Citizen Journalism

Dan Di Senja Itu: Pertunjukan Monodrama & Autobiography Dato’ Zulkifli Zain di ISI Padang Panjang

Pertunjukan monodrama autobiography Dan Di Senja Itu karya/Aktor Norzizi Zulkifli, Arahan Sutradara Hamz

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA/SS TATANG R MACAN
Pertunjukan monodrama autobiography Dan Di Senja Itu karya/Aktor Norzizi Zulkifli, Arahan Sutradara Hamzah Mohamed Tahir di Teater Arena Mursal Esten ISI Padang Panjang; Selasa, (5/3/2024) pukul 20.00 WIB. 

Oleh Tatang R Macan, Pengamat seni pertunjukan, Praktisi teater, Perfomer, Sutradara teater, Dosen Seni Teater ISI Padang Panjang

 

PERTUNJUKAN monodrama autobiography Dan Di Senja Itu karya/Aktor Norzizi Zulkifli, Arahan Sutradara Hamzah Mohamed Tahir di Teater Arena Mursal Esten ISI Padang Panjang; Selasa, (5/3/2024) pukul; 20.00 WIB lalu.


Pertunjukan monodrama autobiography Dan Di Senja Itu karya Norzizi Zulkifli, dengan arahan Sutradara Hamzah Mohamed Tahir dipentaskan di Teater Arena Mursal Esten ISI Padang Panjang pada Rabu 5 Maret 2024, pukul; 20.00 WIB.

 

Pertunjukan monodrama Dan Di Senja Itu dipresentasikan oleh aktor terdepan Malaysia Norzizi Zulkifli yang sekaligus penulis monodramanya. Pada malam perhelatan pertunjukan dengan cuaca dingin kota Padang Panjang, seputar Teater Arena Mursal Esten ramai dihadiri kurang lebih 500 orang apresiator dari kalangan mahasiswa dan alumni beragam program studi dilingkungan ISI Padang Panjang. Cuaca dingin dan debu erupsi semburan Gunung Merapi, tidak menyurutkan niat apresiator untuk mengapresiasi penyajian pertunjukan monodrama aktor kawakan Malaysia malam itu.

Presentasi pertunjukan monodrama tersebut, dihadiri juga deretan Dosen dan Ka Prodi Seni teater, Dosen dan Ka Prodi Seni Tari, Dosen TV dan Film, Ketua LPPM ISI Padang Panjang, serta tamu-tamu undangan. Deretan dosen tersebut sebut saja seperti; Yusril Katil, Yan Stevensen, Pandu Birowo, Wenhendri, Tatang R. Macan, Sulaiman Juned, Dharminta, Din Saadudin, Edy Suisno, dan Dede Pramayoza.

Pertunjukan monodrama Dan Di Senja Itu, mampu memecah kesunyian malam kota hujan Padang Panjang. Riuh gemuruh aplous penonton menjadikan suasana Teater Arena Mursal Esten hinggar binggar dengan rasa puas dan gelak tawa apresitor.

Apresiator terpuaskan dengan penampilan aktor Norzizi Zulkifli, ia telah menampilkan presentasi pertunjukan yang cukup cerdas, mampu memberi hiburan edukatif dari penyajian monodrama yang ia tulis sendiri.

Naskah monodrama autobiography Dan Di Senja Itu, ia tulis pada tahun 2023 serta diproduksi dan dipentaskan di Malaysia dalam rangka memenuhi Projek Tingkap. Projek tersebut yakni sebuah program Teater Masakini Theatre Company, yang diketuai oleh Susan Sarah John.

Pementasan di Malaysia

Pementasan di Malaysia pertamakalinya dipresentasikan pada 2-5 November 2023 di Studio Ramli Hassan, Kuala Lumpur. Kunjungan ke Indonesia pada Maret 2024 kali ini, untuk kepentingan Pertunjukan Jelajah Nusantara.

Kunjungan terpusat di wilayah kota-kota di Sumatera Barat, merupakan perhelatan “Seri I Jelajah Nusanantara” dalam program Pertunjukan mewakili Pengajian Seni Persembahan, Kolej Pengajian Seni Kreatif, Universitas Teknologi MARA Malaysia.

 

Semntara di Sumatera Barat, pertunjukan monodrama Dan Di Senja Itu yang ditampilkan oleh Norzizi Zulkifli beserta Tim Kerja Artistik “Seri I Jelajah Nusantara” dibawah Dramaturg Indra Utama (Mantan Dosen Senior Prodi Seni Tari ISI Padang Panjang).

Perhelatan pertunjukan dipresentasikan pada; 3 Maret 2024 di Ladang Tari Nan Jombang Padang; 5 Maret 2024 di Teater Arena Mursal Esten ISI Padang Panjang; dan 6 Maret 2024 di Universitas Negeri Padang (UNP).

Pertunjukan monodrama Dan Di Senja Itu karya Norzizi Zulkifli, mengisahkan tentang sebuah “cinta antara anak dengan bapak”. Dalam sebuah obrolan kecil di Kafe DW ISI Padang Panjang dengan penulis, Zizi (panggilan akrab Norzizi), Ia berhasrat menceritakan kembali perjalanan hidup, pahit getir, suka duka, dan pengembaraan budaya seni pertunjukan yang dilakukan seorang bapak yang bernama Zulkifli Zain.

Lengkapnya Dato’ Zulkifli Zain, ia seorang pelakon prolifik di Malaysia sebelum di serang angin ahmar. Merupakan seorang penari dan pelakon di persada seni. Beliau di serang angin ahmar dan kemudian lumpuh sebelah badan.

Bermula dari kehidupan yang sepenuhnya di uruskan oleh anak-anak beliau. Tebaran rasa sayang dan kasih yang utuh antara sosok seorang bapak dan anak-anaknya dalam menangani fasa baharu kehidupannya.

Perjalanan kehidupan sosok bapak tersebut telah meinginspirasi Zizi untuk dijadikan sebuah teks monodrama dan disajikan sebagai bentuk seni pertunjukan.

Zizi sebagai aktor dan penulis naskah dibawah arahan sutradara Hamzah Mohamed Tahir, secara jelas menyampaikan bahwa pendekatan pertunjukan Monodrama Autobiography Dan Di Senja Itu digarap dengan pendekatan konsep yang ia sebut ‘Kolaj Of Memories’.

Konsep ini menurut Norzizi adalah sebuah ciri persembahan dari teater Masa kini Theatre Company Malaysia yang di pentaskan di Studio Ramli Hassan, Kuala Lumpur. Monodrama tersebut dalam pengakuan Norzizi, yakni sebuah produksi yang bereksplorasi dengan teknik acting monodrama (lakonan solo) bersama olahan elemen tari, silat, tata musik dan drama itu sendiri.

Proyek tersebut lazimnya sebagai pementasan persembahan yang berdurasi 60-90 menit. Pertunjukan di Teater Arena ISI Padang Panjang, Norzizi hadir bersama Tim Kerja Artistik yakni Sutradara; Hamzah Mohamed Tahir, Pengarah Teknikal; Walid Ali, dan Pengurus Pentas; Mira Malik.

Norzizi Zulkifli memulai kerja seni berangkat dari pembawa acara televisi dan aktor (pelakon dalam istilah Malaysia). Beberapa di antara karya naskah teater nya; Itik Liar arahan Dato’ Tarmimi Siregar, Tiang Seri Tegak Berlima arahan Rohani Yousoff, Demi Zaiton arahan Dato’ Noordin Hassan, Bangsawan Raja Laksamana Bentan arahan Rahman B, Bangsawan Siti Zubaidah arahan Zakaria Ariffin, Mak Yong Anak Raja Gondang, Mak Yong Raja Bongsu Sakti arahan Khatijah Awang.

Norzizi kemudian memulai langkahnya sebagai sutradara/pengarah teater dan muncul sebagai sutradara/pengarah termuda yang memiliki kesempatan menjadi sutradara/pengarah di Istana Budaya pada 2003 melalui teater Mak Yong Raja Tangkai Hati. Diantara arahan beliau sebagai sutradara adalah Teater Muzikal Kanak-kanak Aladdin di Istana Budaya, Mak Yong Titis Sakti di Kuala Lumpur Performing Arts Centre (KLpac), Medea di The Actors Studio, Usikan Rebab di KLpac yang membawa beliau mendapat Anugerah Pengarah Terbaik dalam BOH Cameronian Arts Award 2013.

Norzizi pernah mendapat pendidikan Diploma Teater di Akademi Seni Kebangsaan (ASWARA), Sarjana Muda Seni Layar (Kepujian) Universiti Teknologi MARA, Master of Fine Art (MFA) Theatre Directing Middlesex University London dan Doktor Falsafah dari Universiti of Wollongong, Australia. Selain aktif sebagai seniman, Zizi adalah Ketua Pengajian Seni Persembahan, Kolej Pengajian Seni Kreatif, Universiti Teknologi MARA.

Sementara sutradara/pengarah Hamzah Mohamed Tahir dilahirkan di Muar, Johor, graduan dari Universiti Sains Malaysia dengan Ijazah Sarjana Muda dalam Seni Persembahan.

Kemudian, dia melanjutkan pelajaran ke peringkat Master of Arts dalam Scenography di Central Saint Martins, University of the Arts London, UK. Hamzah juga pernah mewakili Malaysia di China International Children Festival '94, Cairo International Experimental Theatre Festival, World Music And Dance (Womad) Rivermead Reading UK (1999) dan World Theatre Day Solo Indonesia 2019. Hamzah pernah mendapat anugerah yang diterima di antaranya; Best Set Design Boh Cameronian Arts Awards 2013 Dan 2015 dan aktor/Pelakon Terbaik 1991 di Festival Theatre Kebangsaan. Hamzah juga merupakan Juri dalam Program TV Sehati Berdansa Musim Kedua, Guru Monolog dalam Program Pilih Kasih TV Musim 2 dan 3, dan Juri di Festival Teater Negeri dan Nasional. Dia juga dilantik sebagai Panel ICAP (Industri - Penasihat Komuniti) dari 2019 - 2021 di School of Art Universiti Sains Malaysia.

Kembali pada Pertunjukan Dan Di Senja Itu pada Selasa malam 5 Maret 2024 di Teater Arena Mursal Esten ISI Padang Panjang. Suasana hangat dipersembahkan kreator Norzizi terasa begitu mesra disambut kalangan apresiator malam tersebut. Opening dari seorang aktor Norzizi, tampak bergairah membawa keakraban antara ruang panggung dan penonton menjadi ruang upacara silaturahmi bersama di jagat Pertunjukan.

Kondisi ini telah dipersiapkan dengan tatanan sett artistic yang matang dari desain mereka untuk terjadinya peleburan antara tontonan dan penonton. Hal ini tampak ketika lantai panggung area penonton ada penambahan matras untuk tempat duduk penonton lebih mendekat pada area Pertunjukan.

Tengah area panggung yang di desain dengan kain halus layar putih transparan, ukuran lebar satu meter, bergayut menjuntai dari atas diantara bottem lampu di atas panggung turun ke bawah lantai panggung. Kain-kain layar putih transparan tersebut, digantungkan di atas panggung sebanyak enam lembar, kain berderet tiga samping kiri dan kanan dengan membentuk lorong pada tengah-tengahnya.

Sett area tersebut dipersiapakan untuk kepenting Pertunjukan guna mengidentifikasi multi ruang yang sesuai dengan perubahan suasana dramatic dari monodrama Dan Di Senja Itu. Disamping sett area ruang dan lorong yang telah didesain, penataan panggung menghadirkan juga elemen kontras ornamentasi pemanggungan yakni hadirnya penempatan pedupaan di lantai panggung kiri Dewan.

Pedupaan tersebut ditata dengan warna merah menyala, sehingga tampak lebih menyita pandangan mata apresiator.

Norzizi dalam kehadiran persembahan Dan Di Senja Itu di atas panggung, telah memberikan kerja ke aktoran yang tampak militant, dengan postur tubuh dan kekuatan warna vocal yang kuat, gestikulasi gesture yang dinamis, stabil sepanjang pertunjukan berlangsung boleh diacungi Jempol.

Persembahan Norzizi malam itu cukup memukau, aktor panggung perempuan seusia Norzizi sekarang masih mampu menampilkan pertunjukan dengan warna yang jernih diusianya, termasuk penulis dan pengamat sekaligus kreator seni pertunjukan harus mengatakan salut dengan presentasi Norzizi.

…”dalam usia anda sekarang, Zizi anda hebat dan berhasil menampilkan pertunjukan berdurasi 90 menit ini tanpa terlihat lelah”…

Namun dari keberhasilan Norzizi sebagai aktor, ada satu kelemahan besar dari presentasi persembahan yang ditampilkan.

Hal ini menjadi titik balik kelemahan pertunjukan, monodrama autobiography Dan Di Senja Itu secara teks drama memiliki kelemahan dramatik. Monodrama Dan Di Senja Itu, secara konstruksi naskah drama ditampilkan dengan tanpa memiliki “tulang punggung” drama yang biasa dipahami sebagai puncak atau tangga drama yakni “konflik atau krisis”.

Memang monodrama dimaknai sebagai pertunjukan drama yang hanya menampilkan satu tokoh atau watak. Pertunjukkan seperti itu sering kali (secara salah) disebut sebagai monolog. Monodrama, yakni sebuh drama yang diperankan atau dirancang untuk diperankan oleh satu orang.

Misalnya sejumlah drama Samuel Beckett diantaranya; Krapp's Last Tape (1958) dan Happy Days (1961) itu adalah monodrama. Pemaknaan teks drama seperti ini menjadi berbeda untuk teks Dan Di Senja Itu karya Norzizi, teks karya Norzizi cenderung memainkan banyak karakter oleh satu orang aktor di atas panggung dihadapan publik penonton.

Dalam komposisi permaianan Norzizi sebagai aktor penutur, yang menampilkan karakter tokoh “Dato’ Zulkifli Zain”, ia juga harus menampilkan karakter tokoh “Ibu” yang melahirkan anak, serta keberadaan karakter tokoh “Bayi” yang diberi nama “Norzizi Zulkifli”.

Maka komposisi permaianan, harus menampilkan “jembatan keledai” sebagai ruang transisi aktor, untuk menjadi jembatan atau benang merah penyambung perpidahan adegan dengan kehadiran karakter tokoh yang lainnnya.

Konstruksi struktur plot seperti itu, telah berusaha dihadirkan oleh Norzizi di atas pentas pertunjukannya. Tetapi masih terjadi kealfaan pada jalannya struktur plot, hingga akhir pertunjukan, plot mengalir menjadi narasi biasa tanpa konflik baik konflik fisikal atau pun batin- (psikologis).

Pertunjukan drama tanpa konflik hanyalah sebatas obrolan biasa yang monoton.
Pertunjukan solo atau monodrama, juga disebut sebagai pertunjukan satu orang, menampilkan satu orang yang menceritakan sebuah kisah kepada penonton. Jenis pertunjukan ini hadir dalam banyak variasi, termasuk kreasi otobiografi, aksi komedi, adaptasi novel, vaudeville, puisi, musik dan tarian.

Pertunjukan monodrama atau pertunjukan solo digunakan untuk mencakup istilah luas dari satu orang yang tampil di hadapan penonton. Beberapa ciri utama pertunjukan dapat mencakup dikuranginya dinding ke empat, bahkan bisa sama sekali dihilangkannya dinding ke empat untuk kepentingan pertunjukan.

Kurangnya dinding ke empat yakni demi kepentingan partisipasi atau keterlibatan penonton dengan tontonan. 
Sepanjang pertunjukan dari adegan pembuka hingga akhir, di atas panggung telah hadir konstruksi desain sett area permainan dengan kain-kain halus putih transparan menjuntai dari atas langit panggung hingga ke lantai panggung. Hadirnya konstruksi settprop kain-kain dengan menggunakan pencahayaan yang telah di desain.

Bayang-bayang efek cahaya, dan kadang silhuet yang ditimbulkan, kehadirannya sebatas peralihan pergantian ruang waktu yang bersifat imajiner untuk memperkuat posisi adegan aktor berkisah. Kehadiran kain-kain kurang optimal untuk dimanfaatkan sebagai teks symbol semiotik atas makna tertantu.

Demikian halnya dengan kehadiran ornamentasi settprop pedupaan, meskipun warna merah kontras diantara area panggung permainan. Namun teks pedupaaan tersebut, belum mewakili dan belum mampu menjalin realasi pemecahan dinding ke empat untuk menjadi ruang silaturahmi upacara bersama dengan penonton.

Akan tetapi yang lebih sensasional dari relasi teks pertunjukan, yakni tampak tumbuh pada kondisi dan keberadaan aktor, ketika menghadirkan “kursi roda” menjadi relasi teks semiotis yang hidup. Kursi roda kemudian dengan prilaku yang dihidupkan aktor, memiliki makna ganda yang hidup dan hadir di atas pentas.

Monodrama autobiography Dan Di Senja Itu, yang dipersembahkan oleh Norzizi Zulkifli sebagai penulis sekaligus aktor/pelakon terdepan perempuan Malaysia.

Pertunjukan monodrama autobiography Dan Di Senja Itu karya/Aktor Norzizi Zulkifli, Arahan Sutradara  Hamzah Mohamed Tahir di Teater Arena Mursal Esten ISI Padang Panjang; Selasa, (5/3/2024) pukul 20.00 WIB.
Pertunjukan monodrama autobiography Dan Di Senja Itu karya/Aktor Norzizi Zulkifli, Arahan Sutradara Hamzah Mohamed Tahir di Teater Arena Mursal Esten ISI Padang Panjang; Selasa, (5/3/2024) pukul 20.00 WIB. (ISTIMEWA)

Atas kerja pertunjukan dilaksanakan sebagai perkongsian antara Norzizi sebagai aktor dengan Sutradara Hamzah Mohamed Tahir. Secara keseluruhan bahwa presentasi pertunjukan masih mampu membawa apresiator di lingkungan ISI Padang Panjang pada selasa malam 5 Maret 2024 larut mengapresiasi apa yang menjadi kisah biografinya.( * )

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved