Merawat Kemabruran Puasa

Dari Ta'abbud ke Isti'anah

Ayat kelima dari surah Al-Fatihah ini menyimpan rahasia besar, tetapi masih banyak di antara kita yang belum menghayati maknanya.

Editor: afrizal
TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN
Menteri Agama RI Nasaruddin Umar 

Penempatan isti'anah setelah ta'abbud mengisyaratkan bahwa tidak ada isti'anah tanpa diawali ta'abbud.

Artinya, seseorang yang mengharapkan pertolongan Tuhan harus diawali terlebih dahulu dengan ta'abbud.

Hanya hamba yang menemukan jalan dan konsisten menjalani jalan itu yang bisa mendapatkan isti'anah.

Dalam melaksanakan ta'abbud, manusia harus memperhatikan beberapa hal.

Satu di antaranya ialah keikhlasan.

Sebab ta'abbud tidak bisa mencapai puncak jika dipadati dengan riya, dosa,  dan egoisme. Isti'anah adalah akibat yang diperoleh melalui usaha ta'abbud  yang sejati.

Kesejatian ta'abbud dapat diukur melalui tingkat keiklasan dan kekhusyukan ta'abbud itu sendiri.

Ta'abbud terkait dengan interaksi positif antara 'Abid, Ma'bud, dan 'ibadah.

'Abid ialah orang yang bersungguh-sungguh bermaksud mendekatkan diri kepada Allah Swt, Ma'bud  tidak lain ialah Allah Swt., dan 'ibadah ialah tata cara yang mengatur hubungan interaktif antara manusia sebagai 'abid dan Tuhan sebagai al-Ma'bud.

Ketentuan yang menjadi rambu-rambu  antara 'abid dan ma'bud itulah 'ibadah. 

Dengan demikian, ta'abbud-isti'anah seperti kata majumk yang tak bisa dipasahkan satu sama lain.

Pada saat yang bersamaan, antara 'abid, Ma'bud, dan 'ibadah juga tidak bisa dipisahkan.

Tidak ada 'abid tanpa Ma'bud dan tidak ada arti 'abid tanpa 'ibadah.

Demikian pula dengan ta'abbud dan isti'anah, selalu berhubungan dengan ‘abid dan Ma'bud. Wallahu A'lam.(Bersambung).  Tulisan Lengkap KLIK DI SINI

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved