Citizen Journalism

Opini Gaza, Antara Korban Anak-anak Tak Berdosa hingga Air Mata Hampir Mengering di Dunia yang Diam

DI tengah puing-puing bangunan yang hancur dan langit yang dipenuhi asap, Gaza kembali menjadi saksi bisu dari tragedi kemanusiaan yang terus berlangs

Editor: Emil Mahmud
DOK/TRIBUNNEWS.COM
DAMPAK AGRESI ISRAEL - Potret reruntuhan di Kota Gaza, Palestina akibat serangan dan pengeboman Israel. Terlihat masyarakat sipil sedang beraktivitas dan mencoba bertahan hidup dari agresi yang tak kunjung usai oleh Israel menghadapi pasukan perlawanan Palestina. 

Oleh: Wahyu Saptio Afrima, Mahasiswa Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (FIB Unand)

DI tengah puing-puing bangunan yang hancur dan langit yang dipenuhi asap, Gaza kembali menjadi saksi bisu dari tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung.

Sejak dimulainya konflik pada Oktober 2023, lebih dari 53.000 warga Palestina telah kehilangan nyawa mereka, dengan mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.

Namun, di balik angka-angka tersebut, terdapat kisah-kisah pilu tentang keluarga yang hancur, anak-anak yang kehilangan masa depan, dan masyarakat yang hidup dalam ketakutan dan kelaparan.

Blokade total yang diberlakukan oleh Israel sejak Maret 2025 telah memperparah situasi. Akses terhadap makanan, air bersih, bahan bakar, dan obat-obatan sangat terbatas, menyebabkan krisis kemanusiaan yang mendalam.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa jika situasi ini terus berlanjut, hampir seluruh populasi Gaza, sekitar 2,1 juta jiwa, akan menghadapi kelaparan akut .

Kondisi ini diperparah dengan serangan udara dan darat yang terus berlanjut, menghancurkan infrastruktur vital seperti rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum lainnya.

Menurut laporan, semua rumah sakit umum di Gaza utara kini tidak berfungsi akibat pemboman yang intensif . Tenaga medis yang tersisa berjuang tanpa peralatan dan obat-obatan yang memadai, sementara pasien terus berdatangan dengan luka-luka serius. 

Pempek Selam
DAMPAK AGRESI ISRAEL - Potret reruntuhan di Kota Gaza, Palestina akibat serangan dan pengeboman Israel. Terlihat masyarakat sipil sedang beraktivitas dan mencoba bertahan hidup dari agresi yang tak kunjung usai oleh Israel menghadapi pasukan perlawanan Palestina.(DOK/TRIBUNNEWS.COM)

Anak-Anak: Korban Tak Berdosa

Anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan dalam konflik ini. Laporan menunjukkan bahwa lebih dari 15.000 anak telah tewas sejak konflik dimulai. 

Banyak dari mereka meninggal akibat serangan langsung, sementara yang lain meninggal karena kelaparan, penyakit, atau kurangnya perawatan medis.

Kisah-kisah tragis tentang anak-anak yang kehilangan seluruh keluarga mereka atau yang harus hidup di antara reruntuhan menjadi pemandangan sehari-hari di Gaza.

Dunia yang Terdiam

Di tengah penderitaan yang mendalam ini, respons komunitas internasional tampak minim. Meskipun ada seruan dari berbagai organisasi kemanusiaan dan protes di beberapa negara, tindakan konkret untuk menghentikan kekerasan dan membuka jalur bantuan masih sangat terbatas.

Beberapa negara Eropa telah mendesak Israel untuk mengubah kebijakannya, namun hingga kini, blokade dan serangan terus berlanjut. 

PBB dan organisasi internasional lainnya telah menyatakan keprihatinan mendalam terhadap situasi di Gaza. Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menyebut penggunaan bantuan kemanusiaan sebagai senjata perang sebagai tindakan yang dapat dikualifikasikan sebagai kejahatan perang oleh Mahkamah Internasional.

Meskipun situasi tampak suram, harapan masih ada. Beberapa negara dan organisasi terus berupaya menyalurkan bantuan ke Gaza, meskipun menghadapi berbagai hambatan.

Negosiasi untuk gencatan senjata juga terus dilakukan, meskipun belum membuahkan hasil yang signifikan.

Namun, waktu semakin menipis. Setiap hari yang berlalu tanpa tindakan berarti adalah hari di mana lebih banyak nyawa hilang, lebih banyak anak kehilangan masa depan, dan lebih banyak keluarga hancur.

Gaza hari ini bukan sekadar konflik antara dua pihak, melainkan tragedi kemanusiaan yang memerlukan perhatian dan tindakan segera dari seluruh dunia.

Ketika air mata tak lagi cukup untuk menggambarkan penderitaan yang terjadi, dunia tidak bisa terus membisu. Sudah saatnya komunitas internasional bersatu, tidak hanya untuk menghentikan kekerasan, tetapi juga untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dapat masuk dan bahwa hak-hak dasar setiap individu di Gaza dihormati dan dilindungi.

Karena di balik setiap angka korban, terdapat manusia dengan mimpi, harapan, dan hak untuk hidup dalam damai.(*)

 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved