Pemprov Sumbar
Gubernur Mahyeldi Sambangi Perantau Minang di Batam, Provinsi Kepri: Harus Jadi Etalase Bagi Sumbar
Gubernur Sumatera Barat Buya Mahyeldi Dt, Marajo mengharapkan para perantau menjadi etalase
TRIBUNPADANG.COM, BATAM – Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Buya Mahyeldi Dt, Marajo mengharapkan para perantau menjadi etalase bagi Sumatera Barat.
Rilis dari Humas Keluarga Besar Rumah Gadang Kepri Kota Batam, bahwa Mahyeldi menyebutkan selain menjadi kekuatan ekonomi, perantau juga bisa menjadi pengaruh positif bagi Sumbar.
Hal itu disampaikan Mahyeldi Ketika membuka Musyawarah Besar ke-1 Keluarga Besar Rumah Gadang Kepri di Kota Batam, Minggu (11/5/2025).
Paguyuban tersebut merupakan organisasi Minang dan Sumbar pertama di Provinsi Kepri.
Jumlah paguyuban Sumbar di Kepri cukup banyak, namun selama ini tidak terkoordini karena rentang jarak yang jauh mengingat Provinsi Kepri, 93 persen lautan dan penduduknya tersebar di pulau-pulau.
Mahyeldi menyebut, salah satu program utamanya saat ini adalah merekatkan hubungan ranah dengan rantau.
Karena itu, dirinya terus melakukan road show ke berbagai provinsi di Indonesia. Sebelum ke Kepri, ia sudah bertemu para perantau di Pekanbaru, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung serta kota-kota lain.
“Ranah dengan rantau tidak bisa dipisahkan. Dari dulu, keduanya adalah satu kesatuan dan kita selalu diikat oleh adat yang kuat. Itulah yang harus selalu kita pupuk,” kata Mahyeldi dalam acara yang juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Kepri Nyanyang Harris Pratamura serta tokoh-tokoh Minang di Kepri.
Baca juga: Semen Padang FC Bawa Pulang 1 Poin Berharga Imbangi Persebaya, Lalu PSIS Semarang Resmi Degradasi
Mahyeldi juga mengingatkan kepada para perantau untuk menceritakan bagaimana besarnya Minang dan tokoh-tokoh yang membawa perubahan bagi bangsa dan negara Indonesia.
Orang Minag sudah merantau ke berbagai daerah di Indonesia serta berbagai negara sejak abad ke-16.
“Kita punya tokoh-tokoh hebat sejak dulu. Mulai dari Haji Agus Salim, proklamator Bung Hatta, Natsir, Mohammad Yamin, dan banyak lagi tokoh-tokoh pergerakan".
"Kita harus ceritakan itu kepada anak cucu kita agar mereka bangga menjadi orang Minang dan menjadi motivasi bagi mereka untuk maju,” kata Mahyeldi.
Mahyeldi juga bercerita, Ketika Yogyakarta jatuh dan Soekarno-Hatta ditahan, Belanda mengatakan kepada dunia bahwa Indonesia tidak ada lagi.
Namun, tokoh-tokoh Minang langsung berinisiatif mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Baca juga: Minimalisir Risiko Bencana Tsunami, Gubernur Mahyeldi Sampaikan 2 Rekomendasi kepada Kepala BNPB
Meskipun usianya hanya 207 hari, tetapi itu cukup untuk memaksa Belanda ke meja perundingan di PBB, yang dikenal dengan Konferensi Meja Bundar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.