Citizen Journalism
Opini Menjaga Bahasa Era Kekinian: Penutur Bahasa Daerah Prioritaskan, Mengajar Generasi Muda
BAHASA daerah Indonesia menghadapi banyak tantangan di era digital yang berkembang pesat. Sebagai warisan budaya dan identitas lokal, bahasa daerah ce
Oleh Ike Revita, Penulis adalah Dosen Prodi Magister Linguistik FIB Unand
ERA digital yang serba cepat, menjaga bahasa adalah menjaga akar identitas kita, agar warisan budaya tidak hanya menjadi cerita masa lalu, tetapi tetap hidup di masa depan - Ike Revita
BAHASA daerah Indonesia menghadapi banyak tantangan di era digital yang berkembang pesat. Sebagai warisan budaya dan identitas lokal, bahasa daerah cenderung semakin terpinggirkan (Revita, 2014) di tengah arus globalisasi yang cepat.
Meskipun teknologi memiliki banyak manfaat dan kemudahan, ia juga mengancam keberadaan bahasa-bahasa (Revita, 2018) yang selama ini menjadi bagian penting dari keberagaman budaya kita.
Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga menunjukkan nilai-nilai, cara hidup, dan perspektif suatu komunitas (Revita, 2022).
Jika sebuah bahasa punah, kita kehilangan kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, serta kata-kata. Sayangnya, banyak bahasa daerah di Indonesia saat ini di ambang punah. Ini adalah sinyal bahwa kita perlu mengambil tindakan segera.
Kehidupan sehari-hari telah menjadi bagian penting dari teknologi, terutama internet dan media sosial. Bahasa-bahasa internasional, seperti Inggris dan Perancis biasanya lebih diutamakan karena dianggap lebih relevan dan bermanfaat untuk kebutuhan pekerjaan di masa depan.
Akibatnya, bahasa lokal semakin tidak digunakan (Revita, 2024). Anak-anak dan remaja lebih sering menggunakan bahasa asing saat berinteraksi, baik di dunia nyata maupun di internet. Bahasa daerah dianggap kurang ‘keren’, ‘kurang gaul’ atau ketinggalan zaman.
Namun, jika digunakan dengan bijak, teknologi juga dapat membantu melestarikan bahasa lokal. Alat pembelajaran bahasa, konten digital, dan platform media sosial dapat menjadi alat yang efektif untuk mendorong pengembangan dan pemulihan bahasa lokal (Revita, 2024a).
Misalnya, membuat aplikasi ponsel yang mengajarkan bahasa daerah melalui permainan interaktif atau cerita dapat menarik minat anak-anak. Video di YouTube atau TikTok yang menggunakan bahasa lokal dan menampilkan budaya lokal juga dapat membantu memperkenalkan dan mempopulerkan kembali bahasa lokal.
Pendidikan formal juga sangat penting untuk mempertahankan bahasa lokal. Kurikulum pendidikan Indonesia harus memungkinkan pengajaran bahasa daerah (Revita, 2024b).
Pendidikan bahasa daerah tidak hanya harus menjadi mata pelajaran tambahan, tetapi juga harus menjadi bagian dari rutinitas pembelajaran. Untuk mengajar bahasa daerah dengan cara yang menarik dan relevan bagi siswa, guru perlu diberi pelatihan dan dukungan yang memadai.
Peran keluarga dalam mempertahankan bahasa daerah juga memegang kendala tidak sederhana. Dalam kehidupan sehari-hari di rumah, orang tua bertanggung jawab untuk memperkenalkan dan menggunakan bahasa daerah.
Utamanya sejak dini, mengajarkan anak-anak berbicara dalam bahasa daerah akan meningkatkan pemahaman dan penghargaan warisan budaya mereka.
Selain itu, masyarakat lokal harus berpartisipasi dalam kegiatan yang menggunakan bahasa daerah, seperti lomba cerita rakyat, drama, dan musik tradisional.
Pemerintah harus lebih proaktif dalam menjaga bahasa daerah. Kebijakan yang mendukung revitalisasi bahasa daerah harus menjadi prioritas utama. Ini termasuk menyediakan dana dan fasilitas untuk penelitian bahasa daerah, serta memberikan pelatihan kepada penutur bahasa daerah yang mampu mengajar atau memimpin generasi muda.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.