Berita Populer Padang

Populer Padang: Pabrik Karet Kembali Terbakar Gegara Angin dan Guru Besar Unand Protes Menkes

Para guru besar melihat kebijakan ini menyimpang dari standar pendidikan kedokteran di Indonesia.

Editor: Rahmadi
Dokumentasi/Damkar Kota Padang
KEBAKARAN PBARIK KARET- Petugas pemadam kebakaran saat memadamkan api yang kembali membakar pabrik karet PT Teluk Luas di Tanjung Saba Pitameh Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang, Sumatera Barat, Selasa (20/5/2025). Kebakaran disebabkan karena tiupan angin ke getah karet yang masih panas sehingga menimbulkan api kembali. 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Simak sejumlah informasi menarik yang dirangkum dalam populer Padang setelah tayang dalam 24 jam terakhir di TribunPadang.com.

Pertama, api  yang membakar pabrik karet PT Teluk Luas di Tanjung Saba Pitameh Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang.

Kabid Ops dan Sarpras Damkar Padang, Rinaldi, membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan bahwa pihaknya mendapatkan laporan kebakaran sekira pukul 05.30 WIB.

Selanjutnya, sebanyak 18 guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand),  menyatakan keprihatinan terhadap kebijakan transformasi kesehatan Kementerian Kesehatan.

Para guru besar melihat kebijakan ini menyimpang dari standar pendidikan kedokteran di Indonesia.

Baca berita selengkapnya berikut ini:

1. Pabrik Karet di Padang Kembali Terbakar, Diduga dari Bahan Baku yang Masih Panas Ditiup Angin

Api  yang membakar pabrik karet PT Teluk Luas di Tanjung Saba Pitameh Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang, Sumatera Barat kembali menyala, Selasa (20/5/2025).

Dari video yang disimak TribunPadang.com, tampak api kembali berkobar hingga menimbulkan kepulan asap membubung tinggi ke langit.

Kabid Ops dan Sarpras Damkar Padang, Rinaldi, membenarkan hal tersebut.

Ia mengatakan bahwa pihaknya mendapatkan laporan kebakaran sekira pukul 05.30 WIB.

Baca juga: Cegah Penyalahgunaan Narkoba, Pemerintah Nagari dan Polisi Edukasi Pelajar IV Jurai Pessel

"Iya benar tadi pagi di lokasi kebakaran yang berada di PT Teluk Luas api kembali menyala, laporannya masuk ke kami sekira pukul 05.30 WIB," katanya saat dikonfirmasi.

Mendapati laporan tersebut, Dinas Damkar Padang kembali mengirimkan satu unit armada dengan tujuh orang personil untuk melakukan pemadaman.

Sekitar satu jam lebih penanganan, sekira pukul 07.00 WIB api sudah berhasil di padamkan.

Rinaldi menyebut bahwa api kembali muncul dikarenakan tiupan angin ke bahan getah kareta yang masih panas.

Baca juga: Daftar 6 Penumpang Kapal Karam Dihantam Ombak Besar di Pantai Betaet Mentawai, Kondisinya Selamat

"Tumpukan bahan getah karet itu kan masih panas, kemudian ditiup angin, karena itu apinya hidup kembali," jelasnya.

"Setelah padam kita juga sudah melalukan upaya pendinginan, mudah-mudahan saja tidak terbakar lagi," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Padang, Budi Payan, menyebut pihaknya mengerahkan 22 unit mobil pemadam untuk memadamkan api yang membakar kawasan pabrik karet milik PT Teluk Luas di Tanjung Saba Pitameh Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang, Sumatera Barat, pada Minggu (18/5/2025).

Dari total 22 mobil pemadam tersebut, beberapa di antaranya berasal dari sembilan kabupaten dan kota di Sumbar serta instansi terkait lainnya.

Baca juga: Hilang di Pulau Hibala Nias Selatan, Kapal KM Sepakat Bersama 04 Ditemukan di Mentawai

"Itu ada bantuan dari Damkar sembilan kabupaten dan kota di Sumbar," ujar Budi Payan saat dikonfirmasi TribunPadang.com, Senin (19/5/2025).

Kemudian tambahan satu unit masing-masing dari Pelindo, Semen Padang, dan TNI AU.

"Sisanya 10 unit dari kita sendiri. Jadi totalnya ada 22 unit mobil pemadam yang dikerahkan untuk memadamkan api itu," ujarnya.

Budi juga mengatakan, lebih dari 250 personel diterjunkan dalam proses pemadaman tersebut.

"Dari Damkar Kota Padang kita turunkan sekitar 150 personel, ditambah sekitar 100 personel dari instansi Damkar lainnya. Jadi totalnya lebih dari 250 personel dikerahkan," ungkapnya.

Terkait lamanya proses pemadaman, Budi menyebut ada beberapa kendala yang dihadapi di lapangan.

 Salah satunya adalah bahan baku karet yang mudah terbakar serta ketiadaan hydrant di lokasi kebakaran.

"Kendala utama yang dihadapi adalah bahan karet yang mudah terbakar. Selain itu, tidak adanya hydrant di area pabrik membuat mobil pemadam harus bolak-balik mencari sumber air. Ini yang memperlambat proses pemadaman," jelasnya.

KEBAKARAN PABRIK KARET : Salah satu unit armada Damkar dari Kota Padang Panjang yang datang membantu memadamkan kebakaran di PT Teluk Luas, Kota Padang, Minggu (28/5/2025). Puluhan armada dari luar Kota Padang datang membantu pemadaman
KEBAKARAN PABRIK KARET : Salah satu unit armada Damkar dari Kota Padang Panjang yang datang membantu memadamkan kebakaran di PT Teluk Luas, Kota Padang, Minggu (28/5/2025). Puluhan armada dari luar Kota Padang datang membantu pemadaman (TribunPadang.com/Fajar Alfaridho Herman)

Budi menambahkan, api akhirnya berhasil dipadamkan setelah sekitar 12 jam upaya pemadaman dilakukan.

"Api padam setelah sekitar 12 jam. Bahkan sempat padam namun kembali menyala sebelum akhirnya berhasil dijinakkan lagi," katanya.

Baca juga: 22 Warga Menginap di Tenda Pengungsian Akibat Rumahnya Terdampak Kebakaran Pabrik Karet di Padang

Ia pun berharap ke depan, seluruh pabrik dan gedung di Kota Padang dapat dilengkapi dengan fasilitas hydrant sebagai langkah antisipasi kebakaran.

"Kita berharap ke depan, seluruh pabrik dan gedung di Kota Padang dilengkapi hydrant demi menjaga keselamatan dan mengantisipasi kejadian serupa," pungkasnya.

 

2. 18 Guru Besar FK Unand Sampaikan Sikap di Padang, Nilai Menkes Menyimpang

Sebanyak 18 guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand), Padang, Sumatera Barat, menyatakan keprihatinan terhadap kebijakan transformasi kesehatan Kementerian Kesehatan.

Para guru besar melihat kebijakan ini menyimpang dari standar pendidikan kedokteran di Indonesia.

Pernyataan sikap tersebut disampaikan dalam konferensi pers yang berlangsung pada Selasa (20/5/2025), sebagai bentuk respons atas berbagai perubahan yang dinilai meresahkan dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia.

Salah satu guru besar, Prof. Dr. dr. Wirsma Arif Harahap, Sp.B (K) Onk, mengungkapkan bahwa keresahan itu muncul sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan (Omnibus Law).

Awalnya, para akademisi melihat UU ini sebagai langkah positif untuk memperbaiki sistem pendidikan kedokteran di Indonesia.

Baca juga: Bunda PAUD Pasaman Barat Tegaskan Semua Anak Punya Hak Setara Dapatkan Pendidikan

GURU BESAR PRIHATIN - Prof. Dr. dr. Wirsma Arif Harahap, Sp.B (K) Onk saat diwawancarai wartawan, Selasa (20/5/2025). Prof. Dr. dr. Wirsma adalah salah satu guru besar yang menyatakan keprihatinannya terhadap kebijakan transformasi kesehatan yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan
GURU BESAR PRIHATIN - Prof. Dr. dr. Wirsma Arif Harahap, Sp.B (K) Onk saat diwawancarai wartawan, Selasa (20/5/2025). Prof. Dr. dr. Wirsma adalah salah satu guru besar yang menyatakan keprihatinannya terhadap kebijakan transformasi kesehatan yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan (TribunPadang.com/Muhammad Afdal Afrianto)

“Kami sempat beranggapan ini akan menjadi perbaikan, menciptakan dua jalur pendidikan spesialis melalui universitas dan rumah sakit. Namun dalam pelaksanaannya, aturan ini justru menyimpang dari standar yang kami harapkan,” ujar Prof. Wirsma Arif Harahap kepada wartawan.

Ia menyoroti persoalan mutu pendidikan yang kini diawasi oleh rumah sakit tertentu, yang dalam pelaksanaannya dibimbing oleh institusi pendidikan tanpa tenaga ahli spesialis yang memadai.

“Sudah terjadi di beberapa rumah sakit dan universitas. Rumah sakit menjalankan fungsi pengawasan mutu tanpa dukungan SDM yang sesuai,” tambahnya.

Selain itu, ia juga menanggapi isu perundungan (bullying) di lingkungan pendidikan kedokteran yang belakangan menjadi sorotan publik.

“Bullying bisa terjadi di semua institusi pendidikan. Di Fakultas Kedokteran Unand, kami bahkan sudah merumuskan langkah penanggulangannya sejak 10 tahun lalu. Ini bukan isu baru, dan juga terjadi di banyak negara lain,” jelasnya.

Baca juga: KABAR DUKA Suami Najwa Shihab, Ibrahim Sjarief Assegaf Meninggal Dunia di RS PON Jakarta

Namun menurutnya, isu tersebut saat ini justru dijadikan alat kampanye negatif yang merugikan citra pendidikan kedokteran.

Ia menyebut, hal itu turut memicu penutupan beberapa program pendidikan oleh Kementerian Kesehatan.

Lebih jauh, Prof. Wirsma juga menyoroti sikap Menteri Kesehatan yang menganggap kolegium  lembaga yang menyusun kurikulum dan standar pendidikan kedokteran sebagai penghambat.

“Menkes menganggap kolegium menghambat penambahan jumlah dokter. Padahal, kolegium justru menjaga mutu lulusan kedokteran. Sekarang kolegium diganti seluruhnya, dipilih secara daring melalui mekanisme yang tidak transparan. Ini sangat disayangkan,” ujarnya.

Ia menegaskan, jika kondisi ini terus dibiarkan, maka akan berdampak langsung pada sistem pendidikan di Unand.

Baca juga: LIVE Kondisi Terkini Kebakaran Kampus FKM Unand Jati Padang, Damkar Terus Lakukan Proses Pendinginan

“Ada ancaman dualisme sistem pendidikan, satu berbasis universitas dan satu lagi berbasis rumah sakit. Di Unand, sistem universitas sudah berjalan lama, sedangkan rumah sakit baru ada,” tuturnya.

Lebih lanjut, Prof. Wirsma menyampaikan bahwa para guru besar akan terus menyuarakan keprihatinan ini dan berharap Presiden Prabowo Subianto dapat mengambil langkah strategis.

“Kami berharap Bapak Presiden bisa memberi perhatian serius. Fakultas kedokteran adalah stakeholder penting dalam mencetak dokter-dokter berkualitas di Indonesia,” tutupnya.(*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved