Citizen Journalism

Opini Peran Pragmatik dalam Komunikasi Sehari-hari

DALAM kehidupan sehari-hari, kita sering kali berbicara dengan orang lain, baik itu keluarga, teman, kol

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA
Ike Revita,Penulis adalah Dosen Prodi Magister Linguistik FIB Unand 

Oleh Ike Revita, Penulis adalah Dosen Prodi Magister Linguistik FIB Unand

Pragmatik adalah seni memahami makna di balik kata-kata. Dia mengajarkan kita untuk mendengar dengan hati dan berbicara dengan empati, menjembatani perbedaan dan memperkuat hubungan dalam setiap percakapan sehari-hari- Ike Revita

DALAM kehidupan sehari-hari, kita sering kali berbicara dengan orang lain, baik itu keluarga, teman, kolega, atau bahkan orang asing.

Setiap percakapan memiliki tujuan, suasana, dan konteks yang berbeda (Revita, 2024). Inilah mengapa memahami apa yang disebut dengan Pragmatik menjadi sangat penting.

Pragmatik bukan hanya sekadar cabang ilmu linguistik yang mempelajari bagaimana konteks mempengaruhi makna dalam komunikasi (Revita, 2008), melainkan juga seni memahami maksud, emosi, dan tujuan di balik kata-kata (Revita, 2018). 

Jadi, berbicara bukan hanya soal kata-kata yang kita gunakan, tetapi juga bagaimana kita menangkap maksud yang lebih dalam di balik kata-kata tersebut.

Bayangkan sebuah percakapan sederhana ketika seseorang berkata, ‘Di luar sangat panas. 

Mungkin kita berpikir, ‘Oke, itu fakta cuaca.’ Tetapi, sebenarnya, maksud di balik kalimat itu bisa jauh lebih kompleks.

Mungkin saja orang tersebut ingin memberi isyarat untuk menyalakan pendingin udara, atau bahkan mencoba mengubah rencana untuk tetap di dalam ruangan.

Di sini, pemahaman Pragmatik berperan penting. Dengan memahami Pragmatik, kita lebih peka terhadap maksud tersembunyi yang sering kali dipengaruhi oleh situasi, hubungan antar pembicara, dan latar belakang budaya (Revita, 2014).
Dalam interaksi sehari-hari, Pragmatik juga membantu kita menjaga kesopanan dan keharmonisan hubungan.

Misalnya, ketika kita perlu menolak permintaan seseorang tanpa menyinggung perasaannya, kita mungkin memilih untuk berkata, ‘Saya akan mencoba, tapi tidak bisa janji. Ini adalah contoh bagaimana Pragmatik memungkinkan kita menggunakan bahasa yang lebih halus untuk menyampaikan pesan yang mungkin sulit di Terima.

Melalui cara ini, kita tetap dapat menjaga hubungan baik tanpa harus berterus terang yang bisa dianggap kurang sopan atau kasar.

Pragmatik juga memberikan kita keterampilan untuk memahami humor, sindiran, dan ironi yang sering muncul dalam percakapan. Ketika seseorang berkata, ‘Oh, hebat, kamu datang terlambat lagi,’ konteks akan menentukan apakah kalimat itu adalah sindiran atau pujian. 

Tanpa pemahaman Pragmatik, kita mungkin tidak menyadari bahwa kalimat itu sebenarnya adalah keluhan terselubung, bukan ungkapan kekaguman (Revita, 2019). 

Mengerti makna-makna terselubung ini penting untuk menghindari kesalahpahaman dan menjaga komunikasi yang lancar.

Keterampilan Pragmatik juga mencakup kemampuan menyesuaikan cara kita berbicara berdasarkan dengan siapa kita berkomunikasi.

Dalam rapat bisnis, kita cenderung menggunakan bahasa yang lebih formal dan sopan. Namun, saat berbincang dengan teman dekat, bahasa kita menjadi lebih santai dan informal. 

Kemampuan untuk menyesuaikan gaya bicara ini adalah bagian dari kecerdasan Pragmatik yang terus berkembang seiring waktu dan pengalaman (Revita, 2018a).

Tidak hanya itu, Pragmatik juga sangat relevan dalam komunikasi antarbudaya.

Di dunia yang semakin terhubung secara global ini, kita sering berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya. 

Misalnya, dalam beberapa budaya, menolak tawaran secara langsung dianggap kurang sopan. Seseorang mungkin memilih untuk menolak dengan cara yang lebih halus atau menggunakan alasan lain. 

Memahami nuansa ini sangat penting agar kita dapat berkomunikasi dengan lebih efektif dan menghargai perbedaan budaya.
Di era digital, peran Pragmatik semakin nyata.

Saat kita berkomunikasi melalui media sosial atau pesan teks, konteks sering kali tidak sepenuhnya jelas, yang dapat memicu kesalahpahaman.

Sebuah pesan singkat seperti ‘baiklah.’ dengan titik di akhir, misalnya, bisa saja dianggap dingin atau tidak ramah, tergantung pada bagaimana hubungan antara pengirim dan penerima pesan.

Jadi, pada akhirnya, Pragmatik adalah tentang memahami orang lain, lebih dari sekadar kata-kata yang mereka gunakan.

Ini adalah tentang memahami konteks, menangkap maksud tersirat, dan menyesuaikan cara kita berbicara sesuai dengan situasi dan audiens. 

Melalui peningkatan pemahaman kita tentang Pragmatik, kita bisa menjadi komunikator yang lebih baik, menghindari kesalahpahaman, dan memperkuat hubungan kita dengan orang lain.

Dalam dunia yang semakin kompleks dan beragam, kemampuan ini adalah kunci untuk membangun hubungan yang kuat dan harmonis. (*)

 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved