Berita Viral

Perjuangan Ati Taek, Sopir Truk Perempuan Penerobos Daerah Terisolasi di Pulau Timor

Ati Ranti Taek, seorang ibu rumah tangga berusia 31 tahun, adalah sopir truk perempuan yang berani menerobos daerah-daerah terisolasi di Pulau Timor,

Editor: Rizka Desri Yusfita
KOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERE
SRIKANDI SOPIR TRUK: Ati Taek (31), sopir truk asal Desa Honuk, Kecamatan Amfoang Barat Laut, Kabupaten Kupang, NTT, saat berpose di depan truknya. 

TRIBUNPADANG.COM - Hari Kartini selalu menjadi waktu yang istimewa untuk mengenang pemikiran dan perjuangan RA Kartini mengenai peran perempuan dalam pembangunan bangsa. 

Namun, semangat Kartini tidak hanya hadir dalam peringatan, tetapi juga nyata dalam diri perempuan-perempuan masa kini, seperti yang terlihat dalam kisah Ati Taek.

Ati Ranti Taek, seorang ibu rumah tangga berusia 31 tahun, adalah sopir truk perempuan yang berani menerobos daerah-daerah terisolasi di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Sehari-hari, ia mengendarai truk Mitsubishi Ragasa 2004, mengantar hasil perkebunan seperti kopra, kemiri, dan berbagai titipan dari daerah Amfoang menuju Kota Kupang.

Namun, pekerjaan ini bukanlah hal yang mudah. Ati harus menaklukkan jalanan ekstrem yang tidak beraspal, melewati hutan lebat, jalur longsor, jurang terjal, dan sejumlah sungai panjang tanpa jembatan. 

Perjalanan menuju Kupang memakan waktu sekitar 137 kilometer, dan lamanya tergantung pada cuaca.

Saat musim panas, perjalanan bisa memakan waktu hingga 13 jam, sementara di musim hujan, Ati harus bermalam di pinggir sungai menunggu banjir surut.

Kini, perjalanan ke Kota Kupang bahkan harus melewati dua kabupaten, yaitu Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, karena jalan utama dan jembatan utama putus. 

Meski menghadapi tantangan berat, Ati, yang merupakan satu-satunya sopir truk perempuan di wilayah Amfoang, tidak pernah gentar.

Bermodal semangat untuk mendukung ekonomi keluarganya, Ati yang merupakan istri dari Yonri Theny (35) dan ibu dari Marsya R.A Theny (13), berani menerobos daerah-daerah terpencil. 

Ia tidak mengendarai truk sendirian, karena ia ditemani seorang saudara perempuan dan dua orang kondektur dalam perjalanan berat tersebut.

"Tapi, kadang kalau ada keluarga bantu, bisa sampai tujuh orang yang ikut bersama mengantar muatan," kata Ati kepada Kompas.com, Sabtu (19/4/2025).

Baca juga: Mata Air Muncul di Pekalongan, Viral Sebut Sembuhkan Penyakit, Ternyata Saluran PDAM Bocor

Ati melakoni pekerjaannya karena didukung penuh oleh suaminya, Yonri Theny, yang juga bekerja sebagai sopir bus jurusan yang sama, Amfoang-Kupang.

Ati mengaku memilih bekerja sebagai sopir karena mengikuti jejak ayahnya, seorang sopir truk.

Sejak kecil, dia pun kerap mengikuti ayahnya beraktivitas.

Itulah yang membuat dirinya menyukai dunia otomotif.

Apalagi, dirinya hanya tamatan sekolah menengah pertama (SMP).

Satu-satunya keterampilan yang dia kuasai hanyalah mengemudi.

Sehingga, pada tahun 2016, dia memutuskan bekerja sebagai sopir truk.

Awalnya, dia membawa truk milik orang lain mulai tahun 2016 hingga 2019.

Selanjutnya, pada tahun 2020, setelah memiliki tabungan cukup, dia dan suaminya memutuskan membeli truk bekas dengan cara kredit.

"Kalau dulu masih bawa mobil orang, itu kami sistem kontrak per bulan, stor kasih bos bersih Rp5 juta tanpa bos tanggung apa-apa."

"Kerusakan, alat, ban, minyak, dan lain-lain, itu tanggungan saya. Jadi, kalau dapat lebih, kita senang, tapi risikonya kalau ada yang rusak," ungkap Ati.

Setelah memiliki truk sendiri, Ati bertambah semangat bekerja.

Dia bahkan aktif mengunggah kegiatan sehari-harinya di media sosial TikTok dan Facebook.

Jumlah pengikutnya di dua medsos itu pun membeludak lantaran disukai banyak orang.

Videonya kerap viral karena menerobos banjir di sungai dengan truknya.

Satu video bahkan ada yang ditonton 4,3 juta kali.

Di TikTok, pengikutnya 171.000 dan di Facebook 35.000.

Ati mengaku tidak takut saat menerobos banjir.

Dia hanya malu saat disaksikan banyak orang di pinggir sungai.

Ia menyebut penghasilan sebagai sopir truk tidak menentu, tergantung orderan.

Jika muatannya semen dari Kupang ke Amfoang, tarifnya Rp1 juta lebih.

Pada musim panas terdapat banyak orderan, tapi karena jumlah angkutannya atau kompetitornya banyak, tarif angkut menjadi murah.

Begitu juga saat musim hujan, jalan dan jembatan putus, orderannya hanya sekali dalam seminggu.

"Walaupun tak menentu, penghasilan yang kita dapat dipakai untuk bantu kebutuhan ekonomi, sebagian buat orang tua dan setoran utang koperasi."

"Kalau lebih, ya tabung, tapi kalau tidak, ya berharap semoga besok ada berkat lagi," kata Ati optimistis.

Selain kendala infrastruktur, tantangan terberatnya kini yaitu bersaing dengan kompetitor lain yang memiliki armada keluaran terbaru.

Truknya yang berusia 20 tahun lebih, tak sempurna seperti dulu lagi.

"Saya harus bersaing dengan truk umur muda yang bisa muat sampai 7 hingga 8 ton."

"Sedangkan truk saya sudah tua, hanya mampu 5 ton, tidak ada rem tangan, dan setir juga masih manual," ujar dia.

Dengan keterbatasan itu, Ati tetap yakin semua usaha dan kerja kerasnya pasti akan berbuah hasil yang terbaik.

Rezeki selalu saja datang menghampirinya.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Sosok Ati Taek Sopir Truk Wanita Berani Menyetir di Daerah Terisolasi, Viral Terobos Banjir Sungai, 

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved