Literasi Digital Pasbar

Ikhlas adalah Kunci Mendidik yang Berbuah Manis

Seorang guru yang bernama Tistawati tinggal di Padang Tujuh dan mengajar di SMAN 1 Kinali yang menempuh tiga kecamatan yang berbeda untuk sampai

Editor: Rizka Desri Yusfita
istimewa
Tistawati, S.Pd Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Kinali Kecamatan Kinali 

Di sekolah ini saya mengajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Saya termotivasi mengambil jurusan ini karena semenjak SMP, saya suka membaca novel, sisa jajan setiap hari selalu saya gunakan untuk membayar sewa novel yang saya baca, bahkan terkadang saya tahan tidak jajan agar bisa menyewa novel di taman bacaan.

Hal itulah yang membuat saya akhirnya memutuskan untuk mengambil jurusan Bahasa Indonesia. Bagi saya menjadi guru sama dengan berkarya, karena setiap siswa selalu istimewa.

Teringat ketika saya baru memasuki masa kerja 5 tahun, kala itu saya membaca adanya pengumuman Program PPG Prajabatan, tentu membuat saya tidak mau untuk menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Betapa tidak, program itu merupakan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi diri sebagai guru dan saya meyakini bahwa PPG Prajabatan adalah wadah pemerintah untuk mencetak pendidik yang propesional. Sehingga saya merasa pilihan itu adalah hal yang tepat dan tanpa pikir lama, saya langsung mendaftar dengan harapan bisa segera mendapatkan legalitas statusnya.

Penantian akhirnya terkabulkan. Pengangkatan menjadi guru profesionalpun terkabul setelah menghadapi perjuangan luar biasa untuk mencapai pengangkatannya. Akan tetapi hal itu tidak sebanding dengan apa yang dihadapi setiap harinya, dimana jarak tempuh yang cukup jauh dari tempat tinggal menuju tempat berbagi ilmu dengan generasi penerus bangsa ini.

Bagi saya, jarak bukanlah suatu penghalang dalam memberikan pendidikan terbaik bagi generasi bangsa khususnya di Kecamatan Kinali. Kekuatan dalam hati saya untuk memberikan pendidikan yang berkualitas kepada siswa-siswi adalah yang menguatkan langkah saya.

Disamping saya sebagai seorang guru, saya juga seorang istri dan ibu dari tiga orang anak yang masih sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang seorang ibu. Namun, selagi ada kesempatan saya tidak akan lewatkan kesempatan itu untuk terus berkontribusi dalam dunia pendidikan yang lebih baik.

Capek? Iya. Bahkan capek yang luar biasa saya rasakan, tetapi saya tetap senang dan ikhlas dalam bekerja. Belum seimbang rasanya ilmu yang saya dapatkan dengan apa yang sudah saya berikan di SMA tersebut.

Ungkapan terima kasih dan apresiasi saya haturkan kepada kepala sekolah yang luar biasa kesabarannya dalam mendidik kami dan telaten membimbing kami.

Tanpa dukungan darinya, saya tidak akan bisa menyatukan jiwa, menyalurkan mimpi dan bisa berkolaborasi dengan teman sejawat dalam hal apapun. Hal yang ditekankan kepada kami adalah agar selalu kerja kompak, kerja cerdas, dan kerja ikhlas.

Karena menjadi seorang guru memang harus dijalani dengan ihklas. Sebab ada rahasia tuhan disetiap perjalanan hidup manusia. Tidak ada hal yang tidak mungkin jika tuhan berkehendak, saya sangat bersyukur, tuhan telah menakdirkan saya menjadi seorang guru.

Akan tetapi, saya sadar bahwasanya seorang guru yang hebat adalah guru yang mau terus belajar, berpropesi sebagai guru juga harus berjiwa besar. Jika ada siswa yang punya problematika di sekolah dan di rumahnya, maka guru harus mampu hadir memberikan solusi baginya.

Terakhir, saya mengajak kepada seluruh guru pahlawan tanpa tanda jasa untuk berjiwa ikhlas. Karena ikhlas adalah kunci dari mengajar, sebab dengan ihklas akan tertutupi kesalahan dan kekuranganya dengan segala kebaikan.

Motivasi saya dalam menjalani hidup dan kehidupan ini adalah mendidik dengan menggunakan hati akan berbuah manis sesuai dengan apa yang telah kita tanam. “Setiap kesulitan pasti ada kemudahannya, segala sesuatu itu sulit tapi bisa”.

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved