BERITA POPULER SUMBAR

POPULER SUMBAR: Korban Banjir Lahar Dingin Sumbar dan Longsor Dekat Kelok 9 Lima Puluh Kota

Berita populer Sumbar korban banjir lahar dingin Sumbar dan longsor dekat kelok 9 Lima Puluh Kota.

Editor: Rizka Desri Yusfita
TribunPadang.com/Fajar Alfaridho Herman
Situasi tim gabungan saat melakukan pencarian korban banjir lahar dingin di kawasan Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam, Minggu (12/5/2024) 

TRIBUNPADANG.COM - Inilah berita populer Sumbar selama 24 jam terakhir tayang di TribunPadang.com.

Ada berita tentang korban banjir lahar dingin Sumbar dan longsor dekat kelok 9 Lima Puluh Kota.

Simak berita selengkapnya:

1. UPDATE Jumlah Korban Banjir Lahar Dingin Sumbar: 37 Meninggal, Belasan Orang Masih Dicari

Update terkini korban meninggal dunia akibat bencana Galodo atau banjir bandang di Sumatera Barat (Sumbar) berjumlah 37 orang.

Data tersebut dihimpun TribunPadang.com dari Kantor SAR Kelas A Padang.

Dari total 37 orang meninggal dunia itu, 19 diantaranya dari Kabupaten Agam, sembilan orang dari Kabupaten Tanah Datar, satu orang dari Padang Panjang, dan delapan orang dari Padang Pariaman.

Sementara itu, belasan orang masih dicari tim gabungan, yakni tiga orang dari Agam, 14 orang dari Tanah Datar, satu orang dari Padang Panjang.

Selain itu, untuk di Padang Pariaman masih dalam pendataan Kantor SAR Kelas A Padang.

Baca juga: Kisah Karmila Kehilangan Ibu dan Keponakan Terseret Banjir Lahar Dingin di Bukik Batabuah Agam

Fraksi Gerindra Minta Tetapkan Status Darurat

Fraksi Gerindra di DPRD Sumbar meminta Gubernur Mahyeldi segera menetapkan status keadaan darurat bencana. Hal tersebut disampaikan Ketua Fraksi Gerindra DPRD Sumbar, Hidayat pada Minggu (12/5/2024) melalui keterangan tertulisnya.

Dampak galodo atau banjir bandang yang melanda sejumlah kabupaten di Sumatera Barat pada Sabtu (11/5/2024) malam menimbulkan korban dan kerusakan.

Berdasarkan dampak luas dan kerugian besar yang ditimbulkan tersebut, Fraksi Gerindra DPRD Sumbar meminta Gubernur untuk segera menetapkan status keadaan darurat bencana.

Karena kata dia, kejadian ini sudah mengancam dan menganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, tidak hanya di daerah bencana namun juga kepada masyarakat luas lainnya karena kerusakan sarana dan prasarana umum.

Hidayat mengapresiasi Gubernur Mahyeldi yang segera mengunjungi lokasi bencana. "Persoalannya bukan pada kunjungan, tapi apa kebijakan yang akan diambil Gubernur secara cepat dalam menghadapi dan menyikapi bencana dan dampak bencana ini," kata Anggota Komisi V DPRD Sumbar ini.

Ia menuturkan, Gubernur memiliki kewenangan mengambil kebijakan dengan menetapkan status keadaan darurat bencana setelah berkoordinasi dengan pemerintahan kabupaten kota yang terdampak bencana.

"Bila mengacu pada UU nomor 24 tahun 2017 tentang Penanggulangan Bencana, Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat atau Gubernur sudah dapat menetapkan status keadaan darurat bencana tersebut," jelasnya.

Pengumpulan data dan informasi terkait ancaman dan dampak bencana setelah koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait sesungguhnya bisa cepat dilakukan.

Dengan penetapan status keadaan darurat bencana provinsi, kata dia, gubernur bisa memobilisasi sumber daya yang digunakan dalam melakukan upaya upaya penangangan darurat bencana.

Lalu, bisa mengaktifkan sistem komando penanganan darurat bencana dengan melibatkan lintas instansi dan lembaga serta melakukan penanganan awal penyelamatan dan evakuasi korban dan pemenuhan kebutuhan dasar korban.

"Jangan biarkan daerah terkena bencana melakukan upaya penanganan sendiri," harap Hidayat.

Dijelaskan Hidayat, dengan ditetapkannya status keadaan darurat bencana tingkat Provinsi maka anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT) pada APBD Provinsi bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan kebutuhan penanganan darurat bencana.

"Saya kira, Pemprov memiliki lebih kurang Rp70 miliar anggaran BTT pada 2024 ini. Fraksi Gerindra berharap agar anggaran tersebut segera dikucurkan untuk kebutuhan penanganan darurat bencana ini, sejauh sesuai dengan aturan dan ketentuan perundang undangan," pintanya.

Ia berharap, setelah Gubernur meninjau lokasi bencana kemudian seyogyanya diiringi dengan kebijakan tersebut. Sebab, kekuasaan dan kebijakan itu ada di tangan Gubernur.

"Ayo Pak Gubernur segera ambil kebijakan tersebut, gunakan anggaran BTT puluhan miliar di APBD Sumbar itu untuk membantu daerah dan masyarakat yang terkena bencana banjir bandang ini," pungkas Hidayat.

Baca juga: Penampakan Dua Truk di Tengah Sungai Kawasan Lembah Anai yang Terseret Banjir Lahar Dingin Sumbar

2. Longsor di Dekat Kelok 9 Limapuluh Kota, Jalan Lintas Sumbar-Riau Putus Total

Jalan lintas Sumbar-Riau putus total akibat longsor di sekitar kawasan Kelok 9, Kabupaten 50 Kota. 

Longsor terjadi Minggu (12/5/2024) malam disertai hujan deras. 

Akibatnya, ditimbun material longsor, jalan lintas yang menghubungkan Sumatera Barat-Riau belum bisa dilewati.

Lokasi persis terjadinya longsor sebelum jembatan layang kelok 9, Kabupaten Lima Puluh Kota.

Saat dikonfirmasi TribunPadang.com, seorang pengguna jalan, Dilla membenarkan bahwa dirinya terjebak di Kelok 9 karena terjadi longsor.

"Benar terjadi longsor, bahkan sampai saat ini sudah 3 jam kami terjebak," katanya, saat dihubungi TribunPadang.com Minggu malam.

Ia menyampaikan, bahwa saat dirinya terjebak kondisi jalan dalam keadaan putus total.

"Kebetulan tadi longsor tepat di depan kendaraan kami," ujar Dilla.

Dilla mengungkapkan dirinya memilih untuk memutar arah karena khawatir terjadi longsor susulan.

"Kami berharap segera bisa dilakukan pembersihan karena longsornya lumayan besar," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved