Citizen Journalism

Opini: Peran Pragmatik dalam Mengurai, Makna Tersirat di Media Sosial

Era digital, media sosial menjadi ruang yang penuh dengan interaksi antarindividu dari berbagai latar belakang

Editor: Emil Mahmud
TribunMedan
Ilustrasi 

Oleh Ike Revita Penulis adalah Dosen Prodi Magister Linguistik FIB Unand

Di balik setiap kata yang tertulis, ada makna yang tersirat; memahami konteksnya adalah kunci untuk menjalin komunikasi yang lebih dalam dan menghindari kesalahpahaman- Ike Revita

ERA digital, media sosial menjadi ruang yang penuh dengan interaksi antarindividu dari berbagai latar belakang budaya dan sosial.

Setiap hari, jutaan pesan ditukarkan dalam bentuk teks, gambar, atau video, yang tidak hanya berfungsi untuk menyampaikan informasi. Namun, juga untuk membangun hubungan, mengekspresikan perasaan, dan bahkan menegosiasikan identitas (Revita, 2024). 

Di sinilah peran Pragmatik menjadi krusial dalam memahami makna yang tersirat dalam setiap komunikasi yang terjadi.

Pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari bagaimana konteks memengaruhi cara kita memahami makna dalam bahasa (Revita, 2024a).

Sederhananya, Pragmatik menyoroti bahwa kata-kata tidak selalu diartikan berdasarkan makna harfiahnya (Revita 2008), melainkan bergantung pada siapa yang mengatakannya, kepada siapa, dan dalam situasi apa.

Di media sosial, di mana komunikasi sering kali singkat, penuh implikatur, dan berlapis-lapis makna, analisis Pragmatik menjadi alat penting untuk mengurai pesan-pesan yang tersembunyi di balik teks (Revita, 2018).

Salah satu konsep penting dalam Pragmatik adalah implikatur, yaitu makna yang tidak dinyatakan secara eksplisit tetapi tersirat dari apa yang dikatakan (Grice, 1976).

Di media sosial, implikatur sering muncul dalam berbagai bentuk: sarkasme, ironi, sindiran, atau pesan-pesan yang sengaja dikodekan. Misalnya, ketika seseorang menulis Wah, kerjaannya santai banget ya hari ini’ dalam konteks seseorang yang diketahui sibuk, kita memahami bahwa ini mungkin merupakan bentuk sarkasme, bukan pujian.

Contoh lain, penggunaan emoji seperti ???? atau ???? sering kali menambahkan lapisan makna tersendiri. Sebuah pernyataan yang terlihat tajam atau tegas bisa menjadi lebih lunak atau bercanda dengan tambahan emoji tersebut.

Inilah yang menjadikan analisis Pragmatik di media sosial sangat dinamis. Makna tidak lagi hanya tergantung pada teks, tetapi juga pada konteks sosial, nada, dan isyarat visual (Revita, 2023).

Kerap kali, makna tersirat di media sosial menimbulkan kebingungan atau bahkan konflik antar pengguna.

Ini terjadi karena tidak semua orang memiliki pemahaman yang sama tentang konteks atau maksud pembicaraan.

Sebuah komentar yang dianggap bercanda oleh satu pihak bisa saja dianggap sebagai penghinaan oleh pihak lain.

Dalam situasi seperti ini, pragmatik membantu kita memahami bagaimana pesan-pesan tersebut dapat dipahami secara berbeda berdasarkan latar belakang budaya, hubungan interpersonal, atau tujuan komunikatif si pembicara.

Konteks sangat penting dalam analisis Pragmatik. Di media sosial, konteks tersebut bisa lebih kompleks karena sifat interaksi yang tidak langsung dan lintas budaya (Revita, 2023a).

Sebagai contoh, sebuah pesan yang diunggah di Twitter mungkin memiliki konteks tertentu di antara pengguna komunitas tertentu, tetapi bisa disalahartikan oleh orang luar komunitas tersebut.

Perubahan format, platform, atau waktu pengiriman pesan juga memengaruhi bagaimana pesan itu diterima.

Dengan memahami prinsip-prinsip Pragmatik, pengguna media sosial dapat lebih peka terhadap potensi kesalahpahaman dalam komunikasi mereka.

Menggunakan tanda-tanda yang lebih jelas, memperhatikan konteks interaksi, dan memahami latar belakang audiens adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperkecil kemungkinan salah tafsir.

Pragmatik mengajarkan kita untuk melihat lebih dalam daripada sekadar kata-kata yang tertulis; kita diajak untuk menelusuri maksud, tujuan, dan kondisi di balik pesan.

Pada akhirnya, di dunia yang semakin terhubung secara digital, kemampuan untuk menguraikan makna tersirat melalui pendekatan pragmatik menjadi keterampilan yang sangat berharga.

Hal ini bukan hanya membantu kita berkomunikasi dengan lebih efektif, tetapi juga membangun pemahaman dan toleransi di tengah keberagaman interaksi yang terjadi di media sosial.(*)

 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved