Citizen Journalism

Opini Membaca Dunia Lewat Bahasa: Perspektif Multidimensional

Membaca dunia melalui bahasa adalah membuka pintu menuju pemahaman yang lebih membuka pintu

Editor: Emil Mahmud
TribunPadang.com/Rezi Azwar
Ilustrasi: Seseorang sedang membaca kali ini ayat suci, berikut tafsirnya. 

Oleh Ike Revita, Penulis adalah Dosen Prodi Linguistik FIB Unand

Membaca dunia melalui bahasa adalah membuka pintu menuju pemahaman yang lebih dalam tentang budaya, identitas, dan cara pandang yang beragamIke Revita

BAHASA adalah alat utama yang memfasilitasi pemahaman, penggambaran, dan interaksi kita dengan dunia (Revita, 2024).

 

Bahasa sebenarnya bukan hanya sekadar alat komunikasi. Lebih dari itu, bahasa adalah sarana melalui mana kita membentuk dan membingkai persepsi kita.

 

iKta dapat melihat dari berbagai sudut pandang bagaimana bahasa membentuk realitas sosial (Revita 2008), identitas budaya (Revita, 2014), dan bahkan struktur kekuasaan dalam masyarakat (Revita, 2022).

 

Dalam artikel ini, kami akan membahas bagaimana membaca dunia dari sudut pandang yang berbeda dengan menggunakan berbagai bahasa dapat meningkatkan pemahaman kita tentang diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita.

 

Dari sudat pandang Linguistik, Strukturalisme dan Relativitas Bahasa dilihat sebagai sistem tanda yang membentuk cara kita berpikir dan memahami dunia. Bapak strukturalisme Ferdinand de Saussure (1916) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem tanda yang terdiri dari penanda (signifier) dan petanda (signifier).

 

Hal ini menunjukkan bahwa kata-kata tidak hanya berfungsi sebagai representasi dari benda atau ide, tetapi juga memengaruhi cara kita memahaminya.

 

Akan tetapi, menurut teori relativitas linguistik yang diusulkan oleh Edward Sapir dan Benjamin Whorf, cara kita melihat dunia dipengaruhi oleh bahasa.

 

Misalnya, orang-orang yang menggunakan banyak kata untuk menggambarkan salju, seperti dalam bahasa Eskimo-Aleut, dapat melihat dan memahami lebih baik nuansa salju daripada orang-orang yang hanya menggunakan satu atau dua kata untuk menggambarkannya (Revita, 2024a).

 

Kali ini menunjukkan, bahwa bahasa tidak hanya menggambarkan tetapi juga membentuk apa yang terjadi.

 

Dalam kaitannya dengan Bahasa dan Kekuasaan, bahasa dapat dilihat dari sudut pandang sosial. Dari sudut pandang ini, bahasa memiliki peran dalam membentuk hubungan sosial dan struktur kekuasaan.

 

Menurut filsuf Prancis Michel Foucault (1961), bahasa dan wacana adalah alat untuk mengontrol dan mempertahankan kekuasaan. Menurutnya, norma sosial dibentuk dan dijaga melalui bahasa, dan kekuasaan dapat dipertahankan melalui pengendalian bahasa.

 

Misalnya, istilah-istilah yang digunakan dalam politik dan media sering kali memiliki arti yang dapat memengaruhi pendapat publik dan cara orang melihat masalah tertentu. Dalam situasi tertentu, penggunaan istilah teroris dibandingkan dengan pejuang kebebasan dapat mengubah perspektif masyarakat terhadap kelompok yang sama.

 

Ini menunjukkan bagaimana bahasa dapat memiliki kekuatan besar untuk mengubah dunia sosial. Dari perspektif budaya, bahasa menunjukkan identitas (Revita, 2008) dan prinsip suatu masyarakat.

 

Setiap bahasa memiliki sejarah, tradisi, dan perspektif yang berbeda. Keanekaragaman bahasa di Indonesia, seperti Bahasa Minang, Jawa, Sunda, dan Batak menunjukkan kekayaan budaya dan identitas yang beragam.

 

Setiap bahasa lokal memiliki kosa kata, peribahasa, dan ungkapan yang berbeda yang mencerminkan gaya hidup dan perspektif orang-orang yang tinggal di sana.

 

Bahasa juga membentuk individu dan kelompok. Bahasa ibu, misalnya, adalah dasar identitas dan pemahaman dunia kita. Ketika seseorang kehilangan kemampuan untuk berbicara dalam bahasa ibunya, mereka juga kehilangan sebagian dari identitas budaya mereka.

 

Oleh karena itu, untuk menjaga keragaman budaya dan identitas kita, penting untuk mempertahankan bahasa daerah kita.

 

Para psikolog memiliki pandangan tersendiri. Menurut penelitian psikologi kognitif, bahasa mempengaruhi cara kita berpikir dan memproses data. Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa bahasa juga dapat mempengaruhi cara kita mengingat dan mengkategorikan data.

 

Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa orang yang berbicara dengan bahasa yang memiliki kata-kata khusus untuk warna tertentu memiliki kemampuan yang lebih baik untuk membedakan dan mengingat warna tersebut dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kata-kata tersebut.

 

Bahasa juga memengaruhi cara kita mengorganisasi dan memahami pengalaman kita. Bahasa membentuk struktur pemikiran kita dan memungkinkan kita untuk merefleksikan dan memahami pengalaman kita dengan cara yang bermakna, yang berdampak besar pada narasi atau cerita yang kita buat tentang diri kita sendiri dan pengalaman kita sendiri.

 

Fungsi lain dari bahasa adalah sebagai alat untuk menghubungkan budaya dan meningkatkan pemahaman internasional. Mempelajari bahasa asing membantu kita memahami berbagai budaya dan perspektif.

 

Misalnya, mempelajari Bahasa Arab dapat membantu kita memahami nilai-nilai, sejarah, dan budaya Timur Tengah, sementara mempelajari Mandarin dapat membantu kita memahami dinamika dan kompleksitas masyarakat Tiongkok.

 

Namun, di masa kekinian, Bahasa Inggris sering menjadi lingua franca dalam komunikasi internasional, meskipun kemampuan berbahasa Inggris penting untuk akses global. Kita juga harus mempertahankan dan menghargai bahasa dan budaya lokal kita. Keanekaragaman bahasa adalah kekayaan yang memperkaya pemahaman kita tentang dunia dan memberikan kita perspektif yang berbeda.

 

Dari sini dapat dilihat bahwa memandang dunia melalui bahasa adalah tentang memahami bagaimana kata-kata membentuk cara kita berpikir, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri kita sendiri.

 

Dari sudut pandang linguistik, sosial, budaya, psikologis, dan global, kita dapat melihat bahwa bahasa adalah alat yang kuat dalam membentuk realitas kita. Dengan menghargai keragaman bahasa, kita dapat lebih memahami dan menghargai kompleksitas dunia di sekitar kita.

 

Bahasa itu lebih dari sekadar kata-kata. Bahasa itu dapat mencerminkan identitas, nilai, dan cara pandang kita. Dengan membaca dunia melalui bahasa, kita membuka diri pada perspektif baru dan memperkaya pengetahuan kita tentang dunia.(*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved