yang Berujung Pembunuhan Keji, Begini Penjelasan Sosiolog
Ia juga menilai bahwa pengalaman masa lalu, khususnya asmara turut membentuk karakter pelaku.
Penulis: Muhammad Afdal Afrianto | Editor: Rezi Azwar
TRIBUNPADANG.COM, PADANG – Sosiolog dari Universitas Negeri Padang (UNP) Sumatera Barat, Erianjoni, menilai bahwa tindakan menghabisi nyawa seseorang dengan cara dimutilasi dipicu oleh kebencian yang mendalam dari diri pelaku.
Menurut Erianjoni, hal ini juga terjadi pada SJ, pelaku pembunuhan berantai di Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, yang membunuh tiga korbannya secara keji.
"Kejahatan seperti ini dipicu oleh kebencian yang mendalam. Kebencian tersebut bisa muncul dari dendam akibat kekecewaan yang dialami oleh pelaku," kata Erianjoni kepada TribunPadang.com, Jumat (20/6/2025).
Lebih lanjut, Erianjoni menjelaskan bahwa puncak dendam dalam diri seseorang diperparah oleh pengalaman emosional yang belum terselesaikan.
Baca juga: SJ Kelabui Keluarga Siska Korban Pembunuhan di Padang Pariaman, Satu Tahun Tuduhan Salah Arah
"Dendam itu muncul karena kekecewaan mendalam, yang kemudian berubah menjadi kebencian. Inilah yang mendorong pelaku melakukan pembalasan dengan cara yang sangat keji," katanya.
Ia juga menilai bahwa pengalaman masa lalu, khususnya asmara turut membentuk karakter pelaku.
"Pengalaman selama menjalani asmara bisa memunculkan dendam dan rasa kecewa. Hal inilah yang membuat pelaku nekat melakukan pembunuhan dengan cara tidak biasa, seperti mutilasi ini," ungkapnya.
Selain itu, Erianjoni menyebut, ide untuk melakukan mutilasi kemungkinan juga berasal dari tayangan di media sosial yang mudah diakses saat ini.
Baca juga: Percakapan Terakhir Korban Mutilasi di Padang Pariaman dengan Ibunya, Awalnya Hanya Pamit Sebentar
"Saat ini, akses ke konten kekerasan sangat terbuka. Tayangan-tayangan semacam itu bisa menjadi sumber ide dan inspirasi bagi seseorang untuk meniru tindakan kekerasan, termasuk mutilasi," jelasnya.
Ia menambahkan, kebiasaan menonton konten kekerasan tersebut bisa membentuk seseorang menjadi pembunuh berdarah dingin.
"Konten seperti itu bisa membentuk karakter pelaku sebagai pembunuh berdarah dingin, yang dalam istilah psikologi bisa disebut psikopat," tegasnya.
Tak hanya dipengaruhi tontonan dan dendam, menurut Erianjoni, pelaku juga kemungkinan besar tidak memiliki figur pengarah atau pembimbing yang membentuk kepribadiannya sejak kecil.
"Selain dari pengaruh media sosial, sikap psikopat juga bisa dipicu oleh tidak adanya sosok yang membimbing atau mengarahkan pelaku ke jalan yang benar sejak kecil. Akibatnya, pelaku tumbuh tanpa kendali dan akhirnya tega menghabisi nyawa orang lain dengan cara yang kejam," tutupnya. (TribunPadang.com/Muhamad Afdal Afrianto)
penemuan mayat di Batang Anai
penemuan potongan tubuh manusia
Batang Anai
Padang Pariaman
Universitas Negeri Padang
Sosiolog
Erianjoni
Sumatera Barat
TribunBreakingNews
Polisi Masih Cari Bagian Tubuh Korban Mutilasi di Padang Pariaman, Baru Ditemukan 6 Bagian |
![]() |
---|
Polres Padang Pariaman Pastikan Hasil Autopsi dan Tes DNA Korban Pembunuhan di Batang Anai Sesuai |
![]() |
---|
3 Peti Jenazah Bertuliskan Nama Korban Pembunuhan di Padang Pariaman Segera Diserahkan ke Keluarga |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Tes DNA 3 Korban Mutilasi Rampung, RS Bhayangkara Serahkan Jenazah ke Keluaga |
![]() |
---|
Pekan Kedua Penemuan Potongan Tubuh di Batang Anai Padang Pariaman, Empat Bagian Belum Ditemukan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.