Citizen Journalism

Opini Menyulam Bahasa, Butuh Kepekaan terhadap Ritme dan Nuansa

Menyulam bahasa adalah seni merangkai kata-kata dengan indah, menciptakan makna yang mendalam dan abadi dalam hati setiap pembacanya

Editor: Emil Mahmud
TribunPadang.com/Panji Rahmat
Ilustrasi 

Oleh Ike Revita, Penulis adalah Dosen Prodi Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (FIB Unand)

Menyulam bahasa adalah seni merangkai kata-kata dengan indah, menciptakan makna yang mendalam dan abadi dalam hati setiap pembacanya - Ike Revita

SALAH satu harta karun manusia adalah bahasa. Bahasa adalah seni; itu adalah alat untuk berkomunikasi. Menyulam bahasa adalah ketika kita merangkai kata-kata dengan indah dan hati-hati sehingga meninggalkan makna yang mendalam dan abadi di hati setiap orang yang membacanya.

Bahasa sebagai alat ekspresi (Revita, 2008) memungkinkan kita untuk menyampaikan hal-hal yang paling sederhana dan paling rumit. Ketika kita berbicara atau menulis, kita memilih kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan atau pemikiran kita.

Namun, menyulam bahasa juga melibatkan bagaimana kita menyusunnya sehingga pesan kita tidak hanya jelas tetapi juga indah dan menggugah.

Karya sastra sering menggunakan penyulam bahasa. Puisi, misalnya, adalah jenis seni di mana kata-kata dipilih dan disusun dengan hati-hati untuk menciptakan ritme, rima, dan makna yang dalam.

Penyair menggunakan bahasa untuk menggambarkan perasaan dan pemandangan dengan cara yang tidak dapat dicapai dengan cara lain dalam komunikasi.

Kemampuan penulis untuk menyulam bahasa, menghidupkan cerita dan karakter melalui deskripsi yang kaya dan dialog yang hidup adalah ciri khas prosa yang baik.

Menyulam bahasa dengan hati-hati membutuhkan ketelitian. Seorang penulis atau pembicara yang baik bekerja menggunakan kata-kata dengan hati-hati (Revita, 2014) untuk membuat sesuatu yang indah dan bermakna, mirip dengan seorang penyulam yang mengerjakan benang dan kain.

Selain membutuhkan kepekaan terhadap ritme dan nuansa bahasa, proses ini membutuhkan banyak waktu dan usaha.

Setiap kata memiliki arti dan makna tertentu, dan cara kita menyusunnya dapat memengaruhi cara pesan kita diterima orang lain.

Kata-kata dapat memberi inspirasi, membangkitkan perasaan, atau bahkan bahkan mengubah cara orang berpikir dan merasakan sesuatu.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu berhati-hati dalam memilih dan menyusun kata-kata kita, sehingga mereka tidak hanya menyampaikan pesan kita dengan jelas tetapi juga indah dan anggun.

Sebuah budaya memiliki cara unik untuk menyulam bahasa, membuat ungkapan dan metafora yang menunjukkan pengalaman, nilai, dan kebiasaan mereka.

Budaya Minangkabau, misalnya, menggunakan bahasa tidak hanya untuk berkomunikasi tetapi juga untuk mengajarkan nilai-nilai budaya dan adat istiadat mereka (Revita, 2022). Nilai-nilai ini ditransmisikan dari generasi ke generasi melalui pepatah, pantun, dan cerita rakyat.

Dengan memahami dan menghargai cara-cara unik di mana berbagai budaya menyulam bahasa, kita dapat memperluas pemahaman kita tentang dunia dan orang-orang di sekitar kita.

Ini juga membantu kita menjadi lebih peka dan terbuka terhadap keanekaragaman budaya  dan linguistik (Revita, 2022), yang pada gilirannya dapat memperkuat hubungan antar individu dan kelompok.

Di masa sekarang, menyulam bahasa menghadapi tantangan baru dan juga peluang yang belum pernah ada sebelumnya. Media sosial dan internet memungkinkan kita untuk berbicara dengan audiens yang lebih luas dan lebih beragam (Revita, 2024).

Namun, kecepatan dan efisiensi komunikasi online seringkali membuat kita kehilangan kualitas bahasa yang indah dan luas demi kecepatan dan efisiensi.

Media komputer dan internet juga memberi para penulis, penyair, dan seniman bahasa kesempatan untuk mencoba metode baru untuk menyulam bahasa.

Media sosial, blog, dan platform penerbitan online memungkinkan kita untuk bereksperimen dengan gaya dan bentuk baru, menjangkau audiens yang lebih luas, dan berpartisipasi dalam diskusi global tentang seni dan keindahan bahasa.

Jadi, menyulam bahasa adalah seni yang memerlukan kepekaan, kehati-hatian, dan kreativitas. Bahasa tidak hanya memungkinkan kita untuk berkomunikasi, tetapi juga memungkinkan kita untuk menciptakan makna yang mendalam, mengekspresikan keindahan, dan menimbulkan emosi.

Dalam dunia yang terus berubah ini, penting bagi kita untuk terus meningkatkan kemampuan kita dalam menyulam bahasa, memastikan bahwa kata-kata kita tetap indah, bermakna, dan menggugah hati.

Dengan demikian, bahasa adalah salah satu aset terbesar kemanusiaan, dan kita harus menghargai dan merayakannya.(*)

 

 

 

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved