Citizen Journalism

Jejak Kaki Pertama: Kisah Suku Orang Asli, Penghuni Pertama Semenanjung Malaysia

Orang Asli merupakan penghuni pertama, mereka telah menyatu dengan alam, membentuk budaya unik yang kaya akan tradisi dan pengetahuan lokal.

Editor: Nika Afrilia
ist
Orang Asli merupakan penghuni pertama, mereka telah menyatu dengan alam, membentuk budaya unik yang kaya akan tradisi dan pengetahuan lokal. 

Oleh Amal Nabilah Binti Mohamad Helmi, Mahasiswi Magang Universiti Kebangsaan Malaysia di FIB Universiti Andalas

Di jantung hutan hujan tropis Malaysia, bersemayam komunitas asli yang telah mendiami semenanjung ini sejak ribuan tahun lalu: suku Orang Asli.

Sebagai penghuni pertama, mereka telah menyatu dengan alam, membentuk budaya unik yang kaya akan tradisi dan pengetahuan lokal.

Orang Asli berarti penduduk asli atau masyarakat asli. Namun populasi Orang Asli di Malaysia merupakan populasi minoritas.

Suku Orang Asli merupakan suku paling awal di Semenanjung Malaysia. Orang-orang ini diyakini telah tinggal di Semenanjung Malaysia sejak lebih dari 5000 tahun yang lalu sebelum adanya masyarakat lain seperti Melayu, Cina, dan India.

Permukiman Orang Asli di Malaysia tersebar di kalangan penduduk yang sebagian besar adalah suku Melayu. Awalnya suku Orang Asli ini kebanyakan hidup nomaden di daerah pegunungan, hutan hujan tropis, air terjun, dan sungai.

Baca juga: Highland Towers: Tragedi Berdarah di Balik Kemewahan, Catatan Hitam Sejarah Malaysia

Menurut Departemen Pengembangan Orang Asli Malaysia (JAKOA), Orang Asli dikategorikan menjadi tiga suku utama, yaitu Negrito/Semang, Senoi dan Proto Melayu. Orang Asli terdiri dari suku Negrito/Semang adalah Kensiu, Kintaq, Jahai, Mendriq, Bateq, Lanoh sedangkan Orang Asli Senoi terdiri dari tipe Temiar, Semai, Jah Hut, Mah Meri, Semoq Beri.

Masyarakat adat Proto Melayu bertipe Orang Kuala, Orang Kanaq, Orang Seletar, Jakun, Semelai dan Temuan.

Jadi, ketiga suku utama Orang Asli di Malaysia masing-masing tinggal di wilayah berbeda di Semenanjung Malaysia.

Misalnya suku Negrito yang tinggal di wilayah utara Semenanjung Malaysia yaitu Kedah, Perak dan Hulu Perak, Kelantan, Pahang dan Terengganu. Adapun suku Senoi sebagian besar bermukim di pesisir tengah dan timur Semenanjung Malaysia seperti Selangor, Kelantan, Terengganu, Pahang dan Negeri Sembilan.

Suku Proto Melayu kebanyakan tinggal di wilayah tengah dan selatan Semenanjung Malaysia seperti Selangor, Negeri Sembilan dan Pahang.

Awalnya suku Orang Asli Negrito merupakan kelompok paling awal yang menduduki Semenanjung Malaya terhitung sejak 60 ribu tahun yang lalu. Orang-orang ini sebagian besar berasal dari migrasi awal orang-orang dari benua Afrika.

Sedangkan suku tertua kedua adalah Senoi. Suku Senoi merupakan salah satu komunitas Austroasiatik yang bermigrasi ke Semenanjung Malaysia dari Indochina.

Orang-orang ini memulainya dari 10 hingga 30 ribu tahun yang lalu. Setiap suku Orang Asli mempunyai budaya dan cara hidup sosialnya masing-masing.

Baca juga: Transformasi Ketenagakerjaan: Peran Ekonomi Gig dalam Membentuk Masa Depan Kerja di Malaysia

Gaya hidup ekonomi dan sosial mereka berbeda berdasarkan tempat tinggal mereka. Sebagai penjelasannya, Orang Asli suku Negrito merupakan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan tebang bakar sedangkan suku Proto Melayu merupakan masyarakat yang memungut hasil hutan untuk dijual.

Menurut JAKOA Malaysia, sekitar 40 persen Orang Asli suku Senoi adalah mereka yang tinggal di dekat hutan dan menanam padi huma, berburu binatang, dan mengumpulkan hasil hutan.

Orang Asli Suku Proto Melayu merupakan komunitas yang tinggal di pesisir pantai dan terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan dan penjualan hasil laut. 

Hanya sebagian kecil Suku Orang Asli Negrito yang masih menjalani gaya hidup semi nomaden dengan berpindah-pindah dan memilih menikmati hasil hutan sesuai musim.

Status sosial ekonomi suku Orang Asli sebanyak 80 % masyarakatnya tergolong miskin secara sosial ekonomi. Menurut Departemen Statistik Malaysia pada tahun 2020, sebanyak 50 % Orang Asli di Semenanjung Malaysia berada pada tingkat kemiskinan.

Tingkat melek huruf Orang Asli adalah 43 % sepanjang tahun ini. Artinya masih ada yang tingkat pendidikannya belum sempurna namun masih ada pula yang melanjutkan studinya dengan sempurna.

Maka dalam pengembangan kehidupan suku Orang Asli, Pemerintah Malaysia telah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan taraf hidup Orang Asli.

Sekolah-sekolah telah dibangun di daerah pedesaan untuk memberikan akses pendidikan bagi anak-anak Orang Asli.

Selain itu, program ekonomi juga diperkenalkan untuk membantu mereka di bidang pertanian modern, peternakan, dan industri kecil. Dalam hal hak atas tanah, hal ini juga menjadi salah satu permasalahan besar

Tanah-tanah adat yang menjadi warisan turun-temurun mereka seringkali mendapat ancaman dari perkembangan modern. Namun terdapat upaya untuk melindungi hak atas tanah mereka melalui legislasi dan gerakan advokasi.

Baca juga: Misteri Mimaland: Jejak Kejayaan dan Kegelapan Taman Hiburan Malaysia yang Terlupakan

Terakhir dari aspek integrasi sosial terdapat upaya untuk mengintegrasikan Orang Asli ke dalam mainstream, masih terdapat tantangan besar seperti diskriminasi dan stereotipe.

Namun, semakin banyak upaya yang dilakukan untuk mempromosikan budaya dan identitas Orang Asli sebagai salah satu warisan penting Malaysia.

Orang Asli adalah salah satu komponen penting identitas Malaysia. Sejarah, keunikan, dan perkembangannya tidak hanya mencerminkan kekayaan budaya dan warisan negara, namun juga mencerminkan tantangan yang dihadapi masyarakat tradisional di dunia yang semakin modern.

Upaya melestarikan dan mempromosikan budaya Orang Asli merupakan tanggung jawab bersama, untuk memastikan bahwa mereka terus menjadi bagian dari lanskap sosial dan budaya Malaysia.

(*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved